Urusan

4.4K 549 2
                                    

Jungkook menyiapkan makanan yang harus dimakan Taehyung pagi ini, lalu menyiapkan obat yang sudah dianjurkan resep dokter. Baekhyun—yang diketahuinya sepupu Taehyung berprofesi dokter (selain Jimin, tentunya), baru saja selesai memeriksa pria itu. Bukannya iba atau sedih, Baekhyun justru memarahi Taehyung hingga terdengar suara keributan antara mereka sebelum akhirnya Seokjin bergabung dengan mereka.

Seokjin sendiri dilarang Namjoon untuk bekerja sementara waktu, sehingga dia mengurus Taehyung, membantu Baekhyun untuk mengganti perban luka Taehyung.

"Kau begitu telaten." ujar Baekhyun.

"Sebenarnya hal seperti ini sudah biasa. Aku terlatih." Seokjin menjawab dengan mata tetap fokus pada lengan Taehyung.

Taehyung sendiri terdiam menatap lengannya. Miris sekali. Untung saja tembakan itu tak membuat dia kehilangan lengannya. Ini semua karena jebakan. Mata Yoongi yang minus membuat Yoongi melesat dan akhirnya peluru itu mengenai Taehyung.

"It's not your mistake, okay?"

Di luar sana terdengar suara Jimin yang sepertinya menenangkan Yoongi untuk tidak memikirkan kejadian itu. Taehyung tidak marah, hanya saja merasa kesal. Jika saja Yoongi memakai softlens mata, pasti kejadian seperti ini tidak akan terjadi.

"Kau melewatkan sarapanmu." Baekhyun balik memarahi Taehyung. "Jangan sampai kau melewatkannya atau aku akan membunuhmu seketika." ancam Baekhyun.

Seokjin di sana terlihat menahan tawa. Entah mengapa pria itu sepertinya memandang tidak suka ke arah Taehyung. Rasanya, ada dendam kesumat yang menjadikan Seokjin sangat bahagia jika dirinya terluka. Apapun itu, Taehyung juga tidak suka dengan Seokjin.

Sementara itu, Jungkook yang baru saja datang dari kantin rumah sakit bertemu dengan Jimin yang tengah duduk di luar.

"Pagi, Hyung." sapa Jungkook ramah.

Jimin berdiri. "Oh! Kau mau membawakannya untuk V?" tanya Jimin yang diikuti anggukan Jungkook. "Apa kau sudah sarapan?" tanya Jimin lagi dan Jungkook mengangguk lagi. "Bagus! Jangan seperti V yang tidak tahu diuntung itu!" Jimin misuh sendiri, membuat mata Jungkook membola karena itu.

"Hyung?"

"Masuklah! Oh, Namjoon!" Jimin beralih menyapa Namjoon. "Aku titip Yoongi padamu. Aku harus pergi. Hoseok memerlukan diriku untuk mengurus persoalan tanah." Jimin menepuk bahu Namjoon dua kali dan dia melesat pergi begitu saja.

"Tidak ada sopan-sopannya." lirih Namjoon mencoba bersikap biasa saja. "Hai, Jungkook."

"Pagi, Hyung."

"Akan kubantu." ujar Namjoon mengambil minuman yang berada di satu tangan Jungkook untuk dia bawa. "Untuk V, ya?" tanya Namjoon.

Jungkook mengangguk. "Aku sudah membelinya di kantin rumah sakit. Dan juga, obatnya sudah kusiapkan. Baekhyun Hyung berkata bahwa V tak boleh melewatkan makannya."

Namjoon mengangguk. "Kau sudah seperti pasangannya saja. V memang jarang sekali memperhatikan pola makan dan kesehatannya. Semuanya khawatir kepadanya, akan tetapi dia berkata bahwa dia tidak perlu dirisaukan. Semenjak itu, Jimin yang notabenenya adalah sepupunya, memintanya untuk teratur dalam hidup. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, 'kan?"

Jungkook mengangguk. "Tentu."

"V seperti itu karena dia pernah patah hati." Namjoon menjelaskan, membuat tubuh Jungkook seketika membatu mendengarnya.

BLOODLUST ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang