Mental Penulis (Part 1)

12 7 0
                                    


"Ini bermula dari ketidak tahuan ku pada apapun, hingga mulai mengenal segalanya tentang dunia menulis, dan sekarang aku ingin bercerita suatu hal"



Pertama kali, menulis rasanya memang mudah-mudah saja.
Kupikir menjadi penulis akan mudah. Sangat mudah.
Apapun itu, bisa ku tulis. Lalu, semakin lama ku menulis, ternyata tidak semudah yang kubayangkan...
Sangat jauh dari perkiraan ku selama ini.

Menulis, butuh banyak referensi, ilmu, riset, dan elemen-elemen bukti kebenaran yang ditulis, agar tulisan itu tidak asal. Bukan sekedar utuh jadi, namun kebenaran yang berada didalamnya acak dan kacau balau.

Perlu banyak berfikir, belajar, mengamati. Dan lainnya.
Oke, pikirku, itu mungkin akan menguras Otak dan Fikiran untuk melakukannya. Apalagi, waktu ku harus terbagi lagi untuk kepenulisan.

Ternyata mengatur waktu itu sulit, kalau tidak terjadwal.
Kalau polanya tidak sesuai.

Urusan lain mulai terbengkalai, real life ku terganggu.
Dan ternyata menulis terus menerus, menjadikan ku kurang interaksi luar.

perlahan, kupikir sepertinya menjadi penulis membuatku menjadi pribadi yang introvert.
Jauh dari keramaian, untuk kepentingan menulisku.

Tapi satu hal yang kusadari, kalau menulis sudah seperti menjadi passion bagiku. Membaca sudah seperti kesukaan yang tak dapat kuubah. Dan kepenulisan ini, ternyata begitu lekat dengan jiwa ku.

"Aku harus bisa. Aku pasti bisa."
Yakinku selalu dalam hati.

Sulit untuk melepasnya, kurasa menulis itu bukan sesuatu yang salah.
Mungkin hanya memberikan dampak pergaulan yang menjadi minim bagiku.
Semakin sadar, semakin menulis dan banyak tahu beberapa hal, membuatku kembali berfikir,

“pergaulanku saat ini, adalah pergaulan yang harus mengajak fikiranku jernih dan sehat, dan pastinya bisa memberikan manfaat bagiku.”

Kuabaikan lah kegelisahan dalam diriku, yang sebelumnya resah karena ingin dan iri melihat kawan-kawanku berkumpul ria, bercerita bersama.
Sedangkan saya hanya berbicara pada diriku sendiri didepan layar laptop. Memikirkan semuanya sendirian, bercerita dalam lembaran-lembaran naskah yang kuinginkan dan impikan menjadi bacaan dunia. Terkenal, atau setidaknya dikenal.

Aku penulis, dan aku ingin dikenal dengan tulisanku, tak apa society menganggapku seperti apa.
Aku kurang perduli terhadap penilaian buruk orang lain terhadapku, aku hanya mengambil celah kebaikan dari buruknya perkataanya padaku. Tak apa.
Semua ada maknanya.

-Tertanda, Fauzan Ghifari

Penulis BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang