Pemantik api itu dilemparkan Taehyung dari bilik jendela mobil yang dia kendarai bersama Hoseok sebagai sopir. Taehyung Kim begitu murka manakala dia mendapatkan kabar bahwa kubu Nagini membunuh satu anggotanya, yang menjadikan pertikaian itu kian mencekam. Suara ledakan layaknya meriam memenuhi gedung persembunyian Nagini sampai suara teriakan memekikkan telinga. Taehyung tidak terima atas kematian intelijennya yang sangat dia hormati. Apalagi, Namjoon adalah orang yang berperang penting, sangat berperan penting bagi anggota mafia yang dia angkat. Namjoon Kim bukanlah orang sembarangan di mata Taehyung. Sayangnya, Namjoon Kim sangat mudah untuk dibunuh walau tingkat kecerdasannya di atas rata-rata.
"Shoot them! Shoot them!" teriak Taehyung kepada mobil yang mengikuti mobilnya dari arah belakang.
Mobil itu ditumpangi oleh Yoongi dan Jimin, dimana Jimin memegang senapan laras panjang dan men-shoot dari kejauhan ratusan meter. Jangan pernah meremehkan tatapan tajam seorang Jimin Park, dia tidak pernah melesatkan peluru yang telah dia lepas menjadi terbuang sia-sia.
"I want shoot them but they use a hard cloth." Jimin membalas. Dia belum melesatkan peluru yang dia bawa karena takut jika itu akan membuang peluru-pelurunya yang sangat dia sayangi.
"Tembak mata mereka!"
Dor!
♚♚♚
Seokjin membukakan pintu ketika dia mendengar suara ketukan berulang kali seperti orang tidak ingin menunggu lama. Dia hampir memarahi orang itu jika saja dia tidak menahannya, karena di hadapannya sekarang sosok Jungkook adiknya tengah membopong seorang pria berperawakan tinggi dan begitu tegap dengan luka di sekujur tubuhnya. "Astaga, Jungkook! Siapa orang ini?!"
Jungkook menatap Seokjin dengan tatapannya yang teduh. "Hyung, bisakah nanti kujelaskan? Dia dalam keadaan darurat."
Seokjin mengangguk, dia menyingkir dari tengah pintu dan langsung membantu Jungkook untuk menopang sosok pria itu dengan menggamit satu lengannya ke bahunya. Kemudian perlahan mereka saling menuntun ke atas sofa usang milik Seokjin. "Kau ambilkan air hangat dan kain, ya? Aku akan membersihkan luka-lukanya agar tidak terlalu perih nanti." perintah Seokjin kepada Jungkook.
Jungkook mengangguk. Dia bangkit untuk melaksanakan perintah Seokjin. Sementara Seokjin mulai melucuti pakaian yang sepertinya terkena kebakaran.
Seokjin memandang wajah pria itu. Kening hingga telinga kanan pria itu terus mengeluarkan darah. Sementara wajahnya dipenuhi debu abu kehitaman. Sekujur tubuh pria itu lemas. Pakaian yang dikenakan pria itu bahkan sampai berlobang dan robek karena kejadian yang dialami oleh pria itu.
"Ini, Hyung." Jungkook datang membawa baskom alumunium beserta kain yang dimaksud Seokjin.
Seokjin menerimanya, memeras kain itu kemudian mulai membersihkan luka yang berada di wajah pria itu. "Dimana kau menemukan pria ini, Jungkook?"
"Pria ini terluka." Jungkook membuka suaranya. "Saat aku pulang dari galeri seni, aku melihatnya di sudut gang kecil. Dia sudah kepayahan. Aku mencoba membantunya. Dia sempat sadar sebelum akhirnya dia pingsan. Aku membopongnya ke mari. Untungnya tubuhnya masih setengah sadar untuk kuajak berjalan."
Seokjin mendengarkan dengan seksama. "Bagaimana jika yang kau tolong ini tersesat, Jungkook?"
Jungkook mengerucutkan bibirnya. "Aku bahkan sempat memikirkan hal itu. Jika dia memang tersesat, kita bisa membantunya. Tetapi jika dia bukan seperti yang ada pada ekspektasi kita, aku bisa saja memukulnya menggunakan pantat panci."
Seokjin hanya tersenyum mendengar penuturan Jungkook. "Bagaimanapun kita harus berusaha berpikir bahwa yang kau bantu adalah orang baik, Jungkookie."
Jungkook mengangguk. "Tentu."
♚♚♚
Meja itu terbalik dan hancur ketika dua tangan membalikkan dan melempar meja itu.
"Dari sekian mayat yang ditemukan, Namjoon yang tidak teridentifikasi, Taehyung." jelas Hoseok.
"Nagini memang ganas. Aku tak pernah terima jika aku harus kehilangan Namjoon Kim." Taehyung menjambak rambutnya frustasi. "Benar-benar!"
"Taehyung." Yoongi membuka suaranya. "Mungkin Namjoon memang mudah dibunuh, tapi tidak dengan ininya." Yoongi menunjuk dahinya ke arah Taehyung. "Tidak ada orang yang mampu membunuh pikiran dan kepintaran Namjoon. Bahkan kau sendiri."
Taehyung memandang Yoongi dengan tatapan tajam.
"Bagaimana jika dia melarikan diri sebelum pasukan Nagini benar-benar membunuhnya? Namjoon punya seribu cara untuk bebas karena dia tahu dia orang paling mudah dibunuh." Yoongi melanjutkan.
Jimin tiba-tiba datang dan memeluk Taehyung dari belakang. "Tenangkan dirimu. Kau perlu istirahat. Biar tugas Hoseok yang mencari tahu keberadaan Namjoon. Aku sangat yakin jika Namjoon tidak terbunuh dalam peristiwa ini." Jimin mengecup pucuk kepala Taehyung kemudian beralih mengecup pipi Taehyung.
Taehyung bangkit, kemudian berjalan masuk ke dalam tempat peristirahatannya. Dia harus mendinginkan kepalanya. Mengambil keputusan dan jawaban di saat emosi bukanlah hal yang baik.
Sementara itu, Yoongi hanya bisa menghela napas panjang. "Tidak pernah terpikirkan sebelumnya."
"Begitu sulit tertebak, hm?" Jimin menyahut. "He is my cousin, Darling."
Hoseok melemparkan pistolnya hingga jatuh ke atas lantai, kemudian beralih duduk di atas sofa sembari meregangkan tubuhnya. "Aku yakin jika Namjoon tidak mati. Hanya saja dia meninggalkan ponsel dan juga kartu identitasnya."
"Dia bisa membuat kartu identitas baru." Yoongi menyela, duduk di sofa lainnya sementara Jimin beralih duduk di pangkuannya menghadapnya.
"Semoga saja Namjoon bisa mendapatkan tempat persembunyian yang terbaik." jelas Hoseok sebelum akhirnya dia memejamkan matanya. "Dan juga, kumohon jangan bercinta di dekatku. Aku ingin beristirahat. Tidur saja untuk mengisi daya kalian berdua." jelas Hoseok ketika Jimin mulai menggerayangi tubuh Yoongi dan hampir membuka kancing kemeja Yoongi.
"You listen, Sweetheart?" Yoongi mengecup sekilas bibir Jimin. "Not now. Taehyung sedang sedih, Hoseok lelah. Akupun sama. Aku ingin tidur. Tidurlah di sampingku."
♚♚♚
Jungkook memandang kagum ketika pria itu benar-benar sudah memakai pakaiannya. Terlihat lucu sekali. Seokjin yang sudah mengurus semuanya; membersihkan luka pria itu ditambah mengganti pakaian pria itu dengan pakaian Jungkook. Karena badan mereka sama-sama besar walaupun terdapat di perbedaan tinggi saja.
"Jungkook, kau harus beristirahat. Besok kau bekerja. Aku mendapatkan shift siang besok jadi aku bisa merawat pria ini sebentar agar cepat pulih dan ditemukan keluarganya segera." perintah Seokjin kepada Jungkook.
Jungkook mengangguk. "Tentu, Hyung. Aku akan menyelimutinya agar tidak kedinginan."
Seokjin tersenyum. Jungkook adiknya terlalu baik sekali dengan orang. Seokjin menutup pintu kamarnya sementara Jungkook menyelimuti pria asing itu. Tidak ditemukan barang mencurigakan apapun. Yang dicurigai Jungkook hanyalah mengapa pria ini tidak memiliki ponsel atau semacam kartu identitas lainnya. Jadi dia sedikit sulit untuk mengenali pria asing ini dan juga mencari tahu siapa pria asing ini.
Sudahlah, biarkan saja. Semoga esok pria ini sadar dari kecelakaan yang telah dia alami.
To Be Continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOODLUST ✔
Fanfiction[FINISH] ⚠️ TAEKOOK (VKOOK) FULL CHAPTER FOR SALE ONLY!!! Kisah tentang Taehyung Kim yang sangat haus akan darah, dimana siapapun mereka yang menyakitinya bahkan sampai menyentuh anggota keluarganya, maka tak akan segan si Harimau itu akan membunuh...