Berkenalan Dengannya

50 8 6
                                    

"Pagi, Kakak Kabem! Long time no see~"

Pagi harinya Doyoung di hari pertama semester baru perkuliahan sudah dimulai dengan sapaan ramah teman-teman kelasnya yang datang lebih dulu. Berhubung mahasiswa yang satu angkatan dengannya itu sedikit, ia sudah terbiasa menghabiskan empat semester dengan orang yang itu-itu saja. Sehingga sekarang, tidak ada lagi rasa canggung, tidak perlu lagi perkenalan. Mereka sudah saling mengenal, kok.

"Pagi, Ten. Baru juga gak ketemu sebulan. Kangen lo sama gue?"

Doyoung pada keseharian perkuliahan adalah pribadi yang santai, bahkan suka melontarkan candaan kepada teman-temannya. Nyaman adalah kata kunci, tentunya. Teman sekelas baginya adalah keluarga, jajaran orang yang menemani baik dalam suka dan duka. Jika tentang mereka, bukan hanya nyaman lagi yang ia rasakan. Semuanya lebih dari itu.

"Mau bilang kangen tapi takutnya lo jijik lagi sama gue."

Ia membalas ucapan itu dengan tawa khasnya, berjalan mendekat lalu menempati kursi kosong di sebelah Ten, *teman ngobrol*-nya pagi ini. Begitu tas hitamnya ditaruh di atas meja, ia mengarahkan badannya ke samping, agar bisa lebih leluasa melanjutkan percakapan.

"Lo mau suka sama gue juga belum tentu gue sukain balik kali."

Teman-temannya itu beragam, baik dalam gender, suku, sifat, termasuk juga orientasi seksual. Ya, temannya yang bernama Ten ini bisa dibilang salah satu dalam keragaman itu. Lingkungan yang nyaman, santai dan begitu terbuka akan satu sama lain membuat mereka bebas mengutarakan apapun, salah satunya adalah membuka diri atas sesuatu yang masih dianggap tabu oleh masyarakat luar. Secara pribadi, Doyoung tidak pernah mempermasalahkan itu. Ia sendiri bahkan tidak menentukan miliknya. Mungkin, belum.

"Ten mah ngejarnya sahabat lo kali, bukan elo, Doy."

Satu lagi tambahan anggota dari percakapan ini. Secara tiba-tiba, sudah ada teman yang lain datang dan duduk di atas meja panjang di depannya dan Ten. Teman yang kali ini adalah perempuan dengan rambut panjang yang terurai berantakan, kaus hitam berlengan panjang dengan celana jeans tersemat cantik pada tubuhnya.

"Etdah, benerin rambut dulu atuh mbak."

Doyoung ikut menggelengkan kepalanya begitu Ten mengomentari teman perempuan mereka ini. Tanpa suara ia berdiri, tangannya sudah terangkat untuk merapikan surai rambut panjang itu dengan jari-jarinya.

"Sini sisir."

Tangannya kemudian terulur, membuka telapaknya sebagai bentuk tunggu atas apa yang ia pinta tadi. Hanya butuh sedetik setelahnya untuk satu buah sisir berukuran sedang ditaruh di atas telapaknya.

"Lama-lama Doyoung udah kayak bapak lo deh, Joy."

"Dia aja terlalu perhatian, untung gue udah punya pacar."

Perhatian. Itu yang selalu disematkan teman-teman satu angkatannya padanya. Katanya, Doyoung itu terlalu memperhatikan kawanannya. Contohnya adalah hal-hal kecil seperti sekarang ini. Tangan yang otomatis meraih dan merapikan rambut berantakan itu, bahkan sampai pada surai pendek di depan yang digunakan untuk menutupi dahi. Mungkin, Doyoung hanya terlalu mengenal satu per satu dari teman kelasnya. Ia melakukan ini kepada semuanya. Tergantung apa yang dibutuhkan, tergantung apa yang diperlukan.

"Makanya gue jadi ketua BEM, biar bisa perhatian ke semua mahasiswa."

Doyoung itu pintar melemparkan candaan tanpa terlihat sombong atau arogan. Bukti nyatanya adalah tawa keras dari dua temannya ini hanya karena celotehannya barusan.

"Perhatian sama pacar kapan nih tapi?"

"Si anjing."

"BHAHAHAHAHA."

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Oct 10, 2020 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Cerita TentangnyaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin