"Sayang sudah jadi, ayo kita makan." ujar David.

"Kenapa cuman satu mangkuk?" tanya Nino.

David memiliki ide nakal di otaknya, lalu berbicara. "Ya, karena aku hanya memasak cukup satu mangkuk berdua. Aku suapin kamu, kan kamu lagi gendong dia."

Nino melongo, lalu David menyuapkan satu sendok kemulutnya lalu ia meletakan semangkuk sup itu, kemudian ia menyuapkan sup yang ada di dalam mulutnya dan memberikan ke Nino melalui mulutnya juga. Nino mendorong David, lalu mau tidak mau David menelan sup itu sendiri.

"Kau apa-apaan ha? Kau bilang mau menyuapiku tapi malah kayak gini," ujar Nino.

"Kenapa kau tidak bisa romantis sediki denganku?" ujar David kesal.

"Kau mesum... Singkirkan otak mesummu padaku dulu." ujar Nino.

"Baiklah, sini istriku sayang makan dulu. Nanti kamu kurus karena tidak makan, apa kata mertuaku nanti kalau melihatmu kurus. Oh maaf, kau tidak punya kelurga." ujar David.

Nino hanya diam saja kali ini, ia tidak ingin membuang-buang tenaganya hanya untuk mengomel dan mengungkapkan kekesalannya kepada David. Suap demi suap David pun akhirnya selesai makan dan menyuapi Nino, lalu David melihat dan memandangi Derulo. Kemudian Derulo pun melihat ke arah David. David menakut-nakuti bocah itu, mengejek, agar anak kecil itu menangis. Dan benar saja, Derulo menangis.

"Kau... Bagaimana kau akan bisa punya anak, sementara kau selalu menakut-nakuti anak kecil." seru Nino.

"Hah, gara-gara dia kau mengabaikanku. Kapan ibunya akan kembali?" ujar David.

"Besok pagi," sahut Nino cuek.

"Apa?" ujar David uring-uringan.

David tidur sendirian malam ini, Nino tidur di kamar satu lagi di sebelahnya. Nino sengaja tidak mengunci pintu, karena dia yakin David tidak akan tahan tidur sendirian di kamar sebelah. Saat Nino tengah menidurkan Derulo, tiba-tiba pintu terbuka dan suasana menjadi gelap, sosok di ambang pintu di selimuti awan hitam dan petir di sekelilingnya. Wajahnya sangat muram, dan kesepian, namun matanya menatap penuh misteri. Nino pura-pura tidur, karena ia tau itu adalah David dengan penuh sumpah serapah yang ada di otaknya.

Mungkin David ingin mencaci maki Nino? Oh salah, bocah bayi itu.

David masuk lalu menutup pintu dan kemudian berbicara. "Jangan pura-pura tidur, aku tau kau menungguku."

"Ciiiiih... Jadi orang jangan kepedean."  sahut Nino.

"Buktinya kau tidak mengunci pintunya." ujar David.

"Aku sengaja tidak menguncinya, siapa tau anak ini akan keluar dan membuat susu sendiri." ujar Nino ngasal dan ngawur.

Memangnya bayi bisa membuat susu sendiri?

"Bilang saja kau sengaja agar aku bisa masuk iya kan? Ayolah istriku, sini biarkan anak kita tidur di tengah, nanti jatuh kalau di pinggir, atau kau sengaja biar aku memelukmu dari belakang?" ujar David.

Nino hanya diam, tanpa bicarapun David tetap akan melakukan hal itu. David memeluk Nino dari belakang, lalu Nino menyikut dada David, tetapi David tidak menghiraukan.

"Sekali-kali menurut saja, kau tidak tau betapa nyamannya aku seperti ini." ujar David.

Nino tersenyum, lalu ia sengaja merubah posisinya. Lalu dengan cepat David mengambil kesempatan untuk mencium Nino.

"Aku lelah, aku ingin tidur." ujar Nino.

"Tidurlah, aku akan menjagamu dan anak ini." ujar David.

Meski usia mereka masih sama-sama muda, tetapi David sudah memimpin sebuah perusahaan milik ayahnya, walau sebenarnya David memiliki cita-cita membangun sebuah perusahaan sendiri. Berbeda dengan Nino yang sedari kecil memang ingin menjadi pengusaha apa saja yang penting menghasilkan uang dan menciptakan lapangan pekerjaan. Usia mereka masih sama-sama dua puluh tahun sekarang ini. Di usia muda mereka tergolong sukses. David membelai wajah Nino yang tengah tertidur dengan damai, wajah tenang dan anggun, wajah Nino sangat sempurna, garis-garis wajah yang sempurna, bibir merah ranum, bulu mata lentik, dan kulit putih mulus.

'Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada di sampingmu. Aku tidak akan membiarkanmu dalam kesakitan, dan kesusahan. Aku akan selalu berusaha merawatmu dan mencintaimu setulus hatiku.' gumam David.

______________________________________

Di sisi lain, Dino tengah sibuk mempersiapkan hadiah untuk Nino, Tidak perduli Nino akan menyukai hadiah itu atau tidak. Setelah selesai memilih hadiah ia pun membungkusnya dengan rapih, kali ini entah kenapa Dino memiliki perasaan yang sangat berbeda, dia sangat senang tetapi ia tiba-tiba murung, ketika ia akan melihat wajah Nino yang selalu cemberut saat melihatnya.

'Tapi apakah Nino akan menyukaiku? Maaf maksudku menerimaku? Aku tidak perduli apa hubungannya dengan David sekarang, aku hanya ingin melihat adik ku yang malang ini bahagia.' gumam Dino.

"Tapi apa salahnya mencoba?" ujar Dino pada dirinya sendiri.

Dino pergi dan berangkat menuju Cafe, tujuannya hanya Cafe kemarin saat pertama kali dia datang, karena Dino tidak tahu dimana rumah Nino, dengan perasaan senang dan gembira, entah apa yang membuatnyan sebahagia itu. Tetapi satu jam sebelumnya....

Satu jam sebelumnya...

"Nino, aku ingin bertemu denganmu." ujar Dino.

"Datang saja ke Cafe," ujar Nino.

Dino langsung bergegas menuju ke Cafe saat Nino menyambutnya dengan baik.




Bersambung....

Hayo loh Dino kenapa?

BL- The TwinsWhere stories live. Discover now