Bagian 35 ~ Ancaman

22 15 12
                                    

"Din lo tau Kak Selia?" Karina tiba-tiba saja melontarkan kalimat itu. Untung saja kantin dalam keadaan ramai, jadi suara mereka tidak terlalu jelas.

Dina yang akan memasukan nasi goreng kedalam mulutnya terpaksa harus di gantungkan," tau dong, dia kan senior kita, primadona sekolah. Sama yang pernah nyari ribut sama kita dulu kan?"

Karina mengangguk membenarkan, "lo tau siapa pacarnya?"

Mata Dina memicing keatas mengorek otaknya mencari informasi tentang Selia, "kak Riko, anak Pemasaran yekan?"

Jempol kanan Karina terangkat, memberikan apresiasi kepada Dina, "menurut lo dia ganteng gak?"

Dina menganggukkan kepalanya, "lumayan," sembari mulutnya mengunyah kerupuk. Seketika ia tersadar dari pertanyaan-pertanyaan yang Karina lontarkan, "Rin, jangan bilang lo mau nik-"

"Brisik!" belum sempat Dina menyelesaikan ucapannya, dengan cepat Karina langsung memutus perkataan Dina.

Mata Dina memicing ke arah Karina yang berada di depannya ini, dengan tangan yang siap memasukan kerupuk kedalam mulut.

BRAK...

Suara gebrakan meja di depannya ini membuat Dina tersedak oleh kerupuknya, dengan gerakan cepat Karina menyodorkan es teh milik Dina. Setelah itu ia menoleh ke atas, mendapati Selia dan Nanda yang tengah tersenyum menyeringai.

"Lo mau cari masalah sama kita?!" tantang Dina setelah minum.

"Whuis, santai dong," jawab Nanda tenang.

Lagi dan lagi, mereka berempat menjadi pusat perhatian anak-anak Garuda yang tengah menikmati santapan makan siang mereka.

"Yang cari masalah itu temen lo!" ujar Selia, spontan pandangan Dina tertuju pada Karina, "maksud lo apa?" tanya Dina penasaran.

Selia berdecih, "bilangin, jangan kegatelan sama cowok orang! Kalau gak mau berurusan sama kita!" imbuhnya.

"PERHATIAN SEMUANYA, JAGA PASANGAN KALIAN MASING-MASING. JANGAN SAMPAI KENDOR. BISA-BISA INI CABE NGEREBUT COWOK KALIAN JUGA!" seru Nanda.

Karina mulai geram pada dua manusia ini, dengan spontan ia berdiri dari kursinya, "JAGA YA MULUT LO!" tampiknya.

"Apa?!" jawab Selia.

"Gue gak pernah sekalipun berniat untuk rebut cowok lo! Kalau gak tau akar permasalahannya gak usah fitnah!"

"Fitnah lo bilang? Kemarin lo jalan sama cowok gue, pagi tadi lo juga jalan sama cowok gue, dan gue lihat pake mata kepala gue sendiri. Parahnya lagi lo masih bilang itu Fitnah? Gila ya. Udah salah, nyolot lagi! Dasar muka tembok!" cerca Selia ke Karina.

Jujur Karina tidak bisa berkutik, memang semua tuduhan yang dilontarkan Selia itu benar adanya. Suasana kantin menjadi riuh dengan bisikan-bisikan para haters.

"Oke gue minta maaf sama lo, gue bener-bener gak maksud buat ngerebut cowok lo. Kalaupun gue rebut, gue juga tau diri kok. Sekali lagi gue minta maaf sama lo kak," jelas Karina.

"Maaf lo bilang?" sindir Nanda.

Dina yang tadinya diam kini tersulut emosi, "terus mau lo apa?! Ha?!" badannya hendak mendekati Nanda yang berada di sebelah Selia, namun berhasil dicegah oleh Karina.

"SANTAI GAK USAH NGEGAS!!" jawab Nanda yang hendak maju kedepan, yang tak mau kalah dari Dina.

"Udah Nda, kita biarin aja duo junior kita ini. Tapi kita liat aja nanti kalau sampai mereka masih cari masalah lagi sama kita. Gue gak akan tinggal diam," tuturnya dengan senyum smirk bak iblis.

"Lo mau lepasin mereka?" protes Nanda.

"Hmm," jawab Selia.

"Tapi kan-" terlihat disini Nanda seperti tidak ikhlas melepaskan duo juniornya ini.

"Pertama kedua boleh lepas, ketiga keempat jangan harap bisa nafas," ancam Selia pada Dina dan Karina.

"Kita gak takut," geram Dina.

"I see, kita liat aja. Gue gak pernah main-main sama perkataan gue," tutur Selia,"yuk cabut," ajaknya ke Nanda.

"Awas lo," tunjuk Nanda ke arah muka Karina, sebelum benar-benar pergi dari sana.

Seperti biasa, Dina malah yang tersulut emosi, "APA?!"

"Udah Din!" tahan Karina.

Dina melihat kepergian dua manusia itu keluar kantin, "mereka itu kenapa sih, suka banget cari masalah sama kita. Gak pernah piknik pasti itu orang," ujarnya dengan sorot mata masih menuju pintu kantin.

"Udahlah Din, gue juga yang salah, jalan sama cowok orang," kata Karina sambil menarik lengan Dina untuk duduk seperti semula.

"Ya gak bisa gitu dong Rin, Selia kan gak tau aslinya gimana," protes Dina.

Karina tersenyum dengan menaikan sebelah alisnya, "emang lo tau kejadian aslinya gimana?" tanyanya balik.

Dina menyengir kuda,"hehe gak tau juga."

"Dih sok-sokan belain gue, lo-nya aja gak tau," sindir Karina sambil tangannya mengaduk es teh manisnya.

Mata Dina membulat, "ooo jadi lo gak seneng gue belain tadi?!" semburnya.

"Seneng kok."

"Masa?"

"Iya seneng banget malahan."

"Bohong," selidik Dina.

"Terus lo juga gak seneng gue kasih contekan tadi pagi?" Karina malah berbalik tanya kepada Dina perihal tugas matematika tadi pagi.

"Ikhlas gak nih."

"Ikhlas Dina Amelia."

"Yaudah dong, berarti kita impas," ujarnya di akhiri dengan senyum yang mengembang, dan tangan kanannya terangkat, seolah mengajak tos.

Karina pun menyambut dengan tangan kanannya, "pas!"


Bersambung

Terimakasih sudah mampir

Makin garing ya

Intinya makasih buat yang udah stay sama cerita absurd ku ini

Jangan lupa klik bintang dipojok kiri bawah ya, gratis kok

Mari berteman
instagram @suryani_iiii
Twiter @suryaniajaaa
Wattpad @suryaaanii

KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang