Special Chapter #Liga: Mellifluous

87 20 16
                                    

|RADIO ROMANCE
(special chapter of Liga Aryangga)


Tentang sesuatu yang patah sebelum berkembang, juga sesuatu yang purna sebelum menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentang sesuatu yang patah sebelum berkembang, juga sesuatu yang purna sebelum menghilang

Radio Romance

*

Mellifluous

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mellifluous.

Dalam hidupnya, sepanjang dia mempelajari bahasa inggris, ada satu kata dalam bahasa itu yang menarik perhatian Liga. Mellifluous. Dalam bahasa Indonesia, mellifluous berarti merdu. Liga tidak pernah memikirkan apa alasannya, juga tidak tahu sejak kapan kata itu menjadi kata favorit yang kerap kali dia tulis di halaman paling belakang buku pelajarannya. Bisa jadi, Liga mulai menyukai kata itu ketika mendengar pujian dari Mr. Eric—guru musiknya di SMP—setelah dia menyelesaikan permainan biolanya pada salah satu tes mingguan yang diadakan. Atau bisa jadi juga, Liga mulai menyukainya sejak dia bertemu gadis itu. Jauh sebelum Mr. Eric memujinya dengan kata yang sama.

Namanya Katsaffa Jingga. Keluarga dan teman-temannya di sekolah biasa memanggilnya Kasa, tapi Liga lebih suka menyebutnya Saffa. Hari itu, Papa mengajak Liga untuk hadir di acara pembukaan galeri seni milik salah satu temannya. Tentu saja dia tidak bisa menolak, terutama ketika Papa bilang bahwa disana dia bisa bermain biola didepan banyak orang. Saat itu lah, dia bertemu dengan saffa. Saat pertama kali melihatnya, Liga bisa langsung menebak kalau Saffa itu bukan gadis biasa. Terutama karena tatapannya yang terkesan mengintimidasi ketika tanpa sengaja mereka bertemu pandang. Liga beberapa kali memerhatikannya, sempat mencoba merangkai kata untuk menyapanya usai permainan biolanya terselesaikan, tapi rasa ragu selalu menghambatnya. Dipertemuan pertama mereka, Liga hanya bisa melihat Saffa dari jauh, ikut tersenyum waktu dia memandang kagum pada puluhan lukisan super besar yang digantung di sepanjang dinding, atau menatap lekat saat gadis itu berlari menuju pintu keluar sesaat setelah seorang laki-laki setengah baya memanggilnya.

Liga penasaran dengan gadis itu. Satu-satunya orang yang memandangnya berbeda ketika dia bermain biola.

Liga pernah sekali bercerita pada Mama, dan wanita itu menanggapi dengan tawa sambil bertanya, “cinta pertama, ya?”

Radio RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang