Page fourteen

739 175 11
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

Pernahkah kau mendengar cerita tentang anak laki-laki yang jiwanya terjebak dalam bola kaca?

Wer reitet so spät, durch Nacht und Wind?
Es ist der Vater mit seinem Kind;
Er hat den Knaben wohl in dem Arm,
Er fasst ihn sicher, er hält ihn warm.

Mein Sohn, was birgst du so bang dein Gesicht?
“Siehst, Vater, du den Erlkönig nicht?
Den Erlenkönig mit Kron und Schweif?”
Mein Sohn, es ist ein Nebelstreif.

“Mein Vater, mein Vater, und hörest du nicht,
Was Erlenkönig mir leise verspricht?”
Sei ruhig, bleibe ruhig, mein Kind;
In dürren Blättern säuselt der Wind. ( Elrkonig - Frans Schubert )

Anak laki-laki itu anak yang baik dan tampan, anggota tubuhnya sempurna dan kesukaannya adalah berlari mengelilingi halaman rumah bersama hewan peliharaannya--seekor kucing liar menggemaskan.

Anak laki-laki itu pandai dalam banyak hal, ia bisa berhitung bahkan sebelum teman sebayanya bisa. Ia juga sudah biasa berbicara bahasa asing dan termasuk seorang yang penyayang. Ia begitu menyayangi saudari-saudari yang ia miliki, tidak pernah dia beda-bedakan.

Anak lelaki kini berusia delapan tahun, tersudut di ujung halaman dengan wajah pucat dan keringat dingin. Tubuhnya gemetar, apa lagi tangan yang bekerja. Sepasang mata gelap itu menoleh kiri dan kanan mencari bantuan ... bukan, matanya bukan mencari bantuan tetapi mencari apa ada orang lain yang melihatnya atau tidak.

Kala itu adalah pertama kali ia merenggut nyawa. Pertama kalinya ia tanpa sadar, menghilangkan kehidupan pada makhluk hidup.

Kedua kakinya sudah lemas, sudah tidak bisa lagi ditahan. Terduduk di atas tanah becek karena darah dan sisa air hujan kemarin, kembali anak lelaki menatap pada kucing malang tidak bernyawa di hadapannya, tergeletak dengan bagian kepala yang hancur.

"Elise ... " bisiknya tanpa bisa didengar siapa pun. Nada suara anak lelaki bergetar, takut bercampur cemas, bingung bercampur mual. Yang ia ingat hanya suara berisik tiba-tiba terdengar di telinga, suara teriakan melengking, suara cacian kasar, suara tawa jahat hingga suara jerit minta tolong. Telinga dan kepalanya terasa begitu menyakitkan, sangat menyakitkan sampai membuat anak lelaki ingin membenturkan kepala ke dinding.

Tetapi kedua tangan dan pikiran berkata lain, tidak seirama dengan pemilik tubuh. Mereka menemukan cara berbeda, mereka temukan hal lain yang bisa dipakai untuk dilampiaskan, untuk melampiaskan rasa sakit agar hilang sementara.

"Apa yang kau lakukan di sana? Kenapa kau ... oh? Oh! Lihat! Lihat apa yang kau lakukan!" Teriakan itu mengejutkannya, menoleh anak lelaki itu pada sumber suara. Seorang pria yang begitu dikenal, seorang pria dengan rambut dan bola mata bagai laut lepas, seorang pria yang awalnya hanya memerhatikan adik perempuan si anak lelaki.

Garden Of Mirror [ Noir ] [ COMPLETE - TERBIT E-BOOK ]Where stories live. Discover now