Ulang Tahun

17 0 0
                                    

   Aku sedang duduk di teras kos ketika jam menunjukkan pukul tujuh lebih dua belas menit. Nur sedang lewat didepanku saat aku membenarkan posisi tas slempang yang melorot dari bahu kiri ku, sepertinya ia akan membuang sampah.

   “Cie malam minggu mau kencan nih. Jam segini udah nunggu jemputan aja,” sapa nya setelah kembali dari rutinitas malam minggu nya ; membuang sampah dari kamarnya ke tong sampah besar di seberang kos.

   Aku tergelak menanggapi Nur. Tak lama setelah ia pergi terdengar suara mesin motor yang tak asing bagiku. Aku lantas berdiri, mengenakan helm, dan mendekati asal suara.

   “Lama ya non? Maaf, lampu lalu lintas nya kebanyakan,” kata si pengendara motor.

   “Besok lagi di cek dulu mas, kalau ada lampu lalu lintas langsung cabut aja,” balasku sambil menaiki jok belakang.

***

   Motor Supra X hitam itu melaju membelah jalanan kota yang ramai ; maklum, malam minggu.

   “Akhir pekan kamu gimana?” tanya nya saat berhenti di sebuah lampu lalu lintas tepat di pertigaan, dengan sebuah toko bunga di sisi kiri kami.

   “Sedikit istimewa dari pekan lalu. Ada panitia yang sedikit rewel minta perubahan desain di H-2 acara. Mas Groho sendiri gimana?” balasku dengan napas berat.

   “Sabar ya, namanya juga dunia organisasi. Aku? Hmm, bahagia. Hari ini kedai lumayan ramai, ditambah ada yang pesan tempat untuk acara launching buku besok sore,” Mas Groho mengelus lutut kiriku bermaksud menenangkan.

   Kenyataannya, akhir pekan kami berbeda kali ini. Aku yang merasa agak sial, berbeda dengan Mas Groho yang nampak bersemangat.
   Lampu merah telah berganti menjadi kuning. Tepat sebelum lampu itu berubah ke hijau, Mas Groho menekan tombol lampu sein nya ke arah kiri.
   Motor kembali melaju. Melewati bengkel yang sudah tutup, angkringan yang baru saja bersiap memulai kegiatannya, juga sebuah toko alat tulis kantor yang cukup ramai dengan barisan lampu puluhan watt di halaman toko.
   Kami lalu berbelok ke kanan, memasuki sebuah jalan raya kecil tepat di samping kampus swasta yang cukup tersohor.

   “Tapi ini enggak apa-apa kamu nemenin aku? Masalah panitia gimana?” Mas Groho memelankan laju motor karena di depan ada seorang ibu-ibu yang menyebrang.

   “Santai, udah beres siang tadi kok. Padahal kan harusnya aku menikmati akhir pekan dengan rebahan ya mas. Eh nasib, dapet event yang panitia nya ribet. Tapi enggak apa-apa. Seperti kata mas tadi, namanya juga dunia organisasi,” jawabku sembari meletakkan dagu pada bahu kiri Mas Groho.

   “Pinter,” katanya lalu mengelus kepalaku dengan tangan kiri.

***

   Motor kembali melambat saat mendekati sebuah restoran dengan plang bertulis “Pizza Mamma Mia”. Mas Groho memarkir motor di area parkir yang berada di sebelah kiri restoran. Seorang tukang parkir berusia sekitar lima puluh tahunan memamerkan senyum dengan gigi emas di sebelah kiri atas mulutnya seraya menganggukkan kepala tepat saat kami turun dari motor.
   Aku menunggu di sebuah sofa dengan meja persegi panjang di depan nya, dekat dengan kasir tempat Mas Groho saat ini sedang memesan. Tak lama kemudian ia duduk didepanku.
   Sejujurnya, restoran ini cukup unik. Dari segi lokasi, ia tidak berada di tepi jalan besar. Melainkan di sebuah jalan kecil dekat kompleks perumahan kos anak-anak kampus swasta yang tadi kami lewati. Di seberang restoran ini juga terdapat sebuah konter yang lumayan besar. Konter tersebut menjual berbagai jenis ponsel, printilan pelengkap ponsel, serta menyediakan jasa service ponsel. Sedang dari segi desain tempat, restoran ini memiliki beberapa foto bergaya retro yang di pajang di beberapa spot. Di beberapa bagian, dindingnya juga sengaja tidak di plester. Menyisakan tembok dengan batu-bata yang masih terlihat jelas, dan hanya ditutup sebuah cat berwarna putih. Cat tiap temboknya juga berbeda. Ada warna biru dongker, hijau tua, putih, dan cokelat di beberapa sisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Kehilangan (Antologi Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang