16. Teman Baru

554 54 4
                                    

Jawaban Adellia berhasil membuatku tersenyum sepanjang malam itu, layaknya sedang dimabuk cinta. Aku akhirnya paham akan maksud dari lirik-lirik lagu tentang seseorang yang sedang kasmaran. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri, bahwa aku memiliki rasa akan dirinya.

Malam itu aku tak bisa fokus melakukan aktivitas apapun, aku hanya bisa mengingat dan memikirkan tentang Adellia. Bahkan hingga saat aku ingin tidur pun, bayangan tentang dirinya selalu memenuhi pikiranku.

Tak tahu sudah berapa lama waktu telah berlalu, tanpa sadar aku pun akhirnya tertidur. Saat tersadar, yang memenuhi pandanganku adalah hamparan gurun pasir. Langit tampak senja berwarna jingga, membuat perasaanku hampa bagaikan sedang bernostalgia.

Aku mulai berjalan setapak demi setapak melintasi gurun pasir yang tiada ujungnya. Langkah demi langkah sudah kuletakkan, tapi pandangan yang ada di mataku masih sama saja. Anehnya, aku tak merasa risau dan gelisah, aku malah merasakan ketenangan di dalam batinku.

Tak tahu sudah berapa lama aku berada di gurun pasir itu, hingga akhirnya aku bertemu dengan seorang wanita yang sedang berdiri sendirian di tengah badai pasir. Wanita itu mengenakan gaun berwarna hitam dengan beberapa corak emas. Bola matanya tampak berwarna ungu, wajahnya tampak seperti orang timur tengah.

Dia benar-benar tampak jelita, sosoknya tampak misterius dan sensual. Wanita itu hanya berdiri dalam diam dengan tatapan mata yang dipenuhi dengan raut kesedihan. Sejenak aku melihat ada rasa penyesalan, kerinduan, dan kesedihan pada pandangan matanya.

Rasanya sungguh rumit, karena di dalam waktu yang singkat, raut wajahnya selalu berubah-ubah. Anehnya, aku menyadari ada rasa bahagia yang muncul dari kedua matanya. Kenapa dua rasa yang berkontradiksi itu bisa muncul secara bersamaan dalam dirinya.

Setelah menatap satu sama lain dalam waktu yang cukup lama, akhirnya aku mendengar dia bersuara dalam bahasa yang tak pernah kudengar sebelumnya. Tapi aku bisa mengerti apa arti dari yang dia ucapkan. Saat itu aku sadar bahwa kami sedang berbicara lewat kontak batin.

"Siapa namamu?" bisiknya halus.

"Rama, kalau kamu?" jawabku.

Di dalam dunia supranatural, para praktisi biasanya merahasiakan atau menyamarkan nama dari khodam yang mereka miliki, karena bisa saja disalahgunakan oleh orang lain, baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Alasannya karena khodam atau spirit akan merasa terpanggil jika namanya disebut dan apabila itu bukan dari orang yang mereka kenal, tentu saja mereka akan merasa terusik.

Banyak orang yang bertanya, secara logika banyak nama manusia yang sama dengan khodam atau spirit, jadi apakah mereka akan tetap terpanggil? Jawabannya adalah tidak, karena itu konteksnya berbeda. Sebab saat itu kita tidak berniat dan tidak mengenal serta tahu akan eksistensi khodam itu. Sedangkan saat kita sudah tahu akan eksistensi dan nama mereka, secara otomatis niat dan pikiran kita akan terkoneksi dengan entitas yang kita maksud.

"Namaku adalah L**la." Tiba-tiba langit senja seketika berubah menjadi gelap setelah dia berucap.

"Kenapa kamu di sini sendirian?" tanyaku penasaran.

"Aku sedang menunggu seseorang," lirihnya.

"Apakah dia kekasihmu? Atau keluargamu?" tanyaku, sebab aku mengira dia adalah arwah penasaran yang masih menyimpan rasa penyesalan dan kerinduan terhadap orang yang dicintainya.

"Bukan, dia adalah tuanku." Dia perlahan berjalan mendekati posisiku.

Saat melihatnya mulai bergerak mendekatiku, secara otomatis tubuhku ingin bergerak mundur. Tapi anehnya, aku bahkan tak bisa menggerakkan ujung jariku sama sekali. Tubuhku terasa kaku dan berat, aku hanya bisa memandang wajahnya yang berjarak tak lebih dari sepuluh sentimeter dari wajahku.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang