37 - Serious Talk

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Kalau begitu sudah waktunya untuk berhenti."

Mr. R tidak terkejut dengan yang dikatakan bosnya. Dia tahu kalau keputusan itu pasti yang akan dipilih. "Tapi, apa Bos tidak bisa mempertimbangkan kembali rencana yang aku sampaikan tempo hari?"

"Keputusanku sudah bulat, tidak ada lagi perubahan. Tugasmu sudah selesai untuk mengawasi dan melindungi Ruwi. Kamu bukan lagi stalker Ruwi sekarang."

"Mohon pikirkan sekali lagi. Menurutku, ada baiknya Ruwi mengetahui fakta kalau ayahnya ternyata masih hidup sampai sekarang." Mr. R mengambil napas sejenak. "Lusa aku akan datang langsung, aku harap keputusan Bos bisa berubah."

👣👣👣

Betapa Ruwi sangat merindukan ayahnya. 15 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi seseorang yang selalu merindukan orang yang dia sayangi. Ruwi tidak menyangka sudah selama itu dia menunggu sembari berusaha mencari petunjuk mengenai keberadaan ayahnya yang menghilang 15 tahun silam. Namun, kerinduannya saat ini sedikit terobati dengan hadirnya sebuah foto yang sudah usang itu.

"Kenapa ayahku bisa setampan ini?" Ruwi tersenyum lebar sambil memandangi wajah ayahnya di dalam foto.

"Aku rasa mataku mirip dengan mata Ayah, bentuk bibir kayaknya juga mirip, deh. Kenapa wajah kita bisa mirip? Ruwi udah kayak Ayah versi perempuan aja. He he he."

Cewek itu bahagia bukan main. Ternyata kebahagiaan yang dia inginkan sangatlah sederhana. Cukup bertemu kembali dengan Ayah. Melihat rupa beliau lewat foto saja sudah bisa membuat gadis itu bahagia. Bayangkan jika dia bertemu langsung dengan ayahnya suatu saat nanti. Dia pasti akan merasa seperti orang paling bahagia di dunia.

Sekitar satu jam lamanya Ruwi masih sibuk memandangi foto itu sembari senyum-senyum sendiri. Waktu sudah hampir tengah malam, tapi Ruwi masih enggan melepas foto itu dari tangannya.

Tok... Tok...
Pintu kamar Ruwi tiba-tiba dibuka oleh seseorang dari luar. Orang itu tak lain ialah Mila, penghuni kamar sebelah di indekos itu.

"Ruwi, pinjem penggaris." Mila langsung nyelonong masuk dan mengambil alat tulis itu di meja belajar Ruwi.

"Anak teknik, kok, gak punya penggaris," sindir Ruwi.

"Penggaris gue hilang tadi siang, padahal masih baru, loh, hu hu hu. Baru ditinggal sebentar ke kamar mandi, eh, tau-tau udah gak ada di meja. Sebagai anak IPA, gue percaya penggaris itu benda mati yang gak bisa jalan sendiri. Gue yakin pasti salah satu teman sekelas gue yang nyolong. Kenapa ada orang yang bisa nyuri penggaris murah kayak gitu, sih?" Mila mendadak curhat panjang lebar.

Tanpa dipersilakan, cewek itu langsung mendudukkan dirinya di pinggir ranjang yang ditiduri Ruwi. "Dari tadi belum selesai mantengin fotonya?! Astaga, kalau sampai bola mata lo copot, gimana?!"

Ruwi bangkit dari posisi rebahan. "Gue gak mau berpisah dengan foto ayah gue. Lo tau 'kan sebahagia apa gue sekarang setelah adanya foto ini?"

"Iya, deh, tau kok. Gue juga ikut seneng liat lo sebahagia ini. Setelah sekian lama akhirnya lo bisa tahu wajah ayah lo," ucap Mila tulus.

Pandangan Mila beralih menatap foto yang masih dipegang Ruwi. "Btw, bokap lo ganteng juga ternyata. Vibe-nya udah kayak aktor terkenal."

"Jelaslah. Tom Cruise, Lee Min Ho, Mario Maurer, masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan ketampanan ayah gue."

Mila melempar tatapan aneh. "Iyain aja biar seneng. Iya deh, ayah lo emang yang paling ganteng sedunia," ucap Mila demi menyenangkan temannya itu.

Keduanya tertawa ringan.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