56. Kembali Lagi?

Start from the beginning
                                    

Senja seakan mengerti dengan rasa bersalah yang menghantui Angkasa. Cewek itu tersenyum dan memotong ucapan Angkasa. "Kalo sayang, kalo cinta gaakan ada lagi kata tapi. Kita menatap lurus aja kedepan, lupain semuanya. Anggap itu semua nggak pernah terjadi."

Dan mulai hari ini, Angkasa menjadi salah satu manusia paling bersalah. Dia telah menyakiti hati perempuan yang ia sayang, tapi perempuan itu masih memilihnya. Perempuan itu masih mau balik dengan dirinya.

****

Pada akhirnya Senja kembali ke sekolah. Setelah beberapa hari ia tidak masuk. Rasanya rindu sekali.
Senja berjalan melewati beberapa koridor kelas. Lalu tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang membuatnya terkejut.

Senja melepas genggaman tangan tersebut dengan kasar ketika dia sudah dibawa kedalam toilet. "Apa-apaan, sih!" ujar Senja tak suka.

"Lo inget ya. Gue gaakan pernah nyerah buat dapetin Angkasa. Apapun itu masalahnya. Lo tau kan gue siapa? Jangan sombong deh lo yang cuma baru pacar. Sedangkan gue adalah jodohnya!" ujar Debbi membuat Senja langsung terkejut dengan ucapannya.

Senja menghela nafasnya. "Beneran bakal jadi jodohnya?" ucap Senja sedikit menantang. "Jodoh mah ada ditangan Tuhan neng, bukan dimulut kamu!"

Plak! Tangan Debbi melesat dipipi Senja. Senja memegangi pipi nya yang mulai memanas. "Lo inget gue Senja! Gue gaakan pernah nyerah buat dapetin Angkasa!" ujar Debbi, lalu cewek itu pergi dari hadapan Senja.

Sedangkan Senja masih tidak menyangka Debhi melakukannya. Dia kini dendam.

****

Senja sedang duduk dipinggir lapangan. Seperti apa yang biasa dia lakukan, membaca buku-bukunya. Sebenarnya pikiran Senja sangat kacau atas perlakuan Debbi tadi pagi. Jelas saja, perempuan itu tiba-tiba datang, menarik tangan Senja. Lalu mengucapkan kata-kata yang seakan-akan memang benar. Senja juga takut hal itu terjadi. Jika Angkasa benar-benar menjadi milik Debbi, itu seperti mimpi buruk yang Senja terima.

"Senja," suara seorang cowok yang sangat familiar ditelinga Senja membuyarkan lamunan Senja. Menatap cowok disampingnya yang sedang tersenyum kaku padanya.

"Angkasa, kamu udah keluar dari kelas ya?" tanya Senja pada Angkasa.

Angkasa tersenyum sambil mengangguk. "Kamu gapapa?"

"Gapapa gimana?"

Angkasa menangkup pipi Senja dengan tangan kanannya. "Ini kenapa merah? Kaya abis ditampar."

Senja memegangi tangan Angkasa. Dan menurunkan tangan Angkasa dari pipinya yang masih terasa perih. "Gapapa. Emang kaya gini Sa, akhir-akhir ini kalo muka aku kena panas jadi kaya gini," ujar Senja bohong.

"Bener?"

"Bener," ujar Senja.

Tiba-tiba empat orang lelaki datang dan ikut duduk diantara Senja dan Angkasa dengan sangat rusuh.

"Pacaran mulu anjir. Mentang-mentang balikan. Hu!" Pandu menepuk pundak Angkasa.

"Selamat gitu! Lo mah bisa nya ngiri mulu Ndu! Harusnya lo ngasih selamat sama temen lo." balas Fadli.

"Selamat bos!" ujar Pandu.

"Lo semua ngapain sih kesini," Angkasa berdecih. Merasa sedikit terganggu dengan kedatangan teman-temannya yang sangar rusuh.

"Ciahhh! Sombong lu Sa! Masa kita gaboleh disini. Ngusir?" ujar Herdi.

"Mending pergi aja. Lagi gamau di ganggu," Rafi memulai duluan berdiri dari duduknya.

"Dasar bucin!" celetuk Herdi.

Lalu teman-teman Angkasa semua nya pergi. Didalam lapangan ini hanya menyisakan dua orang pasangan yang tengah duduk. Rasanya tenang, dan senyap sekali.

Angkasa menatap wajah Senja. Cowok ini merasa sangat senang bisa duduk berdua lagi. Bersama dengan perempuan yang sangat ia cintai dan tidak akan dia lepaskan oleh siapapun. Perempuan pertama yang membuatnya mengerti tentang cinta dan kasih sayang. Angkasa tidak akan pernah melupakan gadisnya.

"Senja. Aku janji sama kamu. Gak akan pernah lagi nyakitin kamu, kamu adalah orang satu-satunya yang aku miliki. Orang yang bisa memberi aku kasih sayang dengan tulus." ujar Angkasa sambil menatap dalam Senja. Tatapan mata Angkasa begitu sangat tenang, tatapan dalamnya juga menandakan bahwa dia memang benar-benar seperti tidak ingin kehilangan perempuan ini.

"Kita kan bakal terus sama-sama," Senja tersenyum pada Angkasa. Angkasa percaya, senyuman Senja adalah senyuman terhangat yang pernah ia temui. Tidak ada orang yang bisa menggantikan senyuman itu. Tidak ada lagi orang yang bisa seperti Senja. Sosok Senja tidak akan ada yang pernah menggantikan.

***

Jangan lupa vote ya temen-temen!! Makasiii❤️❤️❤️

AngkasaWhere stories live. Discover now