"Gausah, gue bisa sendiri. Mending lo pergi sekarang.” Usirnya.
Resti melongo melihat interaksi kedua sejoli ini, ada apa ini? Apa mereka lagi marahan ya? Tanyanya dalam hati.
"Biar gue aja yang bantu.” Ucap resti menengahi.
Resti lalu membantu Salsa berdiri, itu pun tidak luput dari pandangan Raffa. Resti kemudian memapah salsa berjalan menjauh dari Raffa.
"Lo hutang cerita sama gue.” Ucap resti pelan namun penuh penekanan.
^^^^^
Resti membawa Salsa ke kelas lalu medudukkannya hati-hati, karna Resti tau pasti rasanya sakit sekali.
"Sekarang cerita.” Ucapnya to the point
"Cerita apaa?” tanya Salsa dengan mimik muka yang dibuat-buat seolah tak mengerti.
Resti memutar bola matanya jengah, ia tau Salsa pasti akan selalu menghindar jika ditanya tentang hubungannya dengan Raffa.
"Lo kenapa tadi ketus gitu sama Raffa? Terus kenapa gak mau terima tawaran Raffa buat bantuin lo? Sok jual mahal lo.” Tanyanya.
Salsa meneguk salivanya susah payah, apa yang harus ia katakan? Jujur ia belum siap jika harus cerita. Tapi, jika ia tidak menceritakannya pada Resti apalagi jika sampai Resti tau dari orang lain. Resti pasti marah, karna menganggap dirinya tidak pantas disebut sahabat.
"Gue putus.” Cicit salsa
Hanya dua kata yang keluar dari mulut salsa tetapi mampu membuat mata Resti membelalak sempurna.
"APAAA..!!!!” teriak Resti tepat disamping telinga salsa yang membuatnya menutup telinga sambil memejamkan matanya.
"Anjir kuping guee.!” Pekik salsa.
"Kenapa Sal? Ada masalah apa antara lo sama Raffa? Bukannya sebesar apapun masalah kalian, kalian selalu bisa atasi itu bareng-bareng ya? Ya Allah sal.” Ucap resti sembari memeluk sahabatnya ini. Resti tau, ini bukan hal yang mudah. Pasti sangat menyakitkan.
Ia sedikit kecewa karna sedari tadi Salsa tidak mau cerita apapun tentang hal sebesar ini. Salsa memang hebat dalam hal menyembunyikan perasaannya. Buktinya, dari tadi ia tidak melihat gelaggat yang aneh sebelum bertemu Raffa.
"Dia bilang... dia mau fokus siapin diri mau kuliah buat bahagiain orang tuanya res.” Ucap salsa lirih dalam pelukan resti.
Resti yang mendengar penuturan sahabatnya sontak melepaskan pelukannya dan beralih memegang kedua bahu salsa.
"Apa lo bilang? Cuma karna fokus siapin diri mau kuliah dia sampe putusin lo Sal? Gue gak habis pikir sama pikiran dia. Alasan dia tu basi tau ga, kayak alasan yang biasa anak-anak pake kalo pas mau ujian sekolah. Minta putus karna mau fokus ujian, cih.” Ujar Resti berdecih.
Salsa menundukkan kepalanya, ia sedih jika harus mengingat kejadian itu. Itu sebabnya ia tidak cerita apapun pada Resti karna otomatis ia ajan teringat kejadian itu.
Tangis salsa pecah seketika, Resti yang mendengar suara isakan Salsa pun langsung memeluknya untuk memberikan kekuatan.
"Padahal gue mampu nemenin dia Res, gue bisa. Jangankan kuliah, nemenin dia sampe sukses pun gue sanggup. Asal dia gak nyerah kayak gini, hiks.” Racaunya sambil menangis dalam pelukkan Resti.
Resti mengusap punggung Salsa bermaksud untuk menenangkannya. “Berarti dia yang gak mau sama lo Sal, dan tentang dia yang mau fokus kuliah itu cuma alesan.” Sahut resti
"Tapi kenapa harus sekarang? Gue udah bener-bener sayang banget sama dia.” Ujar resti.
"Udah, hapus air mata lo. Tenangin diri lo, sebentar lagi guru masuk.”
Salsa hanya mengangguk lalu melepaskan pelukkannya. Saat ia sedang berusaha mengatur nafasnya, tiba-tiba matanya terkunci melihat sosok yang ia sayangi melintas dihadapannya.
Cukup lama mereka saling memandang, hingga akhirnya Salsa memutuskan lebih dulu karna Resti memegang bahunya.
