Bagian 37 ~ Ide Buruk

21 9 0
                                    

"Udah gue duga, kalau si Selia itu cuma melebih-lebihkan," ujar Aldi. Semuanya mengangguk membenarkan ucapan Aldi, "terus rencana lo selanjutnya apa?" sambungnya.

Sekitar 20 menit keempat remaja itu duduk di caffe, saling ngobrol, tertawa, bahkan terlihat seperti teman seangkatan, bukan obrolan antara senior dan junior.

Ditengah-tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba dentingan ponsel Dina yang berada di atas meja menghentikan aktivitas mereka.

Dina membuka pesan yang ada di layar ponselnya. Semua pandangan pun tertuju padanya.

Bunda
Dek, kok belum pulang?

"Siapa Din?" tanya Karina.

Dina mendongak dari layar ponselnya, mengedarkan pandangannya ke semua orang yang juga tengah menatapnya, "Bunda, nanyain kok belum pulang," jawabnya.

Aldi sontak menoleh ke jam tangan yang melingkar gagah di lengan tangan kanannya, "udah jam 5 ternyata, gak kerasa ya," tuturnya diakhiri kekehan.

"Yaudah kalau gitu pulang aja yuk," timpal Bagas.

Semuanya mengangguk menyetujui usul Bagas, "ya udah hayuk," jawab Aldi.

Dina menoleh ke arah Karina, "Rin lo gimana? Mau gue anter dulu?" tanyanya.

Kedua lelaki ini hanya memperhatikan gadis-gadis di depannya ini.

Karina menggeleng pelan, "gak usah. Gue pesen ojek online aja," senyumnya kemudian.

"Emang kenapa harus pesen ojek online? Gak bawa motor?" timpal Bagas.

"Lo gak liat tadi dia bonceng sama si Dina?" sungut Aldi,"kenapa gak lo tebengin aja Gas? Kan rumah lo searah tuh sama Rina?" pungkasnya.

Dina menatap Aldi curiga, "kok Kak Aldi tau, kalau rumah Karina sama Kak Bagas searah?"

"Yaudah ayok," potong Bagas.

~~~

"Emang rumah lo dimana sih kak?"

"Perumahan Kadal."

Karina tentu terkejut dengan jawaban Bagas, pasalnya Perumahan Kadal berseberangan dengan perumahan komodo tempat Karina tinggal. Itulah mengapa Bagas tau letak danau kemarin.

"Pasti lo kaget?" ujar Bagas.

"Biasa aja."

Bagas tersenyum, ia sudah bisa menebak ekspresi Karina saat ini, sok-sokan cuek.

Sekelebat ide cemerlang muncul di pikiran Bagas , tangan kirinya mencengkeram rem kuat-kuat. Ia mempersiapkan dengan matang, tiba-tiba, "kalau ini?" tubuh Karina tersentak ke belakang hampir membuatnya jatuh, tapi dengan sigap ia memeluk erat Bagas, "BUNDAA," Karina menjerit histeris.

Bagas tertawa penuh kemenangan, setelah melajukan normal kembali motornya.

"Gimana? Keren kan gue?" tanya Bagas ke Karina, namun tak juga di respon oleh Karina.

"Bunda," rintih Karina di sela-sela dekapanya ke Bagas. Tak sadar air matanya menetes begitu saja di punggung Bagas.

Bagas merasa gadis dibelakangnya ini tidak dalam keadaan baik-baik saja, terbukti dari pegangan tangan Karina di pinggangnya semakin erat, "Kar, lo gak papa?"

"Bunda hiks hiks."

"Kar, lo kenapa sih?"

Merasa tidak beres, Bagas menepikan motornya di sebelah ruko kosong pinggir jalan. Sebenarnya rumah Karina hanya tinggal beberapa meter saja dari tempatnya saat ini.

"Kar, lo kenapa?" tanya Bagas, saat sudah berhasil menghentikan motornya, dan masih terduduk di joknya.

Ia ingin sekali turun dari motor dan menatap wajah gadis yang tengah menangis dibelakangnya ini, tapi apalah dayanya, Karina memeluknya terlalu erat sehingga ia tidak bisa bergerak apalagi turun dari motor.

Tidak ada jawaban dari Karina, ia malah semakin merasa bersalah, idenya untuk mengerjai Karina dengan meng-gas laju motor dengan spontan, membuat Karina menjerit histeris bahkan hampir menangis.

Apa tindakannya tadi sudah membuat gadis ini takut? Segitu takutnya kah Karina sehingga ia menangis seperti ini? Bagas sendiri masih sangat bingung dengan Karina yang tak kunjung meredakan tangisnya.

Bersambung

Terimakasih sudah mampir

Makin garing ya

Intinya makasih buat yang udah stay sama cerita absurd ku ini

Jangan lupa klik bintang dipojok kiri bawah ya, gratis kok

Mari berteman
instagram @suryani_iiii
Twiter @suryaniajaaa
Wattpad @suryaaanii

KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang