27. Teror

914 57 0
                                    

Yoonra mengigit jari kukunya resah, teror beberapa hari yang lalu masih berlanjut dan kini semakin parah. "Aku harus segera menemukan pelaku teror itu, jika aku hanya diam saja... Lama-lama aku bisa gila, dan bisa saja sesuatu akan terjadi nanti pada keluargaku... Atau mungkin... Taehyung."

Ia mengambil ponselnya yang terletak diatas nakas meja, menelfon kedua orangtuanya yang kini sudah kembali ke Ilsan. Seperti biasa ia hanya akan menanyakan kabar kedua orangtuanya itu, semenjak hari itu ia benar-benar sangat cemas mengkhawatirkannya keluarganya. Bahkan, Eunseol pun ia slalu kabari kakaknya itu. Awalnya Eunseol memang sangat bingung dengan sikap Yoonra, tumben sekali adik perempuannya itu menayakan kabarnya.

Setelah mengetahui kabar orangtuanya, jika mereka sedang baik-baik saja. Yoonra beralih menghubungi kelasihnya itu yang sedang berada di LA. Sudah terhitung lima hari lamanya Taehyung dkk meninggalkan Seoul.

"Oppa, kau baik-baik saja kan? Bagaimana dengan yang lain?" tanyanya. "Huft! Syukurlah jika kalian baik-baik saja."

"Eoh, nde. Fighting! Oh ya ngomong-ngomong, kapan kalian pulang?"

"Ehm... Tak tau ya? Yasudah deh, semangat!" serunya menyemangati kekashnya itu. Setelah itu sambungan terputus. Ponselnya kembali bergetar, nomor ponsel peneror itu kembali tertera dilayar ponselnya. Yoonra mengangkatnya, sungguh lama-kelamaan Yoonra jadi kesal sendiri. Ia juga seperti mengenal suara peneror itu, tapi ia lupa.. Suara siapa itu.

"Ada apa?! Sebenarnya kau ini siapa sih?! Kau tak lelah mengganggu hidup orang terus? Lagian aku dan Taehyung sedang menjauh, berhenti mengusik hidupku!" setelah itu Yoonra mematikan sambungannya sepihak dengan kesal.

Ting!

Unknow: kau sangat cantik jika sedang marah.

Heol?! Apa-apaan ini?!

Yoonra menatap sekitar kamarnya. "Tunggu, dia sedang melihatku sekarang. Apakah disekitar sini ada sebuah kamera?" batinnya.

"Mulai sekarang aku tidak boleh bergumam atau apapun itu, karena aku yakin disekitar kamarku ini ada sebuah kamera." batinnya lagi. "Aku harus berhati-hati, aku juga harus segera menyelesaikan masalah ini. Tidak ada satu orangpun yang tau, aku pasti bisa menyelesaikan masalah ini."

Unknow: kau sungguh ingin menyelesaikan masalahmu sendiri? Apakah kau yakin dapat menghadapi diriku?

Setelah membaca pesan itu, Yoonra melempar ponselnya sembarang arah. "Apakah dia bisa membaca isi hatiku? Ataukah... Memang benar disekitar sini ada kamera? Kamera yang bisa membaca isi hati orang.."

"ARGHH!! Aku bisa gila jika seperti ini!!" teriaknya.

Unknow: you are crazy, baby.

Nafas Yoonra tersenggal-senggal, apa maksudnya ini? Yoonra keluar dari kamarnya, mencoba ingin mendinginkan isi pikirannya.

***

Kini ia sedang berada ditaman, melihat orang-orang yang berlalu lalang. Ia masih mencoba berfikir, siapa orang itu. Ia juga mencoba mengingat-ingat suara orang-orang yang ia kenal, tapi tetap saja hasilnya nihil. Ia tak bisa mengingat apapun.

"Sebenarnya apa mau dia? Kenapa dia menerorku? Sudah hampir satu minggu hidupku tak tenang, seperti ada yang mengawasi diriku." gumamnya pelan.

Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sebuah eskrim coklak kesukaannya didepannya, "ingin eskrim?" tawar orang itu.

Yoonra mendongakkan kepalanya, mata mereka berdua saling bertemu. Kemudian beberapa detik Yoonra memutuskannya, ia berdehem sebentar lalu berkata. "Ji Oh, ada apa? Aku sedang tak ingin basa-basi, jadi to the point lah." ujar Yoonra dingin.

Married with Bias ✓Where stories live. Discover now