aku lagi mengusahakan untuk update setiap hari, semoga bisa. jangan lupaa vote dan cmiiw yaa!!🫶🤍
o0o
Izora masih membatu di belakang pintu, dia tidak bisa beraksi apa-apa selain terdiam. Kenapa keluarga Azra ada di sini? Ayah, Ibu dan Mbak Hawa, Izora tahu semua orang ini. Ditengah keterkejutannya yang masih berlanjut, Ibu tiba-tiba maju memeluknya.
"Maafin Ibu, Zora, maafin Ibu dan anak Ibu yang buat kamu kesusahan."
Izora masih terdiam, dia bingung dengan keadaan ini, kenapa ibunya Azra harus meminta maaf padanya ..
"Kamu pasti kesulitan 'kan selama ini, maafin anak Ibu yang gak bertanggung jawab itu, Izora."
Oke, tanggung jawab. Jadi, Azra sudah memberitahu orangtuanya bahwa dia menghamilinya, kan? Lalu, kenapa Ibu harus meminta maaf, bukan kah yang Azra tahu itu anaknya digugurkan? Harusnya itu bukan masalah karena kejadiannya sudah cukup lama. Izora menatap orang di belakang Ibu, dia adalah Azra yang kini menatapnya dengan lembut seperti biasa. "Naka, kenapa ini?" tanya Izora sambil melepaskan pelukan Ibu, wajahnya benar-benar bingung sekarang.
"Aku tahu bayi kita gak kamu gugurin, Izora."
Izora menatap gamang, bagaimana dan dari mana laki-laki ini tahu? Lalu apa tadi katanya, bayi kita — Enak sekali Azra bicara! Dia hanya berkontribusi dalam membuatnya saja, semua hal susah dan menyakitkannya hanya Izora yang melakukannya. Lantas, apa haknya bisa bicara seperti itu?
"Bundaaa, Meyci di cini udah puyanggg!!"
Suara teriakan cadel itu mengalihkan atensi semua orang, semua yang ada di sana terkejut. Entah itu kedua orang tua Izora yang kaget melihat Azra dan keluarganya di rumahnya atau entah itu keluarga Azra yang kaget melihat anak perempuan yang sangat mirip dengan Azra.
Dan, Azra tentu saja menjadi pihak yang paling kaget di sini. Melihat anaknya dari dekat, membuat Azra sadar kalau ternyata bayinya itu sangat lucu. Mata bulat dan pipi merah, ah Azra ingin memeluknya. Dan, pikiran impulsif itu langsung dia lakukan. Azra memeluk Meysi dan anak itu langsung menangis kencang.
"Ndaa takut ..."
"LEPASIN!!" jerit Izora sambil merebut Meysi dari Azra. "LO JANGAN SEENAKNYA PELUK DIA DONG! INI ANAK GUE!!!"
Meysi yang mendengar teriakan Izora menangis tambah kencang, dia kira dia yang sedang dimarahi. "Vel, sabar, Vel." Mama mengusap-usap lengan Izora yang kini bergetar. "Ayo semuanya silahkan masuk .." sambut Mama dengan ramah, bagaimanapun mereka sama-sama orang tua dan menyaksikan kejadian di depan pintu ini rasanya kurang etis. Sepertinya, masalah ini sudah harus diselesaikan dan tentunya tidak akan baik jika menyelesaikannya dengan emosi. Jadi kali ini, Mama akan berusaha sabar dan ramah.
Di kursi, semua orang terdiam dan belum memulai pembicaraan. Azra pun sama, dia hanya terdiam sambil memperhatikan Meysi yang sedang memeluk Izora erat. Anak kecil itu sesekali menoleh ke arahnya karena mungkin penasaran dan saat itu terjadi, Azra selalu tersenyum padanya. Berusaha agar si cadel yang menyebutkan namanya Meyci ini tidak takut padanya, orang ganteng gini kok ditakutin, disayang dong, Mey.
Ayah Azra berdehem. "Jadi sebelumnya saya ingin meminta maaf karena kedatangan kami ke sini mendadak dan terima kasih sudah menerima kami dengan ramah."
"Ah, tidak usah begitu, Pak. Dengan senang hati kami selalu menerima tamu kapanpun, kok," balas Ayah Izora tak kalah ramah. "Jadi, boleh saya tanya apa tujuan semuanya di sini?"
Azra yang merasa Mbak Hawa mendorong-dorong lengannya pun memfokuskan matanya pada Ayah Izora. "Saya ingin bertanggung jawab, Om," balas Azra yakin. "Mungkin saya terdengar tidak tahu malu dan terlambat mengatakan ini dan saya juga sadar kalo saya sudah menyakiti Zora sangat dalam dan tentu saja Tante dan Om juga yang merasakan sakit akibat kesalahan saya kepada Zora."

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...