«Part 06»

125 32 48
                                    

"Mie ayam satu, es jeruk satu. Itu aja 'kan, Bu?" Salsa memastikan lagi pesanan Bu Alya. Karena ketahuan main HP saat pelajaran, gadis itu diberi hukuman mentraktir makan ibu guru tersebut.

"Tepat sekali." Bu Alya menjawab disertai acungan jempolnya.

"Tunggu!" seru Erick yang sedari tadi mendengar percakapan mereka.

"Pak Erick mau nitip juga?" sahut bu Alya.

Erick mengangguk mantap, membuat Salsa memejamkan mata; menahan kesal, bertambah sudah penderitaannya hari ini. "Bapak mau pesan apa? Salsa hari ini mau traktir saya, kalau Bapak mau juga boleh," lanjut bu Alya.

"Tapi, Bu. Saya--" Ucapan Salsa terpotong karena lirikan tajam dari Bu Alya, dia hanya bisa pasrah. Sedangkan Erick mengulum senyum melihat raut kesal Salsa, setelah itu ia menyebutkan pesanannya---dua botol air mineral dan dua bungkus roti isi cokelat.

Dengan berat hati Salsa berjalan menuju kantin, selepas memesan makanan untuk Bu Alya serta membeli 2 botol air dan 2 bungkus roti untuk Erick, Salsa duduk di salah satu bangku kantin.

"Woi!" sentak Acha dari balik punggungnya.

Bergeming, Salsa merebahkan kepalanya ke meja, mengamati benda-benda di meja itu tanpa minat.

"Lo kenapa, sih? Lemes banget kayak ayam nggak makan setahun," ledek Acha, gadis itu mendudukkan dirinya di hadapan Salsa.

"Gue lapar, uang saku gue abis," adunya.

Acha menepuk jidatnya kemudian menyahut, "Tumben lo kelaparan? Nih." Gadis dengan pita rambut merah muda itu mengulurkan kotak bekalnya.

Terpaksa, Salsa mengambil satu potong roti bakar milik Acha. "Makasih," ucapnya.

Acha mengangguk sambil mengunyah roti bakar kesukaannya. Beberapa saat kemudian pesanan Salsa datang, gadis itu segera membayarnya.

"Jadi, lo disuruh beli ini semua?" tanya Acha, ia menunjuk isi nampan yang dibawa Salsa.

"He'em. Gue duluan, ya," pamit Salsa. Mendengar Salsa mencebik pelan, Acha menyemangati teman perempuannya itu.

Selama perjalanan ke ruang guru, Salsa mengembuskan napas berkali-kali untuk mengusir rasa kesalnya. Gadis tersebut mempercepat langkah, dia harus segera mengisi perutnya sebelum jam istirahat habis.

"Silakan, Bu." Salsa menyerahkan nampan pada Bu Alya. Ibu guru tersebut berterima kasih disertai senyumannya. Salsa hanya mengangguk, baru saja ingin meletakkan pesanan Erick ke meja lelaki itu, Bu Alya berpesan, "Oiya, Salsa! Kata pak Erick, pesanannya suruh antar ke gedung olahraga."

Perkataan Bu Alya sukses membuat Salsa menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan.

"Apa-apaan ini?! Dia pikir gue pegawai pengantar makanan?" gerutunya dalam hati. "Baik, Bu. Saya permisi," pamit Salsa. Gadis itu berjalan dengan menghentak-hentakkan kaki sepanjang koridor, membuat beberapa murid minggir agar tidak menjadi pelampiasan kekesalan Salsa.

***
"Begini adab seorang murid pada gurunya?" Bersedekap, Erick bertanya sembari menatap tangan Salsa yang mengulurkan kantong plastik tepat di depan wajahnya.

Siswi yang mendapat teguran itu memejamkan matanya sebentar lalu menurunkan tangannya. "Permisi, Pak. Saya datang untuk mengantar pesanan Bapak, silahkan," ulang gadis itu, kali ini nada bicaranya dibuat selembut mungkin bahkan dia membungkuk di akhir ucapannya.

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang