Bagian 25 : Kebimbangan

Start from the beginning
                                    

Apa Kak Adam lamar aku karena Tante kemarin yang ternyata Ibunya Kak Adam minta ya?

Apa aku suka sama Kak Adam.

Perasaan aku cuma nyaman aja.

Hmmm, terus juga aku kadang ngerasa agak nyesek sih kalau Kak Adam ada yang deketin. Apa itu cemburu? Apa itu artinya aku suka sama Kak Adam.

Tapi... menikah?

Dosen Killer itu, haruskah aku menikahinya?

Aku ingin menikah satu kali dalam hidupku. Aku ingin satu untuk selamanya. Kak Adamkah orang yang tepat?

Bagaimana dengan respon Bunda, Ayah sama Bang Ilham? Apa mereka mengatakan iya?

Apa bagi mereka Kak Adam pilihan yang tepat dan terbaik buat aku? Apakah Kak Adam pilihan yang terbaik buat aku?

Oke! Aku harus bicara dulu dengan keluargaku!

Tapi pertama-tama, aku harus menyelesaikan mandiku dulu.

10 menit berlalu, aku sudah siap dengan baju dress selutut berwarna merah muda yang entah kenapa sudah ada di atas kasurku.

Kusisir rambutku dan yang terakhir memakai parfum.

Deg deg deg.

Tiba-tiba saja jantungku berdegup tidak sesuai iramanya. Wah, apakah aku gugup?

Iya! Aku gugup huhu. :(

Aku menghela napas berat dan keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Wah, ini Ara sudah datang," ucap Bunda menyambutku dan menyuruhku duduk di sampingnya.

Belum sempat Kak Adam bicara, aku menyela.

Masa bodohlah dianggap tidak sopan. Aku harus membicarakan ini dengan keluargaku terlebih dahulu.

"Maaf sebelumnya, Kak. Ara mau bicara dulu sama keluarga Ara. Bunda, Ayah, Bang Ilham, Ara mau ngobrol sebentar, Ara tunggu di kamar Ara," ucapku lalu bergegas ke kamar.

Di dalam kamar, aku mandang keluargaku satu persatu.

"Ra, Bunda tahu, kamu lagi bingung kan?" tanya Bunda yang aku jawab dengan anggukan.

"Ra, kamu bingung kenapa? Kamu bimbang karena apa?" Kini gantian Ayah yang bertanya padaku.

"Ara kan masih kuliah, Yah. Bang Ilham juga belum nikah, terus Ara juga masih bingung. Nggak tahu pokoknya bingung aja."

"Ra, menikah itu salah satu upaya untuk menyempurnakan agama. Bunda ingin kamu ada yang jaga, dan juga fitrah manusia untuk menikah. Adam datang ke sini dengan maksud baik, dia sudah siap lahir-batin, dia sudah mampu untuk menikah. Kalau kamu bilang masih kuliah, Bunda rasa, kuliah bukan alasan untuk menunda perbuatan baik memelihara dan menyempurnakan agama," ucap Bunda.

"Menikah itu dapat mengindari diri dari zina dan menikah juga salah satu sunah Rasul. Ayah dan Bunda setuju kalau kamu menikah dengan Adam. Ayah harap kamu memutuskan dan memilih dengan bijak, jangan sampai salah pilih dan menyesal kemudian hari," ucap Ayah melanjutkan dan pamit keluar bersama Bunda.

Kini tinggal aku dan Bang Ilham. Bang Ilham menyentuh pundakku dan berkata, "Ra. Beri alasan Abang kalau kamu memilih menolak lamaran Adam."

Aku terdiam. "Perasaan?" jawabku menyatakan yang menyerupai pertanyaan.

"Kamu bimbang karena perasaan? Kamu yakin nggak punya perasaan sama Adam?"

"Bu-bukan Ara yang nggak yakin kok. Ara nggak yakin sama perasaan Kak Adam ke Ara," kilahku. Padahal dalam hati aku juga masih bimbang dengan perasaaanku.

"Harus berapa kali Abang bilang kalau Adam itu suka sama kamu? Adam emangnya nggak pernah jujur sama perasaannya ke kamu?"

"Pernah," jawabku kemudian terdiam.

"Ra, Ayah sama Bunda setuju kamu sama Adam. Bang Ilham juga berpikiran serupa. Bang Ilham udah kenal sama Adam lama. Dan Bang Ilham yakin, Adam orang yang baik buat jadi suami kamu. Ayah sama Bunda sama sama Adam dan mendukung dengan bahagia saat Abang bilang Adam mau lamar kamu. Percaya nggak percaya, rencana lamaran Adam udah ada lebih dari seminggu yang lalu. Kamu nggak pengen bikin mereka bahagia?" tanya Bang Ilham yang membuatku mengangguk. Bagai serangan telak untukku. "Pengen, Bang."

Siapa yang tidak pengen bikin orang tuanya bahagia? Aku pengen bikin mereka bahagia, apakah dengan pernikahanku mereka akan bahagia?

Bang Ilham menepuk-nepuk pundakku dan berdiri. "Ayo keluar dan katakan jawaban kamu, terima atau tidak. Jangan buat Adam dan keluarganya menunggu."

###

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Where stories live. Discover now