"Meyyy, kangennnn." Begitu masuk ke rumah dan mendapati Meysi yang sedang bermain di ruang tamu, Izora langsung berlari untuk memeluk dan menciumi seluruh wajahnya. "Liat, aku gak lama kan kuliahnya?"
"Kok udah pulang, Vel. Katanya sampe sore."
"Kelasnya dipindahin," jawab Izora tanpa menatap Mamanya. "Ini bayi matanya udah ngantuk banget, pasti belum tidur siang yaa?"
"Gak mau tidur dia, udah Mama bawa ke kamar malah nangis."
"Yaudah, biar aku tidurin sekarang," ucapnya. "Aku ke kamar dulu, Ma. Makasi ya udah jagain Mey dari tadi."
"Kamu nangis?" tanya Mama tiba-tiba. Sejak tadi Izora membuang wajahnya dan tentu saja kebiasaan itu sudah tidak aneh untuknya. "Kenapa, Vel. Sini cerita sama Mama."
Izora menggeleng. "Nangis apa, Ma. Aku kesini pake ojol jadi matanya kena debu," bohong Izora seraya bangkit dari karpet yang penuh dengan mainan anaknya. "Udah ah aku mau nidurin dulu si Mey, dadah dulu sama Oma kamu, Mey."
"Daahhh," Meysi melambai-lambaikan tangannya. "Nda mau jayjan, Nda."
"Iya nanti kita jajannya ya, sekarang Mey harus tidur siang dulu biar nanti malem gak rewel."
"Dak mau, Nda. Mauna jayjan cekalang."
Izora merotasikan bola matanya malas. "Kalo jajan sekarang gak akan aku kasih nenen selamanya, gimana?" Izora langsung merebahkan tubuhnya dan tubuh Mey di kasur. "Mey, tadi aku ketemu Ayah kamu lagi, dia meluk aku lamaaa dan minta maaf terus-terusan."
"Menurut kamu aku harus maafin dia, Mey?"
Begitu menyentuh bantal, Meysi yang ingin jajan itu langsung tertidur begitu saja. Sudah tidak aneh, si tiap bilang gak mau tidur ini tapi saat bertemu bantal akan langsung tidur.
"Dia jahat, Mey. Tapi dulu dia pasti bingung dan takut, tapi harusnya dia nyoba dan usaha dulu 'kan bukannya langsung nyerah? Aku aja sekarang bisa 'kan, Mey?"
"Bingung banget aku, Mey."
o0o
Di kamarnya Azra termenung memikirkan apa yang harus dia lakukan. Selama ini dia selalu merasa bersalah karena mengugurkan kandungan Izora dan tidak bisa menjadi perisai seperti yang Izora inginkan. Pesan terakhir dari dua tahun lalu yang Izora kirim mengatakan bahwasannya anak mereka sudah Izora gugurkan dan Izora meminta agar Azra tidak usah menemuinya sampai Izora sendiri yang akan datang padanya.
Namun setelah dua tahun lamanya, Izora tidak pernah datang juga. Izora tidak pernah membalas pesannya dan Izora tetap tidak ingin bertemu dengan Azra. Tapi yang mengejutkan kali ini adalah, anaknya yang Izora bilang sudah digugurkan itu ternyata masih hidup. Azra tidak perlu mempertanyakan itu, karena wajah bayi yang dilihatnya tadi adalah wajah dirinya versi perempuan.
Mata bulat dengan binar cerah itu, ahh .. bagaimana bisa dia terlihat begitu lucu dan suci.
"Mas Azra, dipanggil dari tadi loh gak dengar?"
"Eh ada Adek, sorry mas lagi ngelamun." Safa, adik Azra yang kini masih menginjak bangku SMA membuka pintu kamarnya. "Kenapa?"
"Itu Mbak Hawa minta anterin pulang, Mas Adam masih praktek di klinik. Jadi gak bisa jemput."
"Oh gitu, tunggu bentar kalau gitu." Azra beranjak dari kasurnya dan mengganti celana pendeknya dengan jeans panjang.
"Anterin aku ya, Mas Azra," ulang Mbak Hawa ketika Azra sudah berdiri di dekatnya. Azra adalah anak kedua, ia memiliki satu kakak perempuan yang dia panggil Mbak Hawa dan si bungsu bernama Safa tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS BATAS [TAMAT]
RomanceBukan dunia atau tuhan yang tidak adil. Tapi, pilihan hidupnya yang salah. Tapi, tidak! Bukan hanya dia yang salah. Manusia yang tengah berdiri di depan sana dengan bahagia dan percaya diri itu juga andil dalam membuat masalah ini. Bedanya, dia haru...