Musim salju perlahan datang. Daun-daun yang berguguran tertutupi oleh gumpalan es. Ranting-ranting pohon tak luput dari sarang es. Musim salju ini ternyata datang lebih awal dari perkiraan.
Suasana yang tenang. Sebagian terisi oleh suara denting jarum jam yang menggema. Napas tenang berbaur menjadi satu dalan ruangan itu, dimana para pasang mata fokus pada lembar pertanyaan dan lembar jawaban yang akan mereka isi sebagai bukti kelulusan mereka. Termasuk Jungkook yang menjadi salah satu diantara mereka.
Jika Jungkook berhasil dalam ujian ini, Seokjin mengatakan akan membawanya ke suatu tempat yang paling indah di sana, mengajaknya bersenang-senang untuk merayakan hari kelulusannya. Membayangkan itu saja membuatnya bahagia sekali.
Maka dari itu, Jungkook berusaha keras agar dia bisa meraih prestasi yang memuaskan. Itu harus dia lakukan, mengingat dia juga akan melamar pekerjaan di sebuah tempat. Ya, hitung-hitung memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari lulusan sekolah menengah atas.
Mengerjakan soal itu adalah hal yang mudah jika dilakukan selama hati terasa senang dan bahagia. Jungkook dapat menyelesaikan dengan cepat, kemudian bergegas mengumpulkan jawabannya, membuat Chanyeong, Bambam, dan Yugyeom terperangah. Namanya juga siswa berprestasi.
Jungkook bergegas keluar, menanti teman-temannya selesai ujian. Namun pada kenyataannya, dia harus berlari kencang manakala dia mendapatkan pesan singkat dari Hoseok bahwa Taehyung dilarikan ke rumah sakit.
♚♚♚
Kata dokter, Taehyung terkena tembakan pada bagian dadanya. Beruntung tidak sampai menghunus jantungnya. Jika saja itu terjadi maka nyawanya tidak akan terselamatkan.
"V..." Jungkook bergegas masuk manakala melihat Taehyung yang terbaring tidak sadarkan diri. Di sampingnya terdapat Jimin dan Yoongi, serta Namjoon yang menoleh ke arah mereka. Sosok Hoseok masuk setelah Jungkook masuk ke dalam ruangan.
"Namjoon, tolong jemput Seokjin sekarang. Katakan pada bosnya bahwa dia ada urusan mendadak. Tidak mau tahu." suruh Yoongi.
"Baiklah." Namjoon menjawab dan dia melewati tubuh Jungkook.
Jungkook melangkah mendekat. Terdapat raut wajah sedih dan juga ingin menangis.
"Kau tidak perlu menangis." Jimin membuka suaranya. "Tangisanmu percuma saja untuk pria bebal sepertinya."
Jungkook melirik ke arah Jimin. Pastinya ada pertanyaan yang membuatnya penasaran.
"V sudah dimintai menggunakan alat pelindung bagian sekujur tubuhnya. Tetapi dia melupakannya. Jadilah seperti ini. Dia juga sedikit kehilangan fokus." Yoongi menjelaskan.
Jungkook kembali menatap Taehyung yang terbaring pucat.
"Bagaimanapun dia selamat." Hoseok menambahkan.
"Pekerjaan kalian...terlalu berisiko." lirih Jungkook.
"Hei, ini memang sudah menjadi tanggungan kami." jawab Jimin sembari berdiri. "Kuat. Kau pria, Jungkook. Jangan menangis. Apa kau mencintai V?"
Jungkook terdiam. Dia mengusap air matanya. "Aku akan selalu seperti ini jika ada orang yang terluka. V atau bahkan kalian adalah teman-temanku, keluargaku sekarang. Bukan hanya V saja, jika salah satu diantara kalian terluka, aku akan menangis."
"Manis sekali..." Jimin memeluk Jungkook dengan erat. "Aku tak menyangka. Tapi jangan pernah mengasihani V. Dia itu bebal, sulit diatur. Sekenanya." Jimin menjelaskan, melepaskan pelukannya terhadap Jungkook dan mengusap air mata Jungkook. "Aku yakin dia pernah menyakitimu dengan kata-katanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOODLUST ✔
Fanfiction[FINISH] ⚠️ TAEKOOK (VKOOK) FULL CHAPTER FOR SALE ONLY!!! Kisah tentang Taehyung Kim yang sangat haus akan darah, dimana siapapun mereka yang menyakitinya bahkan sampai menyentuh anggota keluarganya, maka tak akan segan si Harimau itu akan membunuh...