Bagian 3

51 8 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Nana mengatakannya, ya, gadis itu mengakhirinya. Ia benar-benar mengakhirinya, bukan? Nana bersorak dalam hati. Ternyata rasanya begitu melegakan. Setidaknya, walaupun sedikit, beban di dadanya perlahan terangkat. Merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan, Nana meraih ranselnnya yang teronggok di meja dan berlalu, namun Tom meraih lengannya, memaksa gadis itu mendekat.

“Kau tak bisa berbuat seperti ini padaku, Na!” Thomas menggeram, jemari pria itu masih menggenggam lengan Nana dengan kuat. Membuat gadis itu harus menahan rasa nyeri karenanya. Wah, si brengsek ini juga kasar, rupanya.

“Tidak, aku lebih dari bisa melakukannya, Thomas!” lengan Nana menegang, gadis itu meloloskan lengannya dan benar-benar berlalu. Meninggalkan Thomas yang mengeluarkan sumpah serapah.

Nana melangkah meninggalkan kafetaria yang memang terbilang sepi. Nyaris tak ada mahasiswa ataupun mahasiswi yang berlalu-lalang, mungkin karena hari yang semakin sore. Nana sama sekali tak memerhatikan langkahnya hingga ia menyadari dirinya menabrak pundak seseorang dari arah belakang.

“Hei ...” Nana mendongak untuk melihat sosok gadis berambut cepak yang ditabraknya, “aku minta maaf,” ujar Nana tulus. Gadis berambut cepak itu menghela napas dan berujar pelan. “Tak masalah.” Mendengarnya membuat Nana memberikan anggukan kecil sebelum ia berlalu, namun kalimat gadis itu tiba-tiba membuatnya kembali menghentikan langkah.

“Aku sedikit mendengarnya tadi. Aku minta maaf, tapi kau memang telah melakukan hal yang tepat.” Nana terkejut, tentu saja. Gadis di hadapannya ini adalah satu-satunya orang yang mendukung keputusannya mengakhiri hubungan dengan Thomas.

"Thanks." Ya, Nana tentu telah bercerita kepada beberapa gadis yang sering bersamanya. Semuanya terkejut dan membela Thomas, mereka bilang mungkin itu kesalahpahaman, Thomas tak sadar melakukannya, Thomas digoda, dan semua asumsi-asumsi tak berguna lainnya. Karena bagaimanapun, semenjak kejadian semalam Nana mampu melihat semua topeng yang Thomas kenakan.

“Mmm, aku Sarah.” Nana sedikit menarik sudut bibirnya dan menjabat tangan gadis bernama Sarah tersebut, “Nana, ya, aku tahu. Sebenarnya kita memiliki beberapa kelas yang sama.” Nana menilik penampilan kasual Sarah, pantaslah wajahnya tampak tak terlalu asing karena mereka sempat berbagi beberapa kelas bersama. 

Setelah mengobrol beberapa hal bersama Sarah, Nana dapat melihat ketulusan dan kesederhanaan sosok gadis itu. Segala tindaknya tulus untuk membantu menghibur Nana yang tengah terluka. Ya, sepandai apapun Nana menyembunyikan torehan Tom di hatinya, Sarah mampu melihatnya.

 Ya, sepandai apapun Nana menyembunyikan torehan Tom di hatinya, Sarah mampu melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nana - Everything's FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang