3.) Falling

Mulai dari awal
                                    

"Kenapa suka baca?" Hyunjae kembali mengajukan pertanyaan kepada Chanhee. Chanhee merasa sudah sangat kesal. Hyunjae yang melihatnya lantas mengangkatkan kedua tangannya. Dia berlagak seakan takut kepada Chanhee karena telah banyak pertanyaan yang dilemparkan olehnya.

"Gue sih lebih suka nonton film," ucapnya sambil mengendikkan bahunya.

"Serius kak, gue nggak tanya?" Chanhee akhirnya mengeluarkan suaranya. Dia sudah sepuluh kali lipat lebih kesal dibandingkan kejadian tadi pagi. Dia mengangkat tangannya mengipas wajahnya sesekali.

"Oh iya, kenapa kakak yang kemarin sama hari ini beda sifatnya? Jadi curiga." Selidik Chanhee.

"Nggak tahu?"

"Pasti keseringan nge-ospek maba sambil marah-marah."

"ENAK AJA!"

Chanhee tersentak, dia akan mendapatkan serangan jantung bila setiap harinya mendapatkan teriakan seperti ini. Hyunjae terlihat kesal, "pasti lo maba yang bisanya ngata-ngatain kating di belakang doang."

"Enggak kok?!" dia bersuara dengan lantang dan mengangkat alisnya.

"Hussssh! Jangan berisik. Ini perpus!" Hyunjae menimpali.

"Emm maaf ... Tapi gue nggak pernah merasakan diospek galak kayak gitu. Jadi nggak tahu." kedua tangannya dengan cepat melambai, menolak asumsi dari Hyunjae tentang kebiasaan seorang maba yang sudah tidak familiar bagi seluruh mahasiswa.

"Asal lo tahu, gue juga nggak setuju kayak gitu," Hyunjae menambahi. "maksudnya tuh– cara melatih mental bukan kayak gitu caranya. Kalau sampai marah-marah sih ujung-ujungnya jadi ajang gila akan senioritas, iya nggak? Haha."

"Hmmm ... Iya sih"

Chanhee mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia yang sedari tadi menyanggah dagu sembari mendengarkan pendapat dari Hyunjae pun mulai memutuskan untuk menutup novelnya. Sepertinya Hyunjae adalah orang yang cukup asik untuk diajak berdiskusi.

"Tapi–"

Hyunjae dengan sigap menutup mulut Chanhee dengan telapak tangan kirinya sedangkan yang lain memegang pundak lelaki mungil tersebut, "Hei, diem. Sana lanjut baca. Kita nggak boleh berbincang seenaknya apalagi sampai berteriak kayak tadi."

Chanhee melepaskan sikapan dari Hyunjae tersebut. "Huh! Apaansih orang lo yang teriak?"

"Hush diem!"

"Lo yang diem!"

Setelah saling menyalahkan satu sama lain, terjadi awkward silence di antara mereka berdua. Chanhee memutuskan untuk pulang. Setelah selesai merapihkan bukunya dan berencana akan melanjutkan bacaannya ketika sampai di rumah nanti, lekas dia menatap ke arah Hyunjae yang langsung asik bermain dengan handphone nya.

Dia bertanya, "Lo siapanya Juyeon sih? Kalian deket?"

Tidak ada reaksi. Chanhee sedikit kesal, alasan dia menutup novelnya adalah dia ingin berbicara lebih lanjut dengan Hyunjae. Kenapa Hyunjae sekarang malah mengabaikannya?

Butuh perhatian. Maklum. Anak muda.

Hyunjae yang menotis Chanhee terlihat marah karena terabaikan olehnya akhirnya kembali meletakkan handphone-nya. Menatap ke arah Chanhee dan menjawab, "Iya," sambil mengeluarkan lidahnya. "kenapa? Dia udah gue anggap adik sendiri."

Chanhee menggeleng, "Nggak jadi."

Hyunjae mengangkat alisnya kebingungan.

"Beda banget sifatnya." terusnya.

Jawaban itu membuat Hyunjae tertawa sinis. Apa sih yang ada di pikiran lelaki ini?

"Mau kemana lo?" tanya Hyunjae ketika Chanhee beranjak dan mengangkat beberapa buku-buku yang ada di sekitarnya. Dari beberapa buku tersebut, dia menyisakan satu. Menurutnya yang paling menarik untuk dibaca. Dia menyondorkan buku yang berada di atas meja tersebut ke arah Hyunjae.

