Bab 18

8.7K 966 156
                                        

Aku mengepak beberapa baju dan perlatan mandi ke dalam koper miniku. Besok bada subuh aku sudah harus berangkat dengan adik-adikku ke airport.

Pintu kamarku terbuka dan ku lihat Bunda masuk seraya menenteng sesuatu.

"Bawa ini Kak, abon sapi sama abon ayam buat bekel disana. Mana tahu susah cari makanan halal kan? Sekalian juga ini Bunda bawain orek tempe kering sama saus sachetan.."

Glek! Bunda ada-ada aja.

"Bun, kan cuma berangkat 3 hari aja. Banyak amaat.."

"Lah adek-adekmu itu doyan makan semua. Inget gak mereka kek anak kurang gizi dan laperan gitu?"

Hiks, Bunda tuh ya..

"Nitip sama Zadith aja Bun, kopernya paling kosong cuma kaos-kaos sama sarung"

"Ya udah, tapi dikontrol ya. Jangan biarin adek kamu itu cemal cemil makanan ini.."

Aku mengangguk kecil mengiyakan.

Tak berapa lama Ayah masuk dan mendampingi Bunda melihatku membereskan pakaian.

"Siapa dari vendor yang berangkat Kak?" Tanya Ayah seraya menatapku sarat ingin tahu.

"Kabarnya ya Pak Rafael sama teamnya 2 orang gitu Yah.."

Netra Bunda membulat dan menatapku dengan berbinar

"Apa kak? Rafael Papanya si Acha ikut? Calon mantu Bunda itu?"

Gubrak deh Bun, nyamber aja kek petasan.

"Iya, dia ikut.."

"Asik-asik. Kalian bisa pedekate sekalian ya Kak. Dilihat dan diamati baek-baek tu duren Kak. Sebaik apa, gimana sikapnya, ibadahnya, pokoknya dipantau sebanyak mungkin. Kalau macem-macem tinggal geplak aja yaa.."

"Buun.."desis Ayah menatap Bunda datar

"Ish Ayah, calon mantu potensial itu. Diem bae ah. Bunda pengen dapet cucu langsung nih. Asik banget kalau diajak Bunda ke arisan komplek. Si Kubin dijamin kalah nanti. Uhuy.."

"Bunda apaan sih? Kaka gak ada hubungan apa-apa ish. Ngapain sih ngomporin gitu.." rungutku sebal

"Ishh Bunda kasih tahu ya. Cowok mateng gitu hot abis lhoo.. jangan yang mentahan kek Ayah kamu dulu itu, nyebelin banget pengen jitak tahu gak?"

Kontan aku tertawa lebar mendengar Ayah yang berdecak kecil.

"Pokoknya ikutin saran Bunda. Selagi ada peluang, manfaatkan baek-baek. Dah ah, Bunda mo ngasihin ke Zadith dulu, nti dia keburu molor repot.."

Aku mengangguk lalu kembali fokus ke arah koper miniku.

Peralatan mandi check
Peralatan sholat check
Baju resmi check
Baju tidur check
Paspor tiket check

Beres deh! Lega dan bikin aku pengen cepet rebahan supaya besok pagi bisa bangun lebih awal dari biasanya.

Bangkok! I'm coming...

🌷🌷🌷

Ayah ikut mengantarku dengan supir kantor yang sudah stand by 15 menit sebelum berangkat. Entah karena kami anak-anaknya ikut atau memang mau bertemu vendornya dulu.

Untunglah kami datang 1 jam sebelym waktu check in jadi Ayah mengajak kami ke resto kopi terkenal yang masih  cukup lengang.

Sekilas aku heran juga, koq Ayah bawa tas peralatan tenisnya turun segala. Isinya apa emang?

Hingga ponselku terdengar berbunyi nyaring didalam tas handbag yang ku bawa.

Nomor asing? Siapa ya?

DUREN Kampung SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang