"Tu- Tunggu!? Rasis!?" Kagura tidak terima mendengarnya.

"Iya. Kau tidak sadar kalau Kerajaanmu itu sangat rasis? Coba kutebak, di mana terakhir kali kau melihat orang Kilimanjaya asli?" Kagura terdiam mencoba mengingat, dan ketika ia berhasil ia tidak menyukai jawabannya. Terakhir kali ia melihat orang berkulit gelap seperti tadi, dijadikan budak di Ibu Kota untuk memperluas Istana Sang Ayah. "Yang makmur di Kerajaan Timur hanyalah orang-orang yang berkulit putih dan bermata sepertimu. Entah karena pemimpinnya yang tak bisa adil atau bagaimana, yang jelas, hubungan Kerajaan Timur dan Kilimanjaya hanyalah sebatas hubungan Tuan dan majikan. Karena itu, orang Kilimanjaya membenci orang sepertimu dan memilih merdeka."

Kagura pun tertunduk. Ia yang mengingat dua orang petugas patroli tadi jadi mengerti alasan kebencian mereka berdua. Yang lebih membuat Kagura tertunduk adalah, fakta sewaktu dulu ia masih di Istana, ia sama sekali tidak peduli untuk mencari tahu asal muasal budak-budak yang dipaksa bekerja di sana.

"Kerajaan Timur rasis fanatik Naga, sedangkan Kerajaan Barat terlalu otoriter dengan militernya. Bukankah, itu menjadikan Kilimanjaya, tempat di mana semua bisa bebas bagaikan surga?"

Kagura tidak menjawab apa-apa. Memang benar kalau menurut perkataan Edward kedua Kerajaan, baik Timur dan Barat sama-sama memiliki kekurangan. Tapi, hidup bebas tanpa aturan seperti ini... Kagura juga tidak bisa menyetujuinya. Mungkin, Kagura tidak cocok karena tak pernah berada di lingkungan seperti ini.

"Mmmhh..." Meskipun tidak sendiri, Kagura jelas tetap malu dan mati-matian menutupi diri. Wajahnya memang tidak terlihat, dan sepertinya juga tidak bakal ada yang mengenalinya di sana, tapi, tindakannya yang menutupi diri itu justru mengundang tatapan orang. "Ki- kita mau ke mana sih!?" Gerutu Kagura yang sudah sangat tidak tahan berada di luar dalam kondisi tanpa busana seperti itu. Apalagi di tengah orang banyak.

"Kau santai saja. Kau malu begitu malah aneh. Budak-budak biasanya sudah kehilangan semangat hidup dan tidak peduli apa-apa lagi."

Mengikuti ucapan Edward, Kagura menarik nafas dan perlahan menurunkan tangannya. Gila! Rasanya ia ingin meledak. Ini sungguh gila dan tak bermoral! Kalau sampai ada yang tahu putri ke 6 Kerajaan Timur sedang seperti ini, mau jadi apa nanti!?

Setelah berjalan cukup jauh, Edward dan Kagura akhirnya sampai di sebuah tempat ramai. Sepertinya pasar. Kagura tak sanggup lagi rasanya kalau harus melewati mereka semua dalam keadaan telanjng. Tapi, beruntung, Edward berbelok dan masuk ke dalam sebuah bangunan yang dari luar tampak seperti rumah. Namun ternyata, begitu di dalam, itu adalah sebuah bar minum.

Meskipun di dalam cukup ramai dengan orang yang sedang pesta mabuk, tapi berada di dalam ruangan seperti ini jauh lebih baik, daripada berkeliaran di luar. Kagura yang terus lanjut mengikuti Edward menelan ludah, "Kyah!" Ia sempat kaget ketika ada salah satu pengunjung di sana meraba pantatnya. Namun, baru saja Edward berbalik merespon teriakan Kagura, orang yang meremas pantat Kagura tadi langsung terjatuh ke lantai. Mungkin sudah terlalu mabuk. Melihat orang-orang di dalam sini, Kagura merasa di sini tak ada yang namanya siang atau pun malam. Mereka akan mabuk kapan pun.

Edward kemudian duduk di sebuah bangku, satu meja dengan seorang pria bermantel ungu yang cukup berlebihan. Di mantelnya itu terdapat batu berwarna-warni yang tertempel berjejeran. Cahaya yang redup di dalam bar membuat batu-batu di pria itu tampak berkilau perkasa. "Yo, Edward." Ucapnya dengan suara berat. Dari bau nafasnya, Kagura bisa mencium pria ini sama saja, seorang pemabuk dan perokok. "Ho!? Sejak kapan kau punya budak?" Angguk pria itu ke arah Kagura yang setia mengikuti Edward. Hampir saja Kagura ikut duduk di kursi, namun karena ia ingat perannya, ia pun duduk di lantai seperti budak pria yang sedang berhadapan dengan Edward ini.

"Yah... Masa seorang Edward Goldenbeard tidak punya budak?" Edward yang duduk memanggil pelayan sejenak, memesan minuman.

"Hmmm..." Pria botak itu memandangi Kagura dari atas hingga ke bawah. Kagura yang duduk untungnya bisa merapatkan paha, lalu, tangannya sengaja memeluk Kong untuk menutupi diri.

Dragon PrincessKde žijí příběhy. Začni objevovat