Menunggu di lobby bandara membuat Jungkook sedikit bosan. Apalagi, semua anggota keluarga sudah kembali untuk mengurus hal lain. Jungkook dengan satu matanya yang normal hanya mampu memandangi megahnya lobi yang kini tengah menjadi keberadaannya sekarang.
Tak henti-hentinya dia mengulas senyuman. Jungkook merasa hidupnya sangat beruntung. Benar memang, kemiskinan itu tidak akan ada yang abadi. Pasti akan ada kebahagiaan yang menyerta.
Taehyung yang sibuk dengan ponselnya menoleh ke arah Jungkook sekilas. Jika diamati, pemuda di sampingnya itu senang mengamati hal-hal di sekitarnya daripada berurusan dengan hal yang tidak penting. Jungkook jarang sekali bermain ponsel padahal dia sudah memberikan akses untuknya berkomunikasi dan mencari informasi.
"Kau senang?" tanya Taehyung sembari menatap wajah Jungkook.
Jungkook menoleh dan mengangguk. "Aku tidak pernah menyangka dalam hidupku bahwa aku bisa terbang dan pergi keluar negeri." jawab Jungkook spontan.
Taehyung menyalakan ponselnya, kemudian mengklik tombol kamera depan dan mengarahkannya ke mereka. "Ayo berfoto. Kita bisa abadikan momen ini."
Jungkook justru menutup wajahnya. "Tidak. Aku tidak mau! Aku jelek!" ujarnya.
Taehyung memaksa. Dia menurunkan tangan Jungkook yang menghalau wajah pemuda manis itu dengan satu tangannya. "Sudah, tidak apa. Ayo berfoto." ajak Taehyung.
"Kau tidak malu?" tanya Jungkook justru melemparkan pertanyaan.
Taehyung menggumam. "Malu? Apa yang harus dipermalukan?" tanya Taehyung. Dia melingkarkan satu tangannya ke belakang leher Jungkook sehingga dia terlihat merangkul Jungkook. Kamera ponselnya masih menyala dan dia menghadapkannya ke dirinya dan Jungkook.
Jungkook mulanya ragu sebelum akhirnya dia ikut berpose. Tidak apa, mungkin ini bisa dijadikan momen kenangan yang bisa diabadikan dalam sebuah potret.
Pengambilan gambar pertama berhasil sampai pengambilan gambar keempat. Jungkook merasa tidak percaya diri karena bisa berfoto dengan pria setampan itu sementara dirinya hanyalah pemuda biasa yang miskin.
"Jungkook, jika boleh tahu, berapa usiamu?" tanya Taehyung mematikan ponselnya lalu menyimpannya di dalam tas.
Jungkook bergerak kaku. "Usiaku sudah menginjak dua puluh dua tahun." jawabnya, membuat Taehyung membolakan matanya. Sungguh, benarkah?
"Dua puluh dua? Itu berarti...kau seumuran denganku." Taehyung menyahut. "Kau tidak bercanda?"
Jungkook menggeleng. "Tidak. Sungguh. Aku memang sudah setua itu karena dulu aku sempat beristirahat dan tidak bersekolah selama beberapa tahun karena kecelakaan."
"Maaf untuk mendengarnya."
Baru pertama kali semenjak Jungkook bertemu dengan Taehyung, dia baru kali ini mendengar Taehyung berujar kata maaf padanya. Taehyung tidak salah apapun. Mungkin karena rasa penasarannya membuatnya canggung pada akhirnya.
Jungkook justru tertawa kecil. "Tidak ada kesalahan yang kau perbuat. Jangan minta maaf, V." jawab Jungkook.
Taehyung ikut tersenyum. Baru kali ini selama hidupnya, dia menemukan orang yang bisa membuatnya lepas penat sesaat.
♚♚♚
Mereka sudah mendarat beberapa jam yang lalu. Setelah check-in hotel, Taehyung dan Jungkook masuk ke dalam satu kamar hotel. Jungkook kira, Taehyung akan memesan dua kamar hotel untuk dirinya sendiri, akan tetapi Taehyung memilih untuk memesan satu kamar daripada mereka tidur berpisah-pisah.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOODLUST ✔
Fanfiction[FINISH] ⚠️ TAEKOOK (VKOOK) FULL CHAPTER FOR SALE ONLY!!! Kisah tentang Taehyung Kim yang sangat haus akan darah, dimana siapapun mereka yang menyakitinya bahkan sampai menyentuh anggota keluarganya, maka tak akan segan si Harimau itu akan membunuh...