67. Promise to mama

808 42 0
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.

•••

Kondisi Dian kali ini sedikit membaik ketika mendapat perawatan khusus beberapa jam lalu. Detak jantungnya kini berfungsi normal. Ventilatorpun masih menempel pada hidung wanita itu. Dian kini berada di ruang rawat inap. Melihat wajah wanita itu membuatnya ingin menangis prihatin.

Mamanya belum sadar. Membuat Keysa sedikit menghela napasnya kasar. Cewek itu mendudukkan dirinya di samping brankar yang di tempati mamanya. Keysa mengelus tangan dingin mamanya. Lalu menitikkan air matanya. Keysa terlalu bersalah pada Sang Mama. Keysa selalu membuat beban untuk Mamanya dengan hal yang kekanak-kanakkan. Keysa menambah beban pikiran mamanya. Membuat Sang Mama sakit seperti ini.

“Mama harus sembuh biar Keysa bisa buktiin kalau Keysa itu bisa sukses.” Keysa memejamkan matanya. Lalu menghela napasnya.

“Kata Ayah, Keysa itu banyak tingkah, Ma. Gak bisa diatur, gak punya prestasi apapun. Keysa bakal buktiin sama Mama kalau Keysa bisa. Pokoknya Mama harus sembuh yaa?” ujar Keysa berlinang air mata. Dadanya serasa naik turun.

“Mama, hiks!” ujarnya mengisak. Tangan itu dielusnya lembut.

Beberapa saat kemudian, elusan tangan di kepalanya membuat dia tersentak. Cewek itu lantas mendongak. Menatap seseorang yang mengelus kepalanya. Senyum itu menghiasi wajahnya. Membuat cewek itu seketika tersenyum.

“Mama hiks! Mama jahat! Keysa kangen banget sama Mama!” ujar Keysa memeluk sang Mama. Dian yang melihat itu hanya bungkam.

“Kangen ...,”ujarnya seraya menangis.

Dian yang melihat itu terkekeh. “Maafin mama—”

“Mama gak usah minta maaf—Keysa yang salah. Keysa terlalu egois buat Mama,” ujar Keysa mencemberutkan bibirnya. Deon kini mendekatkan dirinya ke arah keduanya.

“Maafin Ayah juga, gak bisa jaga rahasia mama.” Deon terkekeh ke arah Dian. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

“Pokoknya mama harus sembuh, kalo enggak—”

“Keysa nggak bakal mau sukses?” potong Mamanya lirih. Seraya terkekeh. Nafasnya masih sangat lemas. Namun, ucapan itu masih dapat di dengar oleh Keysa.

“Keysa bakal sukses kok buat Mama,” ujarnya seraya tersenyum. Memeluk mamanya erat seolah takut kehilangan. Hal yang mampu membuat Deon dan Dian terkekeh melihat sifat anaknya yang sedikit kekanak-kanakkan.

“Mama bakal berusaha sembuh.”

•••

Kelompok 1-5 berada di ruang kelas XII MIPA 1. Sementara kelompok lain menyesuaikan.
Contoh : Kelompok 6-10 berada di ruang kelas XII MIPA 2, Dst.

Keysa menghela napasnya. Cewek itu berjalan ke arah kelas 12 MIPA 1 bersama Alvara dan teman-temannya yang lain.

Kali ini sesuai janjinya pada Sang Mama, Keysa akan fokus dengan hal-hal sekolah. Tidak akan main-main lagi. Keysa harus berusaha cukup giat. Agar bisa lulus dengan predikat terbaik. Meskipun memang orang lain melihat dirinya hanyalah cewek yang banyak tingkah dan mempunyai sifat yang buruk. Namun, Keysa akan buktikan. Bahwa Keysa bisa mendapatkan sesuatu jika dia berusaha.

“Wadaw, gue males banget sekelompok sama Aletta!” cibir Asya membuka percakapan ketika tak ada pembicaraan berlalu.

“Gue juga males.” Natha ikut berdecak tak suka. Cewek itu berjalan di samping Keysa. Sementara Asya, cewek itu berjalan di depannya.

“Lah, kenapa?” ujar Keysa terkekeh.

“Anjirlah! Sama mukanya gue itu sebel banget tahu gak! Lo tahu kan Key? Dulu apa yang dia lakuin sama lo?” ujar Asya tak suka. Memang benar jika Aletta dulu melakukan hal yang tidak baik kepadanya. Namun, apakah pantas jika seseorang ingin berubah baik malah kita berprasangka buruk kepada orang itu?

Keysa tidak membeda-bedakan teman. Yang paling penting adalah orang-orang yang memotivasinya dalam segi apapun. Bukan mencari teman yang memiliki banyak uang, goodlooking, dan pintar. Tidak! Keysa hanya mencari teman yang memang tulus ingin menjadi temannya. Bukan hal-hal semacam itu.

Cewek itu hanya terdiam tanpa membalas ucapan Asya. Membuat Asya berdecak tak suka. Huh!

“Aku sekelompok sama Keysa dong!”

“Yaelah, biase aje, Al!” ujar Asya melirik ke arah Alvara. Membuat yang lain tertawa melihat lirikan tak enak dari Alvara

Ketujuh cewek itu berjalan menuju kelas 12 MIPA 1. Memang, kelompok 1-5 masuk ke dalam satu kelas. Keysa dan teman-temannya yang lain termasuk ke dalam kelompok itu.

Tatapannya kini mengarah ke penjuru kelas. Cewek itu tersenyum ke arah cowok yang kini terduduk di dalam kelas bersama kelompoknya. Cowok itu terdiam dengan membaca bukunya. Terlihat datar dan dingin. Namun, tetap saja bagi Keysa Vano sangat tampan dengan posisi seperti itu.

“Keysa? Cepetan masuk ih! Malah berdiri disitu!” ujar Alvara mencebik. Mendengar itu Keysa sedikit tersentak. Ternyata Alvara sudah mendudukan dirinya di meja bersama anggota yang lain.

“Iya—” ujar Keysa datar. Cewek itu bergegas ke tempat Alvara duduk. Melewati Vano yang hanya menatapnya datar tanpa senyuman. Keysa tersenyum ke arah Vano. Namun, tumben sekali cowok itu tetap diam datar seperti itu.

Apakah Vano marah kepadanya?

“Vano ...,” ujar Keysa tersenyum. Vano hanya melirik Keysa dengan tatapan mencebik. Melihat itu Keysa mengernyit bingung.

“Hai Keysa!” ujar Aletta tersenyum. “Makasih ya, buat kemarin,” lanjutnya. Keysa yang mendengar itu hanya mengulas senyum lantas mengangguk.

Keysa berjalan melewati Vano yang masih saja terdiam. Keysa ingin menanyakan kepada Vano. Apakah cowok itu marah kepadanya gara-gara kemarin?

Namun, Keysa mungkin tidak akan menanyakannya lebih dulu. Vano terlihat gundah dan tidak ingin diganggu kali ini.

“Lo sekelompok sama gue? Cuih!” ujar Kevin terkekeh melihat kedatangan Keysa. Membuat Keysa mencebik kesal. Cowok itu selalu saja membuat mood nya turun.

“Kalo lo nggak mau, mending lo pindah aja,” ujar Keysa melirik sinis ke arah Kevin. Cowok itu tertawa memekik.

“Biasa aja lah gue kan suka becanda, WKWKWKWK!” ujar Kevin membuat Alvara ilfeel melihat tingkah cowok itu. Kadang dia kira Kevin memang pendiam, datar, ketus dan juga cowok mesum. Namun, dia terlihat seperti cowok petakilan.

“Belajar yang bener lo! Udah gede!” ujar Kevin mengacak-acak rambut Keysa. Membuat cowok itu tertawa. Namun, Keysa terkekeh tak suka. Lantas melirik ke arah Vano yang menatapnya tajam.

“Damai, damai Van! Gue cuma becanda,” ujar Kevin melihat Vano yang menatapnya tajam. Sementara Vano, cowok itu tak membalas ucapan Kevin. Cowok itu lebih sibuk dengan bukunya.

Guru pembimbing kelompok 1-5 kini telah datang. Membuat mereka langsung terdiam untuk bersiap mendapatkan beberapa penerangan. Keysa menghela napasnya. Kali ini dia harus berusaha serius. Ini yang terakhir, dia juga tidak ingin mengecewakan Mamanya.

Cewek itu membuka bukunya yang sedikit membuat dirinya pusing. Matematika adalah hal yang menyulitkan. Namun, harus dia kuasai.

Ting!

Vano
Fokus.

Melihat pesan itu, Keysa mengulas senyumnya. Cewek itu menoleh ke arah Vano yang hanya menunduk menatap buku yang ada di hadapannya. Cowok itu menoleh ke arahnya sekilas. Datar dan dingin, membuat Keysa kembali seperti biasa tanpa senyuman yang tadi terulas.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang