1.) First Impression

285 27 5
                                    

"I feel like I became a zombie ..."

Seorang lelaki manis, cukup tinggi dan kurus, berambut coklat yang ditutupi oleh topi klasik di ujung kepalanya tersebut bersenandung disepanjang jalan dengan melipat kedua lengannya diatas perut. Dia terlihat murung. Tetapi tidak ada hal lain yang dapat mengembalikan mood nya selain bernyanyi lirih di sepanjang perjalanan pulang dari penyebab current-emotional nya itu.

"Not alive but I'm still walkin' ..." dia melanjutkan. Saat ini lelaki itu memang terlihat santai. Akan tetapi siapa tahu? Siapa tahu apa yang tengah dipikirkannya sehingga membuatnya terlihat sangat lelah?

Sesekali berjalan dengan menunduk dan mencoba menyembunyikan wajahnya dari kerumunan sosial, dia menendang kecil beberapa batu yang terletak di depannya seakan menghalangi dan menganggu perjalanannya. Ketika dia menyadari suatu hal karena tendangan terakhir yang dia berikan terlalu keras, dia terhenti.

"Ah ... Sakit," dia mengeluh pelan segera melihat sekeliling mencari benda yang dia tendang terakhir kali. "tadi batunya besar banget apa ya."

Dia memegang pucuk sepatu kets miliknya yang dinotis telah rusak akibat tingkah yang dia lakukan. Dia menyambung kedua alisnya seraya merengutkan bibirnya kesal akan sepatu kiri yang sedang dipakainya sobek di pucuk bagian kanan.

"Siapa, nih?"

Suara dari jarak jauh tersebut terdengar cukup keras. Ia mendongak, menyipitkan matanya melihat apakah ada seseorang di sekitar gang tsb. Tak lama kemudian batu cukup besar berukuran sekitar segenggam tangan menggelinding pelan menuju Chanhee dan menabrak sepatunya kemudian membuat batu itu terhenti.

"Wah! Pasti lo, kan?!"

Chanhee terbelalak membulatkan matanya seraya menutupi mulutnya yang refleks menganga. Dia merasa tidak melakukan apa-apa tetapi kenapa menjadi seperti ini? Bagaimana bisa orang asing yang tiba-tiba datang di waktu yang tidak tepat menuduhnya dengan spontan teriak seperti itu.

"Wah ... Wah ... Pantes aja sepatu lo rusak pasti karena abis nendang batu itu ke gue."

Chanhee memutar bola matanya. "Kok bisa gue, sih? Sinting lo ya? Nih sepatu gue aja rusak gegara lo kan yang lempar batu itu tadi?"

"Jeeee!"

Kedua lelaki yang sempat bercekcok tersebut serempak menolehkan pandangan mereka kepada seseorang yang keduanya sudah pernah kenal sebelumnya. Kedatangan lelaki itu, entah membuat Chanhee merasa lega atau semakin terpojok sehingga dia lekas memalingkan wajahnya sebesar seratus delapan puluh derajat.

"Ampun deh, Je. Lo kemana aja gue cariin. Nih kopi lo tadi ketinggalan. Lain kali jangan asal ngilang aja."

Hyunjae, lelaki yang dipanggil oleh Juyeon itu hanya mendengus. Dia tetap tidak bisa memaafkan perilaku lelaki kecil di depannya ini. "Tuh," Hyunjae menuding Chanhee, "dia yang bikin gue lari tiba-tiba. Kalau dahi gue lebam warna ungu gimana?"

Juyeon menarik nafas panjang lekas senyum dan memandang ke arah Chanhee.

"Kamu gapapa, Chan?"

Chanhee yang sedari tadi memalingkan wajahnya sambil mengigit bibir bagian bawahnya, kali ini memberanikan diri menghadap Juyeon, teman satu angkatannya.

"Hehe gapapa kok, Ju. Cuma agak kaget aja."

"Tuh, sepatu kamu kenapa?" Juyeon mencuri pandangan tajamnya ke arah sepatu Chanhee yang notabene nya rusak. Entah karena sudah usang atau memang karena ulah teman dekatnya.

"Ya sepatunya rusak lah. Rusak kek gitu pasti gara-gara abis nendang batunya ke gue kan. Ngaku gak lo?" Hyunjae nyerocos begitu saja tidak terima.

"Enak aja!" Chanhee melotot. Hyunjae seakan siap mengajak Chanhee berkelahi fisik.

I Fell For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang