ATTHALARIQ; 8

50.7K 7.6K 3.2K
                                    

Heyy guys, i'm back!!!

CAPSLOCKNYA EUY! Ehiyaa jangan lupa follow akun Wattpad aing yg baru yee nisaaafatm

Btw gais, jangan di dm/komen minta up ya. Jangan di komen 'kapan up-nya sih?'. Pokoknya jangan deh wkwk. Karena kalau pengen up tanpa kalian minta pun langsung di up kok. Terlebih kan udah di jelasin di part paling awal kalau cerita ini dan cerita saya yang lain, kemungkinan bakal ada kendala masalah up (entah kapan) karena mulai kerepotan sama tugas sekolah, les, dan segala macam kesibukan di kelas akhir. Jadi, mohon dimengerti, yaa.

Kalau ada typo komen aja. Penuhin komen kalian di setiap paragraf yaaaa.

---

"KENAPA kamu dapet nilai kayak gini, hah?!"

"M-maaf, Yah. A-aku gak tau-"

"Halah! Alesan! Kamu tau Ayah susah cari uang buat sekolahin kamu! Tapi kamu malah gak becus belajarnya!" Gisel kecil yang baru saya hendak mendongakkan kepalanya itu disambut dengan lemparan kertas pada wajahnya yang mana menimbulkan erangan kesakitan bersamaan dengan kertas-kertas ulangannya yang jatuh terhambur di lantai.

Ayah gadis itu berjalan menuju sebuah mobil hitam milik majikannya. Gisel kecil berlari mengikuti namun sayang mobil tersebut sudah melaju pergi meninggalkan Gisel di bawah langit hitam yang kini mulai menurunkan isinya.

"Ayah!" Gisel berlari mengejar mobil itu dengan tangisannya. Ia tidak peduli jika anak-anak lain melihatnya dengan tatapan aneh.

Ia masih terus mengejar mobil tersebut yang kini mulai keluar dari pekarangan sekolahnya. Masih dengan uraian air mata gadis itu dikejutkan dengan suara guntur yanb menggelegar hingga hampir saja ditabrak oleh kendaraan lain.

Deru kendaraan juga klakson kala itu benar-benar terbayang-bayang dalam kepalanya.

"Arrgghh ...." Gisel terbangun dari mimpi buruk akan kilasan-kilasan masa lalu yang kini menjadi trauma dalam kehidupannya.

Dilihatnya jam pada ponsel, pukul delapan malam. Entah jam berapa di negara tantenya sana. Namun, sebuah panggilan dari wanita itu kini memenuhi layar ponselnya yang segera saja membuat Gisel mengusap layar benda pipih tersebut.

"Gisel, kok kamu baru angkat telepon tante?"

"Ah-anu tante, Gisel baru bangun," jawab Gisel yang diakhiri dengan kekehan. Cewek itu menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

"Gimana kakinya udah sembuh?" Mendengar itu Gisel spontan mengecek kondisi kaki kanannya yang masih membengkak. Ia belum memanggil tukang urut seperti yang disuruhkan tantenya, Gisel juga berbohong pada wanita itu kalau perkara ini disebabkan oleh kelalaiannya sendiri. "Kamu gak demamkan karena kaki kamu itu?"

Lagi-lagi pertanyaan dari tantenya membuat Gisel terkekeh. "Nggak kok, tan, santai aja," jawabnya berbohong, iya, bohong karena Gisel mengalaminya sekarang.

"Jangan lupa makan ya, Sel, tetap jaga kesehatan. Nanti bakal tante kunjungin lagi ke Indo."

"Iya, siap, tante."

Setelah itu adalah sambungan yang terputus menyisahkan suara detik-detik jam yang mengisi ruangan berwarna dominan putih ini. Gisel bangun dari tidurnya. Menerawang sebentar langit kamar kemudian beranjak.

ATTHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang