Chapter 23: Double bad luck

11.8K 988 16
                                    

Alexa berjalan dengan malas menuju dapur, kesadarannya yang belum terkumpul penuh membuat dirinya beberapa kali menabrak benda di apartemennya. Alexa mengerjap kan matanya menatap kearah jam yang baru menunjukan pukul tujuh pagi, ia tidak ingat semalam apa yang ia lakukan hingga merasa tubuhnya sangat lemas.

Segelas air berhasil membuat kesadarannya mulai kembali pulih, hari ini karena memang tidak banyak yang harus ia lakukan Alexa akan berkunjung ke rumah Carrie, sudah lama sejak terkahir kali pertemuannya di club yang pastinya akan membuat wanita itu merasa cemas. Itu terlihat dari notifikasi di ponselnya yang menunjukan nama Carrie di jajaran paling atas.

Alexa baru saja akan beranjak dari tempatnya sebelum suara ketukan di pintu apartemen nya membuat wanita itu mengerutkan dahinya bingung, siapa orang yang kurang kerjaan dan mengganggu nya di pagi hari seperti ini.

Alexa berjalan menuju pintu depan, ia membuka pintu berwarna coklat tua itu hingga kini matanya menatap sosok pria yang tampak rapih dengan pakaian santainya, dan jangan lupakan senyum menyebalkan yang membuat Alexa memutar bola matanya malas.

"Seriously?" Tanya Alexa tak percaya.

Steve mengangkat bahunya acuh lalu berjalan begitu saja melewati Alexa memasuki apartemennya. Dasar tidak sopan.

"Sedang apa kau datang sepagi ini?" Tanya Alexa kesal, ia menutup pintu apartemen nya dengan setengah membanting.

Matanya menatap tajam kearah pria yang saat ini sedang duduk di ruang santai, tangannya dengan seenaknya sudah mengambil semua cemilan miliknya dan memakannya begitu saja.

"Aku datang lebih pagi karena tahu kau pasti masih berpakaian seperti gembel jam segini." Jawab Steve dengan santainya.

Alexa melipat kedua tangannya di depan dada, tubuhnya kini bersandar pada tembok menatap malas Steve. Kenapa pria itu tidak bisa membuatnya hidup tenang selama ini, selalu mengganggu nya saat ada waktu.

"Kita ada kencan, ingat?"

Alexa mengangkat sebelah alisnya. Ya, ia ingat tapi itu hanya omong kosong belaka. Ia tidak benar-benar serius ketika bilang akan mengabulkan satu permintaan pria itu kalau ia berhasil menembak tiga titik tanpa meleset.

Alexa menjatuhkan tubuhnya pada sofa yang berada di sebelah Steve, ia menekuk wajahnya sebal. "Apa kau masih bisa berkencan dalam keadaan seperti ini?"

Steve memasukan satu potong cemilan kedalam mulutnya, ia mengangguk menjawab pertanyaan Alexa membuat wanita itu kini mendesah pasrah.

"Diam disini aku akan mandi." Alexa berjalan memasuki kamarnya meninggalkan Steve yang masih nyaman dengan posisinya.

Pria itu tersenyum menatap pintu kamar yang sudah tertutup itu, tempat ini tidak ada yang berubah sama sekali sejak terakhir kali ia ke tempat ini.

Steve membaringkan tubuhnya di sofa, menatap langit-langit ruangan dengan senyum mengembang. "Nyaman." Gumamnya.

Matanya terpejam untuk beberapa saat, sudah lama rasanya ia tidak bisa tidur dengan tenang. Deru nafas yang mulai teratur seolah menandakan bahwa pria itu sudah memasuki alam mimpinya, tapi baru saja ia baru bisa merasakan tidur yang tenang suara ketukan pintu membuat kesadarannya langsung kembali sepenuhnya.

Steve menatap pintu depan wajah kesal, ia berjalan dengan malas. Pintu depan yang terbuka membuat matanya bertabrakan dengan iris mata yang menatap tajam dirinya.

Sebelah alisnya terangkat menilai, menatap pria di depannya yang tampak asing. Setahunya Alexa tidak punya banyak teman pria apalagi yang sampai tahu apartemennya.

"Siapa?" Tanya Steve datar.

Reymond menatap pria di depannya dengan tatapan tajam, kenapa ada pria lain yang di apartemen Alexa sepagi ini. Mengetahui fakta bahwa ia bukanlah pria satu-satunya yang di ijinkan memasuki apartemen Alexa membuatnya sedikit kesal.

The Angel Of Death [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang