Chapter 12 - Rumah Mertua

2K 197 22
                                    

Keadaan Shafira pagi ini sudah mulai pulih, bahkan berkat Raffasya yang merawatnya membuat dia sudah merasa lebih mendingan.

Hari ini rencananya Raffasya akan mengajak Shafira menemui kedua orangtuanya. Ya setidaknya mereka akan berkunjung untuk sekadar bersilaturahmi.

Lagi pula memang semalam abi Raffasya menyuruhnya untuk mengunjungi rumah, sekalian menginap disana.

"Ayo mas kita berangkat sekarang, aku sudah siap."

Raffasya yang tengah meneguk kopi nya santai, kemudian menghampiri istrinya yang membawa tas kecil yang isinya mungkin baju.

"Kita disana akan menginap dua hari saja ya," ujar Raffasya yang kemudian di beri anggukkan kepala oleh Shafira.

"Memangnya gapapa kita gak bawa apa-apa ke rumah umi dan abi? Apa sebaiknya kita membeli sesuatu dulu gitu," saran Shafira yang membuat Raffasya tersenyum.

"Kedua orang tua ku tidak pernah rewel, mereka hanya ingin anak dan menantunya datang. Itu saja tidak lebih," ujar Raffasya yang akhirnya membuat Shafira terdiam.

Di perjalanan mereka hanya saling diam. Shafira yang mulai kelelahan akhirnya tertidur, Raffasya pun mengusap pelan kepala Shafira yang tertutup hijab.

Raffasya berfikir, Shafira memang ini berbeda dengan Vera yang tomboy dan juga cenderung lebih agresif.

Dulu dia menjalani hubungan dengan Vera selama empat tahun lamanya. Tidak lama dari itu Raffasya memutuskan Vera karena abi nya yang melihat Vera bersama dengan lelaki lain.

Awalnya Raffasya tidak percaya, namun suatu hari dia melihat dengan mata kepala nya sendiri kalau Vera jalan berdua bersama laki-laki. Dan di hari berikutnya, Vera jalan dengan lelaki yang berbeda.

"Aku harap yang menjadi istriku sekarang tidak seperti Vera," gumam Raffasya seraya menatap Shafira tersenyum.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di rumah orangtuanya Raffasya. Kebetulan Shafira sudah terbangun, akhirnya mereka pun keluar dari mobil.

Terlihat kedua orang tua Raffasya sedang duduk di kursi depan, sepertinya mereka sedang santai.

Raffasya maupun Shafira mengucapkan salam dan dibalas oleh mereka.

"Mari masuk nak, umi tadi sudah menyiapkan beberapa makanan. Pasti kalian suka," ujar umi Raffasya dengan sangat ramah. Namun Shafira bisa merasakan bahwa wanita paruhbaya itu masih sedikit canggung dengan dirinya.

Mereka pun masuk dan duduk di ruang keluarga. Terlihat Raffasya dan juga abi nya yang berbincang tentang rumah sakit. Dan Shafira yang hanya diam, serta umi yang terlihat begitu canggung.

"Apakah kalian berdua akan memulai program anak lebih cepat?" Tanya umi menatap Raffasya dan juga Shafira bergantian.

Raffasya yang mendengar itu sontak membawa istrinya ke dekapannya, "Raffa tidak mau punya anak secepatnya umi. Kami ingin berpacaran dulu agar lebih akrab," ujar Raffasya seraya tersenyum menatap Shafira.

"Iya lagi pula mereka dijodohkan, pasti belum ada perasaan yang membuat mereka yakin." Abi Raffasya pun membela nya, karena memang dia sangat begitu setuju dengan Shafira.

"Tapi umi ingin memiliki cucu secepatnya, awas saja kalo sampai Shafira tidak hamil. Umi akan meminta Raffa untuk menikah dengan Vera," sarkas umi Raffasya yang kemudian beranjak dari duduknya dan pergi menuju kamarnya.

Mendengar pernyataan itu, membuat Shafira hanya terdiam dan tersenyum menatap Raffasya yang seakan tidak terima dengan ucapan umi nya.

"Sudahlah nak tidak usah terlalu di pikirkan perkataan umi, dia memang seperti itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belahan Jiwaku Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang