HD • 10

19.8K 2.3K 130
                                    

Di saat matahari masih belum terlalu arogan memamerkan hangatnya, aku sudah sibuk di dapur untuk melaksanakan tugas harianku untuk pertama kalinya sebagai seorang istri. Apalagi kalau bukan memasakkan sarapan untuk mengenyangkan perut suamiku?

Dengan nuansa dapur baru serta peralatan masak yang masih fresh from the box, aku pun tak sabar untuk segera beraksi. Di mulai dengan mengeluarkan bahan makanan yang kemarin sempat aku dan Ibu belanjakan di pasar dekat rumah, pagi ini aku sama sekali tidak kerepotan untuk membuatkan menu sarapan.

Bayam, telur, wortel, dan dada ayam sudah kusiapkan di atas meja pantry. Jangan harap aku bisa membeli makanan semacam frozen food dkk. Yang ada, aku bisa dipenggal oleh pak dosen yang kini jadi suami super hot ku.

Menanak nasi sudah beres, aku lantas mengocok beberapa butir telur untuk dijadikan sup telur sebagai menu sarapan. Kata Mama, Arjuna itu suka makanan berkuah untuk sarapan. Padahal bagi sebagian orang, menu sarapan terkadang lebih menarik pada hal yang bersifat praktis dan kering demi menghindari mual di pagi hari. Tapi suamiku tidak begitu.

Selesai memasak sup telur yang sangat mudah dan memakan waktu kurang dari sepuluh menit, aku lantas mencincang bumbu untuk membuat tumis bayam sebagai sayur pada makan siang suamiku.

Tanganku nyaris teriris pisau andai saja aku tidak segera menghindarkan jemariku yang sedang memegang bawang karena serangan fajar Arjuna yang sedang dalam mode aleman (manja) pagi harinya. Mau tau satu rahasia lagi? Suamiku ternyata suka sekali bermanja-manja padaku di setiap ia membuka mata untuk pertama kalinya. Mendusal, menggelayut, bahkan kadang kalau tidak ingat berat badannya, bisa saja ia memintaku untuk memangkunya.

"Mas ih! Kalo tanganku kena pisau gimana?" gerutuku gemas sambil menggeplak jemarinya.

"Hmm, maaf." sahutnya masih dengan suara mengantuk. Tadi malam, kami tidur cukup larut karena Arjuna dan euforia nya dengan rumah baru, menginginkan perayaan hari pertama kami menempati rumah ini dengan pesta grepe-grepe tubuhku, yang berakhir dengan dirinya yang frustasi sendiri.

"Makan sup telur ya? Mau?"

Arjuna mengangguk dan mengecup pipiku. "Makasih banyak udah masakin Mas, sayang."

Aku merona hebat ketika menyadari kalau ternyata, sebahagia ini rasanya ketika aku mendapat ucapan terima kasih dari suamiku hanya karena sudah memasakkan sarapan untuknya. Sederhana, namun berarti banyak bagi psikologis pasangan.

"Mas mau mandi sekarang? Kalau iya, aku siapin air panas nya ya?"

Kepala Arjuna menggeleng, menolak usulku. "Nanti aja, Mas mau bantuin kamu masak dulu. Mas nggak keburu kok."

Tanpa menunggu persetujuan ku, tangan Arjuna sudah mengambil alih dada ayam yang sudah ku fillet dan meraih alat blender untuk melumat daging tersebut.

"Mau di buat apa, Mas?" tanyaku sambil tersenyum geli melihat aksi suamiku yang bak chef profesional di dapur.

Arjuna menoleh, menyunggingkan sebuah cengiran lucu untukku. "Mas pengen nugget. Boleh?"

"Kenapa harus nggak boleh? Tapi bukannya kata Mas olahan daging itu berpotensi bikin timbulnya kanker?" sindirku mengingat lagi bagaimana menyebalkannya ia dulu.

"Itu kan kalau nugget yang sudah di frozen. Ini nugget homemade yang bahannya segar dan nggak pakai tambahan lain selain bumbu masak sama sayuran. Penguat rasanya juga dari penguat rasa berbahan jamur, bukan micin biasa." alibi nya.

Aku memilih mengangguk saja dan kembali fokus memanaskan wajan untuk menumis bumbu bayam.

"Sayurnya mau pake apa, Mas?"

Suara desis bumbu masak berpadu dengan minyak panas menjadi latar pagi hari kami kali ini. Ditambah dengan dengung alat blender yang menambah kehangatan kebersamaan kami.

"Mas pengen pakai wortel aja. Nanti di cincang kecil aja ya?"

"Nggak di parut aja, Mas? Lebih cepet." tawarku dengan tangan yang sibuk memberi sedikit liquid pada tumisan bayamku.

"Boleh deh. Mas parutin ya."

Kami berdua sibuk dengan bagian kami masing-masing. Aku yang sudah selesai menumis, lantas mengelap wajan yang sudah bersih dari sisa tumisan bayam. Aku mendekati suamiku yang sudah selesai dengan parutan wortelnya.

"Kalo urusan kasih bumbu, kamu aja ya sayang." cengirnya dengan mendorong mangkuk kaca berisi gilingan daging dan parutan wortel.

Aku terkekeh, namun tetap menerima dorongan mangkuk kaca tersebut. Dengan cepat memasukkan bawang putih tumbuk, garam, lada, penguat rasa jamur, telur, serta kaldu bubuk, dan juga sedikit bread crumb sebagai tambahan tekstur pada nuggetku.

Arjuna sejak tadi tak lepas menatapku yang mengolah nugget permintaannya. "Istri Mas pinter banget masaknya, ya. Siap-siap ilang deh six packnya." kikiknya sambil mengusap perutnya yang tertutup kaus tipis berwarna abu-abu.

"Belum pinter lah Mas. Cuma mungkin karena sering lihat dan bantuin Ibu di katering, aku jadi biasa sama masak dan kegiatan dapur." elakku. Terlalu berlebihan rasanya kalau dibilang pintar dalam memasak karena nyatanya, aku bukanlah seorang koki profesional.

Selesai dengan tahap akhir dari menggoreng nugget, aku lantas memasukkan semua sayur dan lauk buatanku ke dalam kotak bekal makan siang suamiku. Menatanya dengan hati berdegub kencang dan penuh cinta. Semoga bisa menjadi nutrisi bagi tubuh suamiku nantinya. Arjuna sendiri sudah mandi karena waktu hampir menunjukkan pukul tujuh.

Kalau ditanya penat, pastinya iya. Namun dibalik semua penat yang kurasakan pagi ini, tidak ada artinya bila dibandingkan dengan bagaimana momen yang kami ciptakan berdua pagi ini, yaitu memasak bersama untuk pertama kalinya sebagai pasangan suami istri.

Daftar pertama momen pernikahan kami sudah terlaksana, yaitu memasak bersama. Aku yakin, kalau daftar itu nantinya akan penuh dengan momen lain yang sangat membekas di kehidupan pernikahanku dengan Arjuna. Dan sekarang, saatnya aku menyiapkan kebutuhan suamiku sebelum dirinya berangkat mencari rezeki untuk keluarga kecil kami.

🔰🔰🔰

Ada komen dari readers tercinta yang request buat panjangin tiap chapter nya. Duh, bukan aku nggak mau, tapi sekarang, tiap storyku itu mengusung hal baru, partnya berkisar 500-700an words saja per chapternya biar bisa terus up tiap hari, dear😂 tapi terima kasih buat saran dari kalian, ya♥

Ada yang udah bosen belum sama cerita ini??? Oh iya, aku memutuskan buat meniadakan adegan wik wik mereka ya, karena ternyata aku kecolongan. Readersku banyak yang masih SMP!!!😣😣 semakin ngerasa berdosa karena secara nggak langsung, aku berkontribusi mencemarkan pikiran polos adik2 kita😞

Buat kakak2 yang usia nya sudah mencukupi, minta pengertiannya ya karena aku tiadakan adegan wikwik nya. Yang sudah berumah tangga, malah bisa live action sama mas suami sendiri di rumah, dan yg jomblo kayak aku, cukup diilhami aja😂😂😂😂

31 Agustus 2020

Hello DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang