DUREN Kampung Sebelah

Bab 01

Hello Epribadih!

Sebelumnya aku ucapin Makasih buanyaaakk buat responnya di Polling kemarin yaa..

Dan dari hasil polling itulah, aku mutusin cerita ini yang jadi pemenangnya untuk mulai tayang rutin. Siapa yang happy?

Gile bener, Duren pettjjaaahhh bebs 🤣🤣🤣 Dosen ampe kalah. Bwahahahah.

Hokay, Happy reading yes!

😘

.

🌷🌷🌷

Aku menyesap matcha tea buatanku dengan mata merem melek. Ahh, sedapnyee matcha tea ini. Ditambah susu putih plus gula rendah kalori, semakin segarlah sarapanku pagi ini.

Tak lama Ayah datang dan menatapku tajam.

"Sarapan yang bener! Diet aja!"

Halah, Ayah tuh yaa. Badan dah bengkak begini dilarang diet. Tapi aku walau kagak diet, olgaku kenceng dong. Berenang melulu sama Bunda.

"Iya Yah. Berangkat jam berapa?"

"Setengah jam lagi. Kamu siap siap sana!"

Aku mencebik.

"Ayah gimana sih, aku kan mo resign. Mo bantuin warung Engkong.."

Mata Ayah melotot tajam

"Serius kamu?"

Aku mengangguk kecil.

"Kata Engkong nanti bakalan ngomong sama Ayah juga Bunda. Tapi nanti. Aku disuruh penyesuaian dulu. Kalau cocok ya lanjut, gak cocok disuruh nyocokin lagi.."

Seringaiku muncul mengingat kalimat Engkong yang super absurd itu. Ujungnya itu maksa pokoknya.

Hanya dengusan kecil sebagai respon Ayah saat ini.

"Kalau Ayah kangen gimana?" Desisnya pelan tapi aku bisa menangkapnya dengan jelas.

"Ya Ayah kesonolah, nginep di rumah Engkong. Masa gak mau nginep?"

Ayah cuma menatapku datar dalam diamnya. Muehehehehe.. ajib bener kan mantu Engkong satu itu? Pantesan dibilang kulkas tiga pintu.

Bunda yang baru saja beres mandi, bergegas ikut bergabung dan duduk mepet-mepet di sebelah Ayah.

"Harum gak aku Bang? Harum kan?"

Dan Ayah cuma senyum -senyum gak jelas gitu deh.

"Gimana gak wangi coba Bunda non, dah 3x mandi ini sepagi ini. Kelakuan Ayah kamu tuh" cetus Bunda sambil memandangku genit.

Kontan aku terkikik geli melihat pasangan yang kayak kulkas dan mercon itu. Hampun deh, punya orang tua dah pada separuh abad tapi masih aja kek manten baru.

"Panggil Zadith, makan bareng sini. Kebiasaan anak itu! Zia sama Zaky juga panggil ya Non.." seru Bunda menyuruhku.

Aku mengangguk lalu bangkit dan menjemput adik-adikku yang suka malas sarapan pagi.

Zadith masih bergumul dengan selimutnya di ruang keluarga dengan buku komik ditangannya. Ini anak, pulang abis subuhan dimasjid pasti tiduran lagi.

"Bangun Dith, Ayah Bunda suruh sarapan bareng. Woiii" teriakku tepat ditelinganya dengan kencang.

Muka polosan prototype ayah banget ini langsung melotot lalu mencubit lenganku kesal. Bibirnya mencebik marah

"Sekarang! Ditunggu tuh. Kamu bukannya lagi magang kan? Dimarahi Papa noh kalau gak berangkat bareng!"