Resti menatap Raffa dengan sangat tajam. Raffa tau, Resti pasti marah besar, karna yang tau detail dari hubungan mereka hanya Resti.
Raffa lalu melangkahkan kaki menuju kursinya lalu menoleh ke arah Salsa, mmenatapnya dengan tatapan sendu.
'Maafin aku sal, maafin aku’. Ucapnya dalam hati.
Tak lama, seorang guru masuk ke ruangan dan memulai pelajaran. Semua murid terlihat fokus mengikuti pelajaran, benar-benar fokus atau hanya pura-pura. Entahlah.
^^^^
Bel istirahat berdering 5menit yang lalu, dan semua siswa siswi SMA Marga Baru tampak memenuhi kantin sekolah untuk mengisi perut kosong mereka.
"Gue pesenin ya?” Tanya Resti.
Salsa hanya mengangguk mengiyakan. Seperginya Resti, ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Seperti mencari seseorang tapi tidak ada yang sedang ia cari. Ia hanya melihat keramaian yang ada dikantin, tapi hanya kantin yang ramai, tidak dengan hatinya.
"Sal.” Panggil seseorang
Salsa menoleh kearah sumber suara, lalu menautkan alisnya heran.
"Nando, ngapain lo kesini?” tanyanya ketus.
"Gapapa, gue kebetulan lewat terus liat lo. Cuma nyapa doang.” Jawab Nando.
"Oh.”
"Yaudah gue duluan ya, makan yang banyak biar cepet gede.” Ucapnya sambil mengacak rambut salsa pelan lalu melenggang pergi.
"Dih gajelas.” Gumamnya.
Tak berselang lama, datang Resti dengan nampan yang berisi 2 mangkuk bakso lava favorit mereka, tak lupa 2 gelas es teh manis.
"Pesanan dataaangg, silahkan dinikmati kak.” Ucapnya sambil meletakkan 2 mangkuk bakso dan 2 gelas es teh ke atas meja bak seorang pelayan resto.
"Kalo ada yang kurang, kakak bisa langsung panggil saya aja ya.” Lanjutnya.
Salsa tertawa melihat kelakuan sahabatnya ini. Dia paling bisa membuat moodnya kembali dengan tingkah konyolnya.
"Pantes juga lo jadi pelayan, mau gak jadi pelayan gue?” tanyanya meledek.
"Yee dibaikin malah ngelunjak, tapi bolehlah. Gajinya 10jt perbulan? Gimana?” ucapnya tertawa.
"Itu sih pemerasan namanya.” Sahut salsa berlagak kesal.
Mereka pun tertawa, lalu mulai melahap makanan mereka masing-masing tak jarang diselingi candaan-candaan konyol mereka.
Tanpa mereka sadari, di meja yang berbeda ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan keduanya. Ralat, bukan keduanya, lebih tepatnya hanya salsa.
Tawa salsa mampu membuat senyum lelaki itu terbit, hatinya menghangat karna masih banyak yang peduli pada salsa. Tidak seperti dirinya yang hanya bisa menyakiti hati salsa.
"Wooyyy..! Ngelamun muluk lo, buruan dimakan malah senyum-senyum. Atau gue rebut nih makanan lo.!” Pekik Indra yang membuat Raffa terlonjak kaget.
Ya, sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan salsa adalah Raffa.
"Enak aja, gue juga laper kalik.” Ucap Raffa kesal.
"Makanya jangan kebanyakan ngelamun Raf, udah tau Indra orangnya rakus. Makanan siapapun yang nganggur ya pasti diembat walaupun dia udah abis 3 mangkuk.” Kekeh Rehan.
"Ya kan ga boleh nganggurin makanan, dosa tau.” protes indra membela diri.
"Yee itu sih lo nya aja yang rakus. makan aja banyak, gemuk kagak kayak orang cacingan iya.” Ejek Raffa tertawa
"Sialan lo.” Ucap indra kesal. Selalu saja ia yang dijadikan bahan nistaan kedua sahabatnya ini.
‘Untung sahabat’ katanya dalam hati.
____________
Gimana part 4 nya??
Feelnya dapet gak si?
Siap lanjut?
See you next part:)
YOU ARE READING
Mati RASA [SLOW UPDATE]
Teen FictionKalian pasti pernah mengalami hal ini bukan? atau bahkan kalian sedang berada difase ini? Fase dimana kalian bahkan sudah tak mempercayai lagi apa itu CINTA, Cinta yang bagi sebagian orang merupakan anugerah atau sesuatu yang membahagiakan, tapi ken...
![Mati RASA [SLOW UPDATE]](https://img.wattpad.com/cover/245273933-64-k405861.jpg)