Tak Ingin Dibantu

Depuis le début
                                        

"Bagaimana Mark?"

"Sudah mulai membaik, tapi masih perlu menjalani terapi. Nanti malam kita jenguk lagi."

Jaehyun mengangguk. Lalu ia teringat sesuatu. "Taeyong maaf, aku ada panggilan dari kantor. Boleh aku pergi sebentar?"

Taeyong sebenarnya sangat ingin tidur sekarang ini. Walaupun ada ibu Jaehyun yang bisa ia andalkan, tapi ia masih sungkan meminta tolong. Apa kata Jaehyun nanti kalau ia enak-enakan tidur sementara anaknya ia titipkan pada ibu Jaehyun?

"Kau bisa titipkan Jeno pada eomma dulu kalau kau perlu istirahat." Jaehyun seperti membaca situasinya dan itu membuatnya sedikit lega.

"Eommoni tidak keberatan?"

"Yang ada malah kesenangan. Karena daritadi Jeno sudah ku monopoli."

"Terima kasih, Jaehyun-ah... Kurasa aku memang tidak bisa jika hanya sendiri." Mata Taeyong mulai berkaca-kaca. Tadi ia memang sempat melupakan masalahnya, tapi begitu sampai ke rumah, rasanya semuanya menjadi sulit lagi.

"Sssh... Jangan menangis..." Jaehyun mengulurkan jarinya dan mengusap air mata yang mulai menuruni pipi Taeyong.

Jaehyun memang tidak sepenuhnya memahami perasaan Taeyong. Tapi ia tahu pria itu sedang mengalami baby blues syndrom. Suasana hati yang mudah berubah, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, mudah sedih, mudah marah, dan menangis tanpa alasan. Taeyong memerlukan dukungan dari orang-orang terdekatnya, meskipun hanya sekedar menghapuskan air mata.

Jaehyun mengecup dahi Taeyong lembut. "Aku hanya pergi sebentar, aku janji. Kau bisa tidur sampai kau merasa enakan. Ingat, nanti malam mau bertemu Mark lagi kan?"

Taeyong mengangguk meski bibirnya masih ditekuk ke bawah. Jeno di dalam gendongannya mulai tertidur setelah kenyang minum ASI.

Ibu Jaehyun yang melihat dari dapur hanya bisa ikut tersenyum. Sedikit iri pada pasangan muda itu, tapi ia turut berbahagia untuk mereka. "Eomma harap kalian akan bahagia terus bersama."

.
.
.

Taeyong terbangun karena suara tangisan Jeno. Rasanya seperti baru tidur lima menit, padahal sudah kurang lebih tiga jam ia tertidur. Begitu keluar kamar, ia mendapati Jaehyun yang sedang berusaha mendiamkan Jeno.

"Kau sudah pulang?"

"Hm, baru saja. Eomma mau masak, jadi aku yang gendong Jeno. Tapi digendong olehku malah menangis. Padahal baru menyusu, popoknya juga kering." Jaehyun menimang Jeno lagi sambil menepuk-nepuk pelan.

Taeyong sungguh merasa bersalah. Bahkan ibu Jaehyun saja sampai ikut dibuat repot olehnya. Bagaimana kalau ia mengurus anaknya sendiri seperti rencana awalnya dulu?

"Sini Jenonya, kau bersih-bersih dan ganti pakaianmu dulu."

"Tidak apa-apa. Kau baru bangun-"

"Berikan Jenonya."

Tanpa diminta untuk yang ketiga kali, Jaehyun menyerahkan Jeno ke dalam gendongan Taeyong. Dan ajaibnya anak itu langsung terdiam begitu berada dalam dekapan tangan kurus Taeyong.

"Kau pakai pelet apa sih."

"Ini namanya ikatan antara ibu dan anak."

"Hm...begitu."

.
.
.

Setelah pulang dari menjenguk Mark, Jaehyun dan Taeyong menikmati waktu santai mereka sejenak. Mumpung Jeno sedang tertidur, mereka ingin sedikit menghibur diri. Tapi sepertinya tidak untuk Taeyong, ia punya hal serius untuk dibicarakan.

"Jaehyun... Bisa bilang pada ibumu agar tak datang lagi besok?"

"Huh? Kenapa?" Jaehyun cukup terkejut mendengar permintaan Taeyong. Apa Taeyong tak suka jika ibunya ada di sekitar mereka? Ibunya kan ingin membantu.

"Kau merasa tak nyaman?"

"Hu-um..."

"Apa eomma mengatakan sesuatu yang menyinggungmu? Aku akan bicara pada eomma-"

"Tidak, tidak, bukan seperti itu. Aku bukan tak nyaman karena ibumu ada di sini atau karena ia mengatakan sesuatu yang menyinggungku. Aku hanya tak ingin dibantu lagi."

"Tapi kau kesulitan! Setidaknya kalau ada eomma, kau bisa sedikit bersantai."

"Justru itu. Lihat! Kau sendiri bahkan tidak percaya aku mampu mengurus semuanya sendiri? Bagaimana aku bisa menunjukkan aku mampu kalau terus dibantu?"

Jaehyun kadang tidak mengerti jalan pikiran Taeyong. "Menerima bantuan bukan berarti kau tidak mampu. Kami di sini hanya berusaha membantumu. Aku dan ibuku. Tidak bisakah kau menerimanya saja dengan tenang?"

Taeyong menatap tajam Jaehyun. Sejak dulu Taeyong tak suka diremehkan. Dan saat ini ia merasa Jaehyun sedang meremehkannya. Ia harus menegaskan ini lagi pada Jaehyun.

"Tidak bisa! Aku sudah mengatakannya padamu sekali. Dan kurasa itu sudah cukup membuatmu mengerti. Aku-bisa-mengurus-semuanya-tanpa-bantuan-ibumu."

Suara tangisan Jeno menghentikan Jaehyun dari memberikan argumen selanjutnya. Taeyong bahkan sudah beranjak menuju kamar di mana Jeno tertidur.

Jaehyun tak bisa bohong jika ia merasa kesal. Ia kira Taeyong telah berubah. Ternyata masih sama egoisnya seperti dulu.

.
.
.

Bersambung

.
.
.

Sorry kalo ngebosenin 🙏 yg mau liat mereka nikah sabar ya, bentar lagi kok tapi ga bisa ujug-ujug nikah juga.

Btw, mau numpang promosi cerita baru, mungkin belom banyak yg tau jadi belom pada mampir

Judul: In Between (Jaeyong/Jaeten)

Langsung aja cek lapak sebelah, udah ada dua part

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.

Langsung aja cek lapak sebelah, udah ada dua part. See you there~

OURS [JaeYong version]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant