Part 1

130 35 49
                                    

"Tuhan menciptakanmu mungkin bukan untuk mencintaiku. Tapi, Tuhan ingin aku untuk menjagamu."

Kring ...

Suara jam beker menggema di ruangan itu. Seorang pria masih terlelap di atas kasurnya. Ken, pria ini bahkan belum bergeming sedikit pun karena bunyi alarm tersebut.

Tak lama, seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik pun membuka pintu kamar Ken.

"Astagfirullah! Ken!" Teriak Rey yang berada di ambang pintu kamar. Rey pun segera menarik selimut yang masih melekat di tubuh Ken.

"Ya ampun, Ken! Ayo bangun! Nanti kamu telat ke sekolah. Hari ini pertama kamu masuk sekolah, kan?" Ken pun mulai menggeliat setelah mendengar Rey mengomel.

Ken pun bangun dari tidurnya dan duduk dengan mata terpejam. Melihat Ken yang belum membuka matanya, Rey pun melempar selimut yang ia tarik sebelumnya ke arah Ken membuat orang tersebut langsung kembali terbaring. Namun sayangnya kepalanya sedikit terhantuk dengan dinding yang ada di belakangnya.

"Aduh!" Ken segera melempar selimutnya. "Kenapa sih main lempar-lempar selimut! Gak tau apa lagi enak-enaknya mimpi!"

Setelah melempar selimut itu, Ken langsung menoleh ke arah seseorang yang ada di depannya.

Ken pun terkekeh melihat Rey yang sudah berkacak pinggang. Dan Ken dapat tebak sebentar lagi pasti Rey akan mengomelinya.

"Eh, Bunbun. Apa kabar?"

"Apa kabar, apa kabar, ini udah jam berapa Ken? Kamu telat ke sekolah, dan hari ini adalah hari pertama kamu sekolah. Apa perlu Bunda pasangkan toa di kamar kamu biar denger kalau alarm udah bunyi?!" Omel Rey yang masih berkacak pinggang.

"Maaf, Bun."

"Sekarang kamu mandi terus siap-siap ke sekolah. Tadi Anin ke sini mau berangkat bareng sama kamu, tapi malah masih molor," ucap Rey.

Ken pun mengedipkan matanya berkali-kali. "Kak Anin? Terus dia kemana?"

"Ya udah berangkatlah ke sekolah, karena diakan anak OSIS jadi gak boleh telat. Emang kayak kamu molor muluk," ledek Rey, "buruan mandi sana."

Ken hanya menatap kepergian Rey yang mulai menghilang dari pandangannya. Senyuman Ken tiba-tiba terbit, ya hari ini adalah hari pertama Ken masuk sekolah. Ia sengaja mendaftar di salah satu SMA yang ada di Jakarta dan memilih satu sekolah dengan Anin. Walaupun saat ini mereka terpaut beda dua tahun.

***


Setelah siap dengan pakaian rapi dan lengkap, Ken pun langsung menuju sekolah. Dan benar saja, ia sudah telat. Gerbang sekolah sudah ditutup dengan rapat, dapat Ken lihat banyak para siswa baru yang berkumpul di lapangan untuk acara PLS.

"Pak, bisa tolong bukain? Saya ada PLS, Pak." Mohon Ken kepada satpam yang menjaga.

"Maaf, Mas. Tapi ini memang sudah waktunya gerbang ditutup, saya hanya bisa menjalankan tugas saya. Maaf, Mas."

Seseorang melihat dari kejauhan interaksi antara Ken dan satpam. Anin, ia pun mengerutkan keningnya dan melihat sebuah jam yang melingkar di tangannya.

"Dasar! Pasti kesiangan," gumamnya pelan.

Anin pun menyenggol salah satu anggota OSIS yang ada di sebelahnya. "Gantikan gue sebentar, ya. Gue mau ngurus anak yang tuh, telat," ucap Anin sambil menunjuk ke arah gerbang dan diangguki oleh temannya.

"Pak, ayolah. Nanti saya kasih Bapak uang, berapapun Bapak mau akan saya kasih. Beneran." Ken terus berusaha membujuk satpam tersebut agar membukakan gerbangnya.

"Maaf, Mas. Gak bisa gitu."

"Saya kasih satu juta deh. Gimana?"

"Harus banget ya disogok gitu?" Ken pun menoleh ke arah sumber suara. Senyumnya pun terbit.

"Kak Anin, bantuin Ken dong. Ken kesiangan, kalau bunda tadi gak bangunin Ken yakin pasti hari ini gak bakalan hadir." Rengek Ken dengan mata puppy eyesnya, sedangkan Anin hanya berusaha menahan senyumnya.

"Pak, bukain aja. Urusan dia biar saya yang urus," ucap Anin dan satpam itu pun mengangguk.

"Giliran sama gue gak dibuka," gumam Ken.

"Sekarang ikut gue." Anin pun melangkah pergi meninggalkan Ken. Merasa bingung, Ken langsung berlari mengikuti langkah Anin.

"Kita mau kemana?" tanya Ken sambil memandang sekitarnya.

"Lo harus dihukum."

Ken langsung membelalakkan matanya tidak percaya. "Dihukum?" Beo Ken dan Anin mengangguk.

"Iya, lo harus keliling lapangan sepuluh putaran dan push up sebanyak sepuluh kali," titah Anin.

"Kak, masa iya gitu sih hukumannya." Rengek Ken.

"Kamu harus nurut, Ken. Itu salah kamu kenapa kesiangan. Makanya kalau main game jangan sampai larut malam, kek gini 'kan jadinya. Buruan keliling!"

Ken hanya bisa menghembuskan napas pasrah dan mulai mencoba berlari keliling lapangan. Sebelum itu, Ken menaruh tasnya di samping kaki Anin dan mulai sedikit melonggarkan dasinya.

"Lari nih, Kak?"

"Iya, Ken."

"Seriusan?"

"Astagfirullah, iya, Ken. Buruan!"

"Gue lari, nih."

Melihat ekspresi Anin yang sedikit kesal membuat Ken terkekeh. Ia pun segera berlari mengelilingi lapangan. Ken pun mulai jadi pusat perhatian, pasalnya saat ini hanya ia sendiri yang keliling lapangan. Dengan gaya dasi yang sedikit longgar dan jambul rambutnya yang sedikit terkibas oleh angin membuat ketampanan Ken semakin terpancar.

"Nih anak ganteng juga, bisa-bisa kalah saingan nih si most wanted sekolah ini," ucap Anin yang terus memperhatikan gerak-gerik Ken. Dan Ken juga sesekali menoleh ke arah Anin yang memberi kode sudah keberapa putaran.

Setelah selesai dengan lari keliling lapangan, Ken segera mendekat ke arah Anin dengan napas terengah-engah.

"Udah seh-puh-luh, Kak," ucap Ken yang berusaha menetralkan napasnya.

"Hukuman selanjutnya."

Ken hanya mengangguk dan mulai berbaring di tanah untuk bersiap push up.

"Hitung sendiri, ya. Gue dengerin."

Ken mulai melakukan aksi push upnya. "Satu."

"Dua."

"Tiga."

"Ayo dong masa gak semangat gitu," ucap Anin.

"Empat."

Setelah sudah sampai sepuluh push up, Ken langsung tergeletak di tanah membuat Anin sedikit khawatir.

"Ken? Kamu gak papa, kan?"

Ken pun mendongokkan kepalanya menatap wajah Anin dan mengacungkan jempolnya memberi kode bahwa ia baik-baik saja.

"Yok kantin. Hari ini gue traktir, anggap aja ucapan selamat karena lo bisa masuk ke SMA Galaksi," ucap Anin sambil menyodorkan tangannya.

Melihat Anin yang menyodorkan tangannya, Ken pun tak segan-segan menerima uluran itu dan bangkit.

"Aish! Pegel banget kaki sama lengan," keluh Ken sambil memutar lengan tangannya ke depan.

Anin pun terkekeh. "Skuy kantin." Anin pun melempar tas milik Ken ke arah pemiliknya dan melangkah pergi.

"Dasar! Adiknya malah ditinggal gitu aja. Tungguin!" Ken segera berlari mengikuti langkah Anin.

TBC❤

Hayo siapa nih yang nungguin squel dari ceritaku yang sebelumnya, The Game of Life.

Semoga suka ya sama alurnya🤗

See you next part maybe❤

AyKenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang