SECARIK KERTAS BARU

85.8K 1.2K 609
                                    


Hujan badai malam ini begitu dahsyat, pohon-pohon tersapu hingga dedaunan yang menghiasi batang mereka berguguran terkoyak-koyak oleh angin yang mengamuk, diikuti oleh suara guntur menggelegar bersahut-sahutan dalam suasana dingin yang mencekam, malam ini tuhan seperti sedang marah. tapi, tak ada yang tahu kenapa tuhan marah.

Dari kejauhan terlihat setitik cahaya dari sorot lampu sebuah motor butut yang berusaha menembus tanah berlumpur dengan medan yang naik turun. terlihatlah seorang lelaki sedang berkendara, ia berusaha menembus badai yang sedang mengamuk di bawah kaki gunung, entah lelaki ini sinting atau sudah gila karena ia nekat melaju dalam cuaca yang seperti ini hanya dengan berbekal mantel lusuh yang melindungi sedikit tubuhnya dari guyuran air hujan yang tak terbendung membasahi badan serta motor buntutnya, ia lajukan benda yang sudah seperti rongsokan itu dengan susah payah, entah kemana tujuan lelaki ini karena sedari tadi ia bersusah payah memaksa diri dengan kendaraannya melesat masuk lebih jauh kedalam pedalaman hutan rimba yang gelap gulita.

Suara angin berhembus kencang diikuti suara gemuruh guntur tak menghentikan niatnya masuk ke dalam hutan, mantel hujannya mengelepar saat motor yang ia kendarai hampir saja selip dan membuat keseimbangannya goyah namun untunglah sebelum motor itu terseok karena lumpur si lelaki berhenti menahan bobot kendaraan itu sekuat tenaga, saat itulah terdengar rengek suara dari anak-anak yang rupanya duduk bersembunyi di bawah mantel hujan, salah satu dari dua anak lelaki itu bertanya dengan suara panik, "pak kene kate nang ndi seh, kok bengi-bengi ngene" (pak kita mau kemana sih, kok malam-malam seperti ini)

Si lelaki yang  tak lain adalah bapak dari dua anak kecil yang secara bebarengan bersembunyi di bawah mantel panjang itu lalu berkata, "Bayu sama Dayu nurut ya sama bapak, hanya malam ini saja, bapak kepingin nunjukin tempat kerja bapak sama kalian"

"kok gak besok saja to pak" jawab anak lelaki yang lain, tubuhnya lebih kecil dari anak yang pertama berbicara.

"bapak maunya sekarang, sudah kalian berdua diam saja ya"

Meski merasa ganjil namun tak ada yang bisa dilakukan oleh dua anak kecil itu, sejak dulu bapak berwatak keras ia paling tidak suka bila permintaannya dibantah namun jauh dari hal itu dua anak lelaki ini tahu bapak sangat sayang kepada mereka, jadi karena itulah malam ini mereka memilih menurut mengikuti kemana bapak akan membawa mereka.

Setelah perbincangan kecil itu, lelaki paruh baya itu melanjutkan perjalanannnya, ia kali ini lebih hati-hati saat melewati jalanan yang nyaris dipenuhi oleh lumpur yang sudah menggumpal, medan semakin lama semakin sulit karena hutan rimba yang mereka telusuri semakin jauh masuk kedalam.

Bergelut dengan waktu dan badai, akhirnya terdengar setitik suara dari beberapa orang yang sedang berbincang diikuti oleh cahaya lampu pijar di setiap sudut lapang yang baru saja di buka, lelaki itu akhirnya bisa bernafas lega, tempat yang ia tuju akhirnya tinggal di depan mata, ia membuka helm lalu menyampirkan mantel hujan membuat kedua anaknya tersadar rupanya bapak menepati janji kepada mereka, ia benar-benar membawa mereka ke tempat bapak kerja.

Dua anak lelaki itu turun dari motor buntut yang dikendarai oleh bapak sampai ke tempat ini, namun ada sesuatu yang aneh, karena saat mereka melihat sejumblah orang yang ada di tempat ini ada tatapan aneh pada sorot matanya, orang-orang yang sebagian besar tidak di kenali oleh anak-anak ini seakan menyimpan pertanyaan dibenak anak-anak ini, apakah mereka rekan kerja bapak? Lalu kenapa mereka melihat kami dengan tatapan seperti ini, Namun dari puluhan orang yang melihat mereka ada sesuatu yang salah, hal ini disadari oleh dua anak ini, hujan masih turun dengan deras, tubuh mereka mulai menggigil kedinginan diikuti tatapan yang sama sekali tidak bisa dibaca oleh mata, rasanya belum pernah mereka melihat rau wajah semuram ini.

KUDROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang