👁‍🗨 End

35 11 34
                                        

BANGUN!

Kedua kelopak mata itu terbuka lebar. Menghirup udara itu dengan nafas tak beraturan, seperti seseorang yang memiliki penyakit asma yang sedang kambuh. Joana menatap sekitar-nya dengan telaten menyadari ini masih tempat ruang kerja-nya. Komputer itu masih menyala menampilkan adegan sadis Deep Weeb. Joana bangun dari tempat-nya ingin memastikan kalau diri-nya tak mati. Benar, saat Joana menatap komputer-nya memfokuskan mata-nya pada komentar yang semakin membludak.

Kenyataan-nya Joana overdosis obat-obatan sehingga membuat Joana jatuh pingsan selama dua belas jam lama-nya. Joana mengusap wajah lelah-nya melihat beberapa obat di lantai, obat anti-depresan dan obat tidur. Joana menutupi kedua tangan-nya menangis histeris, selama ini Joana tak benar-benar membunuh keluarga itu, Joana berhalusinasi sepanjang tidur-nya seolah-olah Joana membunuh mereka secara nyata. Semua yang sudah terjadi itu hanya delusi-nya.

Iya delusi.

Itu kenyataan yang amat menyakitkan mengetahui kebenaran-nya. Pantas saja Joana merasa bingung kenapa dengan mudah Joana membunuh orang-orang itu, bahkan tanpa diketahui oleh polisi. Persetan dengan halusinasi itu, Joana benar-benar marah pada diri-nya sendiri, Joana tak bisa melakukan apa yang Joana lakukan-nya. Joana kecewa tak dapat melakukan apa-apa. Mimpi bawah sadar-nya sengaja memanipulasi amarah yang selama ini Joana simpan rapat-rapat. Halusinasi mempermainkan diri-nya menjadi orang gila seperti ini.

Joana ingin berhenti mengonsumsi obat-obatan, Joana ingin seperti manusia normal yang memiliki gairah hidup. Halusinasi membunuh mental-nya secara perlahan. Joana menangis pilu, memeluk kedua lutut-nya erat-erat. Delusi memanfaatkan keadaan mental lemah-nya.

Tak masuk akal, benar.

Joana tak menampik-nya. Joana bingung dengan diri-nya sendiri. Mengapa hanya diri-nya sendiri yang merasakan penderitaan itu. Membunuh, memiliki kepribadian ganda, menjadi superior di negara pelik ini, dan mendapatkan hukuman mati karena merentas keamanan negara semua itu hanya halusinasi yang dibuat Joana.

Halusinasi.

Joana tak akan sekuat itu membunuh orang, Joana bahkan tak tega melukai seseorang walau orang itu melukai-nya. Joana benar-benar frustasi. Joana berdiri melangkah kaki-nya keluar dari ruang kerja-nya, Joana menatap bekas darah di lantai, Joana menculik seseorang tapi Joana melepaskan orang itu. Benar-benar bodoh, sama saja Joana menyerahkan diri atas penculikan itu. Mungkin saja korban itu akan mengadu pada yang berwewenang, dan Joana akan merasakan bangsal yang lebih mengerikan, atau Joana saat di penjara akan di siksa oleh para narapida sebagai status pidana baru.

"Aku ketakutan," Joana menoleh menatap gadis itu, menyadari bahwa orang yang Joana culik itu tak melarikan diri malah ketakutan meringkuk di sisi sofa.

"bukannya kamu seharus-nya pergi?" tanya Joana hampir melayangkan kalimat sarkas itu kalau saja tak melihat keadaan menyedihkan gadis itu.

"mereka ingin menangkap ku dan menjual ku diperbudakkan lelang yang diadakan kapal feri malam ini." sorot mata Joana kosong, Joana tertawa pelan.

"aku boleh minta tolong?" untuk pertama kali-nya Joana mengatakan kalimat itu. Selama ini Joana hanya berpura-pura kuat dihadapan orang-orang dan menampik bahwa Joana tak butuh bantuan orang lain. Padahal manusia itu saling membutuhkan satu sama lain, Joana bisa se-anti sosial ini sampai tak mau bergaul dengan banyak orang.

"aku titip semua yang ada disini." Setelah mengatakan kalimat itu. Joana tersenyum tulus, melangkah kaki-nya menyusuri pintu depan yang mengarah ke jembatan tersebut. Joana melupakan keindahan yang dimiliki dunia, walau Joana takut sekali melihat lautan lepas, sekarang Joana merasa lega melihat laut jernih itu.

Terima kasih untuk dunia yang menyiksaku, biarkan aku melakukan ini. Aku tak ingin membiarkan nafsu kejam ini menjadi kenyataan, maafkan aku tuhan telah menentang takdirmu. Aku lelah sekarang, biarkan aku beristirahat.

Joana berlari menghampiri jembatan tanpa pembatas itu dengan senyum ceria yang memilukan itu. Joana melompat dalam ketinggian seribu kaki dari permukaan dasar laut. Joana menutup kedua mata-nya menikmati tubuh-nya melayang jatuh ke lautan yang mengerikan itu. Joana sengaja membiarkan air laut itu masuk ke rongga hidung-nya. suicide itu menyesatkan para manusia, tapi bagi siapapun yang merasakan keadaan ini, ini tempat yang terbaik untuk mengakhiri hidup.

Joana tenggelam hampir kedasar laut. Mata-nya buram akibat menangis, Joana merasa amat perih menatap dunia yang amat pelit. Joana berjanji -tak- maksud-nya kalau seandai-nya Joana terlahir kembali Joana ingin menjadi salah satu orang yang berpengaruh membela kebenaran.

Tak percaya dengan reinkarnasi. Tak percaya dengan kehidupan baru itu. Joana hanya ingin dimasa depan semua akan baik-baik saja dari ini.

Selamat tinggal dunia.

Atau sebenarnya, sampai bertemu lagi dunia. Joana tersenyum penuh arti melihat sesuatu menarik-nya sampai ke dasar laut lalu di tutupi oleh benda yang membuat-nya kembali sesak. Joana berharap Joana tak hidup lagi.

Iya ,

lagi.[]

SELESAI.

Doppelgänger (harfiah: muka ganda) adalah penampakan dari wajah seseorang yang masih hidup, biasanya merupakan suatu pantulan.

Outro : Singularity ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя