Kehebohan lain terjadi saat mereka baru sampai di rumah keluarga Izora. Izora baru ingat, ada tugas yang harus dia kerjakan dan deadlinenya adalah 2 jam lagi. Sekarang sudah jam 10 malam, deadline yang dosennya berikan itu jam 23.59. Melihat Izora yang sangat lelah dan tidak ada tenaga untuk mengerjakan tugasnya — bahkan untuk membuka mata sekalipun, Azra langsung sigap mengambil alih pekerjaan yang akan Izora lakukan tadi.
Izora tanpa canggung merebahkan kepalanya di paha Azra dan wajahnya dia sembunyikan di depan perutnya. Azra tengah mengerjakan tugas di atas meja kecil yang sengaja disimpan di atas karpet. Sedangkan Meysi sudah dia amankan di ranjang dan masuk ke alam mimpi.
"Ra, jangan dulu tidur. Itu makeup nya belum dihapus."
"Nanti ah males. Biarin aku tidur dulu sebentar. Ngantuk banget," jawab Izora dengan mata terpejam. Izora ini emang hari-hari dalam hidupnya selalu diisi dengan ke ngantuk. Diam seharian di kamar saja ngantuk, apalagi berkegiatan full seperti hari ini.
"Yaudah, nanti aku bangunin." Azra kembali berkutat dengan laptop Izora, walaupun dia lelah tapi tidak apa — demi Izora yang pasti lebih lelah karena gadis itu harus beraktifitas di hari pertama mensnya. Lama mencari berbagai jurnal dan beberapa referensi lainnya untuk makalah, akhirnya Azra bisa menyelesaikannya dan langsung mengumpulkannya di web.
"Ra, aku udah selesai, ayo bangun dulu." Azra mengusap-usap kepala belakang Izora lembut. "Sayang ..."
"Ih baru tidur bentar juga!" kesal Izora dengan wajah mencebik. "Ngantuk bangeeeeet, Naka!!"
Azra terkekeh melihat Izora frustasi kerena ngantuk, gadis itu masih mengenakan makeup, belum lagi rambutnya yang masih disanggul. Akan butuh banyak waktu untuk membersihkannya, sedangkan si empu sudah tidak ada tenaga untuk melakukan apapun.
"Yaudah mana pembersihnya, biar aku aja yang bersihin."
Izora berjalan dengan malas ke arah meja riasnya, mengambil micellar watter dan banyak kapas lalu kembali merebahkan kepalanya di paha Azra. "Habis ini kamu harus tetep mandi loh, Ra," beritahu Azra dan hanya dibalas gumaman oleh Izora. "Atau, kalo masih males, mau aku mandiin juga?"
Walaupun mata Izora terpejam, tapi tangan gadis itu malah aktif memukul Azra. "GAK!"
Azra tertawa, suka sekali memancing amarah gadis tukang marah-marah ini. Tangannya langsung bergerak membersihkan wajah Izora dengan kapas. "Ini dilepas juga, kan?" tanya Azra sambil menyentuh bulu mata palsu dan dibalas dengan deheman. Tanpa tahu apa-apa, Azra langsung melepasnya tanpa perasaan.
"NAKA SAKIT!" Izora langsung terduduk, tangan Azra dia hempaskan. "Pelan-pelan bisa gak sih?! Kamu gak ikhlas 'kan bantuin aku?!" tanya Izora dengan air mata yang tiba-tiba mengalir, mencabut bulu mata palsu berlapis dan sudah kering melekat itu harus pelan dan penuh perasaan. Sedangkan Azra tadi mencabutnya sekuat tenaga sampai semua bulu mata palsu itu langsung terlepas jadi ya bagaimana Izora tidak nangis?
"Eh, nangis?" Azra buru-buru menarik tangan Izora. "Maaf gak tahu, aku kira gak akan sakit," sesalnya dengan jari yang mengelus-elus kelopak mata atas Izora yang memerah.
"Udah lah aku juga bisa sendiri!" kesal Izora, dia berdiri dan duduk di kursi meja riasnya dengan bete.
Azra ikut berdiri dan diam di belakang tubuh Izora. "Rambutnya aku bantu beresin ya, pelan-pelan kok sekarang." Izora mengangguk setuju. "Jadi gimana hari ini? Semuanya sesuai expect kamu, kan?"
Izora yang tadi cemberut langsung tersenyum. "Semua gambaran di kepala aku dulu beneran ada tadi," jawab Izora antusias. "Makasih banyak ya udah ngabulin dream wedding aku. Padahal sebelumnya aku ngerasa udah gak pantes dapet ini semua." Izora menatap Azra yang juga sedang menatapnya di cermin.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...