"Pulang,"

"Bukunya?"

"Gue pinjemin. Jangan lupa di baca"

Dalam batin Hyunjae, "dih, gue gak terlalu suka baca."

Chanhee beranjak pergi, dia sudah memberi tahu Kevin bahwa dia harus pulang awal hari ini. Dia memiliki beberapa tugas harus dia selesaikan secepatnya. Dia berjalan cepat dengan kakinya yang kurus dan panjang. 

Setelah dia sampai di lobi, dia bertemu dengan lelaki berparas tinggi yang tak lain adalah Juyeon.

"Eh, hai, Ju. Udah lama nggak ketemu."Chanhee berhenti dari jalannya.

 "Kamu kenapa kesini?" dia meringis tersenyum, memutuskan untuk menyapa terlebih dahulu.

Senyum itu ... Sangat tidak familiar bagi Juyeon. Ukiran senyum dari Chanhee benar-benar menggambarkan definisi dari kosakata indah. Mengingatkan Juyeon akan peristiwa di masa lalu. Juyeon melipat tangannya sembari berjinjit naik turun. Dia selalu merasa sedikit canggung ketika berhadapan dengan Chanhee.

Dia membalas dengan senyuman manis dan terkekeh kecil, "Aku kesini jemput Hyunjae," jawabnya ramah.

Chanhee pun juga merasa canggung ketika berhadapan dengan Juyeon. Ada sedikit cerita dari kesan pertama oleh Chanhee kepada Juyeon, jadi mereka pernah bertemu di sebuah kafetaria yang berada di sekitar sekolah. Juyeon adalah tipe anak yang tidak mengangkat topik pembiaraan terlebih dahulu. Meskipun Chanhee sudah berusaha mengangkat pembicaraan, tetapi respon dari Juyeon hanyalah singkat. Seungguhnya dia tidak bermaksud untuk menjadi convo-killer, tetapi, ketika berbicara dengan Chanhee, dia selalu beralasan bahwa banyak pikiran yang terlintas di atas kepalanya. Chanhee jengkel, kesan pertama seorang Juyeon dalam hidupnya sangatlah buruk. Dia benci itu. Tetapi dapat dimaafkan, karena Juyeon adalah orang yang sangat baik dan bukan orang yang terlalu banyak berbicara.

"Hmm ... Aku ketemu Hyunjae di dalam. Mungkin setelah ini dia pasti keluar."

"Ah ... Yaudah. Makasih banyak, Chan." Juyeon tersenyum.

Chanhee menggigit bibir bagian atasnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan sedikit perasaan kecewa. Juyeon masih sama seperti dahulu. Pendiam, namun manis. Setelah Chanhee pamit kepada Juyeon untuk pergi terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, Hyunjae lekas keluar dari gedung perpustakaan.

Dia kembali dengan membawa sebuah buku.

"JUUU! Lama ya nunggunya?" pekik Hyunjae.

Juyeon menoleh dan sedikit heran. Kenapa bisa dia bawa buku? Dia menggeleng samnbil merapatkan bibirnya tersenyum ke arah Hyunjae memberi isyarat bahwa dia tidak menunggu lama. Hyunjae juga terlihat sangat bahagia. Ketika bahagia dia hanya diam, tetapi mimik wajahnya dapat menjelaskan semuanya. Seperti contohnya, Hyunjae tersenyum dengan gigi bagian atas yang terlihat.

Juyeon yang melihatnya senang. Dia sangat senang melihat Hyunjae merasakan bahagia seperti ini, karena setelah yang dia ingat-ingat, Hyunjae hanya menyandang beban yang berat akhir-akhir ini.

"Minggu depan ada waktu nggak?" tanya Hyunjae.

"Hmm ... Kosong, mau kemana?"

"Kesini lagi hehe,"

"Tiba-tiba banget?" Juyeon menyelidik sembari tertawa kecil melihat tingkah Hyunjae yang sedikit kekanak-kanakan.

"Biar bisa ketemu Chanhee," jelas Hyunjae sambil memandangi buku yang dibawanya. Yang muda merasa sedikit bingung. Hyunjae meneruskan, "kayaknya gue suka dia."

Tiba-tiba ... Senyum Juyeon memudar.


Tolong kritik dan sarannya yaa. Jangan lupa vote dan comment! <3

Stay safe! ♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Fell For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang