24

8K 984 104
                                    

"Pertemuan kita belum tentu akan berujung sebuah persatuan untuk saling melengkapi."

***

Michelle tertunduk lemas. Pikirannya dipenuhi oleh segala hal yang baru saja terjadi padanya. Michelle tak pernah suka menjadi pusat perhatian. Namun hal itulah yang akan selalu dia dapat apabila terus-terusan berurusan dengan Rifqi.

Satu kampus sudah mengetahui bahwa dahulu dirinya pernah menjalin hubungan dengan Rifqi. Hampir seluruh mahasiswa mengetahui hubungan yang sudah kandas itu. Baru saja dia membuat satu kampus heboh kembali karena mengizinkan Rifqi untuk merangkulnya. Lebih tepatnya dia mau membantu lelaki itu meskipun yang dia dapat sebagai imbalan adalah menjadi bahan obrolan anak-anak kampus.

Ponsel Michelle dari tadi tak berhenti bergetar karena ratusan pesan yang masuk. Siapalagi kalau bukan Sarah yang sudah penasaran untuk mendengar ceritanya langsung dari Michelle. Michelle tadi sempat bertemu dengan Sarah terlebih dahulu untuk meminjam mobilnya. Dari situlah Sarah tahu akan hal itu.

"Ini lo seriusan bisa nyetir?" Rifqi memecah keheningan diantara keduanya. Sudah dua puluh menit mereka berada di dalam mobil Sarah tanpa melakukan apapun. Perempuan yang akan mengendalikan mobil ini masih mencoba untuk menetralkan pikirannya. 

"Kenapa? Udah lama gak gue rangkul jadi kaget yah? Yaudah deh nanti mah sering-sering gue rangkul," Rifqi lagi-lagi menggodanya sambil menatap Michelle lekat-lekat.

"Gue punya SIM kok tenang aja," Michelle mengabaikan godaan Rifqi barusan. Kali ini godaannya tidak mempan untuk membuat Michelle tersipu.

"Lah gue kira lo gak bisa nyetir, terus kenapa lo gak pernah bawa kendaraan?" Pikiran Rifqi kini dipenuhi oleh tanda tanya. Dia pikir selama ini Michelle tidak bisa mengemudi. Lalu mengapa dia tak pernah membawa kendaraannya sendiri?

"Ohh gue tau, pasti biar lo selalu punya alesan buat pulang bareng gue yah," tebak Rifqi asal.

"Kepedean amat lo. Lagian gue numpang pulang cuma sekali doang itu juga lo yang maksa," Timpal Michelle dengan serius. 

"Terus kenapa dong?" Rifqi kembali bertanya sambil membenarkan posisi duduknya. Kali ini Michelle terlihat lebih serius dari biasanya. Rifqi tidak tahu apa yang saat ini sedang gadis itu pikirkan. 

"Gue gak diizinin bawa kendaraan sendirian sama orang tua, kan lo tahu sendiri gue anak rantau," jawab Michelle.

"Bukannya lebih bahaya kalau lo pulang sendirian pakai angkutan umum yah? Kalau nanti lo diculik gimana?" Tanya Rifqi.  Ada sebuah rasa kekhawatiran yang terselip di dalam tatapannya.

"Ya lagian siapa juga Rif yang mau nyulik gue," Michelle tertawa samar. Pertanyaan Rifqi barusan terdengar seperti pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh anak kecil.

"Gue kalau jadi penjahatnya bakal nyulik elo buat dijadiin calon istri," Rifqi berusaha untuk merubah suasana yang serius ini menjadi lebih santai. Rifqi tidak tahan berada dalam suasana seperti itu.

"Mana ada penjahat niatnya kaya gitu," Michelle berusaha untuk menahan dirinya kali ini untuk tidak tersipu dengan gombalan Rifqi. Dia harus ingat bahwa bukan dirinya saja yang diberi gombalan-gombalan oleh Rifqi, dia harus ingat bahwa dirinya bukan lagi orang spesial yang ada di hidup Rifqi.

"Ada kok, mau gue buktiin?" Perkataan Rifqi lagi-lagi berhasil membuat Michelle bungkam. Tanpa berpikir panjang lagi, perempuan itu segera menjalankan mobilnya untuk pergi ke tempat yang dituju sehingga dia bisa cepat-cepat meninggalkan lelaki ini.

Sepanjang perjalanan tak terjadi sebuah percakapan di antara keduanya. Rifqi yang biasanya selalu membuka percakapan kini terdiam sambil memandangi keramaian di ibu kota. Mungkin lelaki itu mencoba untuk menahan rasa sakitnya yang semakin menjadi karena tidak mendapatkan pertolongan pertama dengan baik. Namun itu salahnya sendiri karena telah menolak sebuah bantuan yang Michelle tawarkan kepadanya. 

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang