27

6.9K 917 177
                                    

"Hidup memang selalu dipenuhi oleh kejutan dan salah satunya adalah kehadiranmu dalam hidupku."

***

Sudah setengah jam lebih Michelle menunggu di depan ruang tunggu. Michelle tahu betul bahwa sebenarnya Rifqi tak memerlukan pengobatan yang kompleks. Lelaki itu juga tidak perlu mendapatkan perobatan dalam bentuk jarum suntik. Dia hanya terkilir biasa namun memang bengkaknya cukup parah.

Hati Michelle terasa tak tenang. Dia takut Anggara akan membocorkan rahasianya kepada lelaki itu. Dia takut Anggara mencoba untuk mempersatukan mereka karena hal itu tidak akan pernah terjadi dan hanya akan berujung menimbulkan luka baru dalam hidupnya.

Tak lama kemudian, lelaki itu keluar dari ruangan Anggara sambil menggerakkan kursi rodanya. Secara otomatis Michelle langsung menghampirinya. Sebisa mungkin dia menutupi rasa khawatirnya, sebisa mungkin perempuan itu berekpresi datar seperti biasa.

Michelle mengerutkan keningnya, dia baru menyadari bahwa ekspresi Rifqi benar-benar berubah. Semakin dia mendekat perbedaan raut wajahnya semakin terlihat jelas di matanya. Michelle tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Anggara kepadanya sehingga lelaki itu tampak berbeda.

Kini Michelle sudah berada tepat di hadapan Rifqi. Keduanya saling menatap satu sama lain dalam keheningan. Michelle tidak tahu apa yang saat ini terpikirkan oleh Rifqi tentang dirinya. Michelle tidak tahu informasi apa yang baru saja lelaki itu dapatkan dari Anggara.

"Lo gak disuntik kan?" Kali ini Michelle lah yang membuka sebuah percakapan.

"Nggak, katanya gue disuruh istirahat aja sama ada obat gitu yang harus dikonsumsi," jawab Rifqi sedikit lebih datar dari biasanya.

Michelle menghembuskan nafas beratnya. Dia memang sudah mempelajari ilmunya bahwa cedera yang dialami oleh Rifqi tidak memerlukan pengobatan yang kompleks namun tetap saja rasanya melegakan apabila mengetahui lelaki itu benar-benar dalam kondisi tidak begitu parah.

"Yaudah gue anter lo pulang kalau gitu," Michelle beranjang pergi ke belakang Rifqi untuk mendorongkan kursi rodanya.

"Chelle," Rifqi menggenggam lengan perempuan itu, aksi Michelle langsung tercegat olehnya.

Michelle berhenti bergerak, perlahan tatapannya mengarah kepada lelaki yang baru saja mencegatnya. Michelle tidak tahu apa yang akan diucapkan oleh lelaki itu namun yang jelas jantungnya sudah berdegup cepat.

"Jalan-jalan yuk," ajak Rifqi sambil tersenyum lebar.

Michelle mengerjapkan matanya, mencoba untuk mengontrol emosinya. Dia pikir Rifqi akan mengatakan suatu hal yang serius karena mencegatnya seperti itu. Lelaki ini memang selalu membawakan kejutan untuknya dan terkadang kejutannya membuatnya sedikit beremosi.

"Nggak-nggak kata Anggara juga lo harus istirahat, lagian gue gak kuat juga kalau harus ngegotong lo kemana-mana," Michelle menolak ajakan Rifqi.

"Jalan-jalan keliling kota Bandung maksud gue," Rifqi memperjelas

Michelle semakin tercengang mendengar permintaan Rifqi yang nyaris tidak mungkin untuk diwujudkan. Tampaknya perubahan yang terjadi di dalam diri Rifqi adalah kewarasannya yang semakin memudar. Michelle tidak tahu apa yang dilakukan oleh Anggara sehingga lelaki ini bisa memiliki ide yang sangat cemerlang.

"Rif bilang aja kali lo mau gue anter ke rumah lo yang di Bandung," Michelle tetap berusaha untuk berpikir positif. Siapa tahu Rifqi memang ingin diantar pulang ke Bandung namun lelaki itu gengsi untuk mengatakannya.

"Nggak Chelle, gue serius. Ayo main ke International High," raut wajah Rifqi berubah menjadi lebih serius untuk membuktikan ucapannya barusan. Kali ini lelaki itu sedang tidak bercanda.

"Rif lo waras? Gue besok pagi ada kelas," Michelle mencari-cari alasan.

"Kan selama acara kampus gak ada kelas, lagian lo juga besok gak ada shift jadi P3K kan?" Rifqi memastikan informasi yang baru saja dia dapat dari Sarah. Michelle mengernyit, dia menjadi bisu dalam seketika karena baru saja ketahuan berbohong.

"Yuk? Gue udah lama gak ke Bandung," ajak Rifqi untuk kedua kalinya namun kali ini dengan nada lebih memohon.

"Gue gak bisa Rif kalau nyetir ke luar kota kaya gitu, itu juga mobil Sarah yang gue bawa," Michelle masih berusaha untuk mencari alasan yang dapat diterima oleh lelaki itu. 

Sejujurnya dia tidak berani apabila harus mengendarai kendaraan milik orang lain ke luar kota. Membawa mobil Sarah untuk mengantar lelaki ini ke rumah sakit sudah bagian dari tindakan nekat yang tak ingin Michelle ulangi lagi.

"Gue yang nyetir, gue juga udah izin ke Sarah," lagi-lagi alasan Michelle ditolak mentah-mentah oleh Rifqi. Michelle tidak menyangka lelaki itu bertindak lebih nekat dari dirinya dengan sangat terencana.

"Rif," Michelle melongo.

"Tenang, yang bengkak kan kaki kiri," Rifqi tersenyum, mencoba untuk menenangkan Michelle yang terlihat tidak tenang sama sekali.

"Lagian mana mungkin sih gue nyoba buat nyelakain satu-satunya perempuan yang gue sayang," Rifqi kembali menggodanya. 

Sudah ke-sekian kalinya Rifqi menggoda Michelle sampai tak bisa terhitung oleh jari-jemarinya. Namun kali ini godaan Rifqi terdengar jauh berbeda dari biasanya. Michelle bisa merasakan kesedihan yang tersirat dalam ucapannya barusan. Terlihat jelas Rifqi sedang berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya dibalik sebuah senyuman tulus yang dia perlihatkan kepadanya.

"Yuk Chelle? Ini bakal jadi permintaan terakhir gue kok. Gue janji," Rifqi lagi-lagi memohon supaya keinginannya dikabulkan oleh Michelle.

Seketika Michelle menjadi luluh, perempuan itu mencoba untuk mempertimbangkannya kembali. Sebenarnya Michelle tak tahu kesedihan apa yang sedang dihadapi oleh lelaki itu. Michelle tahu menyembunyikan kesedihan adalah hal yang sulit untuk dilakukan bahkan dia sendiri pun tak sanggup untuk melakukannya. 

Maka dari itu, Michelle merasa iba terhadap Rifqi. Walaupun saat ini statusnya dengan Rifqi hanya sebatas pertemanan saja, lebih tepatnya sepasang kekasih yang terpaksa berakhir, Michelle ingin membantu lelaki itu untuk meluapkan kesedihannya. Michelle mau menemani lelaki itu supaya dia benar-benar bisa tersenyum bahagia tanpa sebuah beban dalam dirinya. Michelle tahu ini hanya dapat mengobatinya untuk sesaat, namun dia yakin memori yang akan dia ciptakan dalam ingatan Rifqi dapat mengobatinya kapanpun dia terluka kembali.

"Yuk!" Senyum Michelle mengembang dengan sempurna. Perempuan itu segera mendorong kursi roda yang sedang diduduki oleh Rifqi dengan semangat 45-nya. Dia harap semangatnya kali ini dapat membuat suasana hati Rifqi membaik. Dia harap usahanya kali ini dapat membuatnya bahagia walau hanya untuk sesaat.

***

Vote dan Comment buat next part!

Instagram :

Putrizhr

Chachaii_

Hai semuanya, gimana nih sama part yg ini? Semoga masih pada tetep suka yaa sama ceritanya. Tetep terus ikutin cerita aku yah karena kedepannya bakal banyak kejutan buat kalian semua. Kita naikin sedikit yaa karena aku ada kesibukan pribadi juga maaf banget, 2k readers 400 vote aku langsung up yaa..

Ohiya buat kalian yang cerita di wattpadnya mau difeedback sama aku, capture bagian favorit dari cerita CLBK, masukkan ke Snapgram dan jangan lupa tag akuu @putrizhr dan @chachaii_. tiga orang pertama yaa!

See u!!



CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang