8. harsh words and shy

6.6K 280 3
                                    

Izora mendelik malas karena lagi-lagi Azra mengganggunya. Pria itu dengan sengaja menunggunya di luar kelas, ingin Izora hiraukan tapi akan terasa aneh jika pria itu terus mengikutinya. Haura yang berdiri di sebelahnya menepuk pelan tangan Izora berkali-kali.

"Kak, aku inget. Wajah Mey tuh mirip Kak Azra! Liat tuh wajahnya mirip banget ih!" seru Haura heboh tapi dengan suara yang pelan. "Kak, jangan bilang suami Kak Zora itu dia???"

Haura menutup mulutnya, tidak perlu dijelaskan dan mengonfirmasi karena apa yang ada di pikirannya kali ini sudah pasti benar. Lantas, kenapa saat ospek Izora bilang Azra tambah bego? Haura menggeleng, selain judes ternyata Izora juga durhaka kepada suaminya. Ish ish ish, hell for you sist.

"Enggak, bukan pokoknya bukan. Lo pergi duluan aja, nanti gue nyusul." Izora menghampiri Azra yang kini tengah menatapnya dengan senyuman manis laki-laki itu. Izora berkacak pinggang.

"Lo tuh gak bisa dikasih tau ya! Berapa kali harus gue bilang kalo lo tuh mengganggu, gue masih sabar ya kemarin-kemarin, tapi kalo lo sengaja diem di depan kelas gini too much gak sih, Naka?!"

"Kamu tuh tiap ketemu aku memang harus emosi kah?" Azra menghela nafas. "Salah aku sih yang buat kamu jadi gini, tapi kali ini aku gak niat ganggu kamu kok. Aku mau ketemu prof Hermawan." Prof Hermawan adalah dosen yang baru saja mengajar di kelasnya. Ooh mau ditaro di mana muka Izora.

Wajah Izora langsung memerah, malu. Bisa-bisanya dia langsung marah-marah bahkan ketika Azra belum membuka mulutnya sama sekali. Menyadari Izora malu, Azra tersenyum tipis. Menggemaskan sekali perempuan satu ini. Tidak mau membuat Izora merasa kalah, Azra kembali membuka topik.

"Dia nawarin aku buat jadi asdosnya. Menurut kamu terima jangan? Kan lumayan kalau aku terima, nanti bisa lebih sering ketemu kamu di kelas," jelas Azra. "Tapi, kalo itu buat kamu gak nyaman nantinya, aku bisa nolak kok. Gimana?"

"Terserah lo!" ketus Izora dan langsung membalikan badannya cepat. Sialan! Siapapun, ayo ajak Izora mengubur dirinya sekarang, Dia tidak pernah merasa semalu iniiii.

o0o

Kali ini Izora beneran kesal, selain karena tadi dia malu, kini Azra kembali menunggunya di depan kelas. Tidak mungkin 'kan jika dia ingin bertemu dosen yang baru mengajarnya lagi? Tapi, daripada mengeluarkan kekesalannya seperti tadi dan takutnya salah lagi, Izora memilih mengantupkan mulutnya dan berjalan melewati Azra begitu saja.

"Kali ini beneran mau ketemu kamu, kok." Suara laki-laki itu terdengar sangat dekat di sebelah telinganya. "Pulang bareng yuk?"

"Aku mau ngajak kamu ke SMA kita dulu, memang kamu gak kangen sama soto dan cireng isi kesukaan kamu itu?"

Izora sedikit menyingkir membiarkan orang lain berjalan lebih dulu. Dia membalikan badannya dan menatap Azra kesal. "Lo tuh ganggu bla bla bla, itu 'kan yang mau kamu omongin barusan?" tebak Azra yang sialannya benar sekali!

Karena ucapannya sudah laki-laki itu lontarkan, Izora jadi bingung mau ngomong apa! Dia kembali berbalik dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya.

"Kita baikan yuk, Zora? Ngeliat kamu manja-manja sama aku lebih baik daripada diem-diem terus kayak gini."

Izora diam tidak peduli dan memilih mengeluarkan ponselnya untuk segera memesan ojek online. Azra yang melihat itu langsung terdiam, usahanya sama sekali tidak Izora lihat. Tapi, dibanding segera pergi, Azra memilih berdiri di sebelah Izora. Memandang gadisnya tanpa peduli sekitar dan tanpa peduli Izora yang sudah risih.

GARIS BATAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang