Bab 23

137K 14.7K 764
                                    


Beby menarik napas panjang sebelum tangannya menarik knop pintu dan membukanya perlahan. Ia menyembulkan kepalanya sekedar untuk sedikit mengintip apa yang dilakukan oleh Azka.

Dapat Beby lihat kamar Azka yang bahkan mungkin melebihi luasnya kamar Damian. Saat sibuk memandang kamar Azka, dan tepat netra Beby bertabrakan dengan netra gelap Azka. Ia meneguk ludah kasar ketika ternyata Azka yang tengah duduk diranjang juga menatap ke arahnya. Beby merasa ia seperti maling yang kepergok mencuri sesuatu.

"Bukankah Beby gak sopan ngintip kamar orang."

Ucapan Azka membuat Beby tergugu. Beby menunduk sambil berucap pelan, "ma-maaf abang."

Setelah itu Beby hendak menarik pintu kembali untuk menutupnya tanpa menyadari jika Azka yang berada diseberang sana tengah menarik kedua sudut bibirnya keatas.

"Sini!"

Beby menghentikan gerakannya, ia mendongak, menatap Azka yang kini tersenyum tipis ke arahnya. Membuat Beby juga ikut tersenyum dengan lebar, menampilkan gigi kelincinya.

Dengan pelan, Beby membuka pintu. Ia masuk ke dalam kamar Azka, tak lupa untuk menutup kembali pintunya. Tetapi Beby malah masih berdiam diri di dekat pintu sehingga membuat Azka mengulangi lagi perkataannya, sembari melambaikan tangannya. "Beby sini!"

Dengan ragu, Beby melangkah mendekati Azka dengan bibir yang masih tersenyum.

Sedangkan Azka menarik lembut tangan Beby yang sudah berdiri menjulang didepannya untuk duduk disampingnya. Azka mengacak rambut Beby membuat gadis itu memiringkan kepalanya.

Lalu Azka membawa kedua tangannya melingkari pinggang Beby dan menaruh dagunya dibahu adiknya, membuat Beby terkesiap.

"A-abang?"

Azka malah mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Beby. "Sebentar... biarin abang gini bentar aja."

Beby terdiam mendengar suara serak abangnya apalagi ia merasakan lehernya basah. Abangnya... menangis?

Tangannya terangkat, mendekati punggung lebar Azka dan mengelusnya. Ah, Beby baru menyadari cara bicara Azka. Bukankah selama ini Azka selalu bicara kasar terhadapnya? Namun kali ini cara bicaranya terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Apalagi ketika Azka tak menggunakan bahasa 'lo-gue' nya kepada Beby.

"Maaf,"

Gumaman Azka masih terdengar jelas ditelinga Beby. Tapi Beby mengernyit, tak mengerti mengapa abangnya mengatakan kata maaf. Beby diam tak merespon, hanya tangannya yang masih aktif bergerak mengelus punggung Azka.

Beby menoleh ketika sudah tak mendapati kepala Azka yang berada di lekukan lehernya. Terganti dengan usapan lembut dilehernya yang terasa basah. Beby meneliti wajah Azka yang bahkan tak meninggalkan jejak air mata, tapi matanya terlihat memerah.

Azka masih setia memeluk Beby tanpa berkata apapun. Sedangkan tangan Beby pun masih berada dipunggung abangnya namun tak bergerak seperti tadi.

Keheningan mereka membuat Beby mengantuk.

***

Azka menuruni anak tangga sedikit cepat. Ia hendak berjalan ke arah dapur sebelum sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Azka!"

Membuat pemuda itu menoleh. Dan mendapati kedua abangnya dan adik lelakinya itu tengah menatap dirinya.

"Kemari!" titah dari abang tertuanya itu membuat Azka tak bisa menolaknya. Ia berjalan mendekat ke arah para saudaranya.

Damian menggerakkan tangannya menyuruh Azka duduk dikursi single yang berada disamping Nio.

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang