2. Autumn Love

7 1 0
                                    

Jika boleh, inginku rajut kisah kasih ini bersamamu. Sayangnya, terlalu sulit dan lama jika ku rajut sendirian.

Bolehku bertanya?
Kira-kira, butuh waktu berapa lama untuk menumbuhkan benih cinta dihatimu?

-Autumn Love-
🍁🍁🍁


Satu jam menyelesaikan soal fisika itu cukup melelahkan. Uh, aku lupa kalau hari ini ada ulangan bahasa Inggris. Dan aku belum belajar sama sekali. Baik, sekarang harus dimulai dari mana? Aku segera menggeledah isi dalam tasku. Apa? Tidak ada?

Bagaimana mungkin? Perasaan, tadi pagi sudah kucek, dan buku catatan itu ada. Oh, aku tahu. Pasti Gendis yang mengambilnya. Aku berdecak sebal. Dasar, Gendis!

"Ay!"

Ayu menoleh. "Iya? Ada apa, Yas?" tanyanya masih fokus dengan buku bacaannya.

"Gendis ada di mana?"

"Gendis? Em, ada di ... aku lupa. Hehehe ...." Ayu nyengir dan meminta maaf padaku. Aku membulatkan mataku sebal. Mencoba untuk sabar.

Lagian, bocah itu ke mana, sih? Meskipun jam fisika masih panjang dan kebetulan jamkos, dia tidak boleh seenaknya pergi. Pasti dia membawa bukuku. Lalu, harus mencari ke mana?

"Jar! Aku izin keluar, ya! Mau cari Gendis." Fajar mengacungkan jempolnya. Lalu kembali bermain game dihapenya.

Aku berjalan menyusuri lorong koridor yang sepi. Hanya beberapa kelas yang jamkos. Sambil mencari Gendis, aku memakai headshet dan mendengarkan lagu Biar Waktu Hapus Sedihku dari Hanin. Lagunya mulai beralun. Sesekali aku ikut bernyanyi. Bersenandung kecil sambil menikmati setiap alunan melodi itu.

Dari jauh, aku melihat sepasang insan yang berjalan cepat berlawanan arah dariku. Aku tahu, mereka adalah Rendy dan Raina. Iya, kalian ingat tidak? Kisah di waktu hujan seminggu yang lalu, saat aku berteduh di ruko itu? Nah, bagus sekali ingatan kalian jika masih ingat. Mereka sekelas. Di kelas 12-Ipa C. Sedangkan aku, di kelas Bahasa. Dan kalian pasti sudah tahu, kalau anak bahasa itu hanya sedikit. Jadi, hanya ada dua kelas untuk jurusan Bahasa, yang setiap kelas berisi 32 orang. Dan aku di kelas 12-Bahasa A.

Tapi ... ada yang aneh. Raina berjalan mengejar langkah Rendy yang panjang itu. Sepertinya, dua insan ini sedang bertengkar. Uh, ya sudahlah. Apa pentingnya bagiku? Enggakkan?

Aku terus melanjutkan langkahku menuju kantin. Karena ku rasa, Gendis ada di sana. Entahlah. Itu hanya feeling saja. Aku menggeser tubuhku ke kanan, lalu ke kiri. Begitu seterusnya sampai empat kali. Karena jengah, aku menarik nafas dalam-dalam dan mencabut headshet ditelingaku, tak lupa ku matikan lagu itu dihape. Apa maunya Rendy? Sampai-sampai akses jalanku dihadang.

"Ada apa, ya? Tolong minggir!" tegasku padanya.

Tiba-tiba, jarak yang tadinya satu meter menjadi setengah meter. Aku membulatkan mataku tak percaya. Apa-apaan ini? Kenapa dia begitu?

"He–"

"Lo Yasna, kan?" tanyanya membuatku bingung. Aku mengangguk ragu.

Dia menarik nafas panjang. "Sebentar lagi waktunya dimulai." bisiknya membuatku tambah bingung.

"Maksudnya?" tanyaku bingung. Aku melirik seseorang di belakang Rendy sana. Raina menatap kami dengan sedikit cemas. lalu aku mengedarkan pandanganku. Apa? Ada apa?

Autumn LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang