Part 16 "Beautiful Goodbye"

1.5K 82 12
                                    

 

Ada yang bilang, tak selamanya terang itu indah. Tak selamanya cerah itu mempesona dan tak selamanya mendung berbahaya. Ya, ada yang bilang seperti itu padaku. Dulu, kupikir itu hanya sepotong majas tak tahu diri, namun kini aku baru sadar. Itu hal yang benar. Langit, gumpalan awan berwarna hitam dan badai adalah salah satu bentuk dari proses kehidupan. Bukankah, untuk menciptakan segaris pelangi, terang tak berdiri sendirian? Ia membutuhkan hujan. Hidupku juga demikian. Badai perlu datang untuk sejenak mengusik sang terang, lantas bersama mereka akan menciptakan pelangi yang indah. Sangat indah. Benar begitukan, Maroo?

Eungi meremas jemari dingin Maroo yang kini tengah dibuai mimpi panjang nan indah.

Tidurlah… tapi kau harus bangun… dan membangunkanku dari mimpi buruk ini….

:::

Malam itu begitu hening. Eungi menunduk di bawah bias sinar lampu neon yang ikut muram. Di sisinya ada Han Jae Hee. Wanita itu duduk bersama Eunsuk yang tertidur pulas di pangkuannya. Sudah hampir satu jam berlalu. Selama itu pula tak terhitung lagi berapa kali Eungi berdiri lantas mondar-mandir di depan ruang gawat darurat. Jae Hee tak dapat melakukan apapun kecuali terus berada di sana. Ikut melekatkan bayangannya pada sepi lorong Rumah Sakit.

Pintu UGD terbuka, seorang Dokter yang Eungi kenal jelas siapa itu berjalan keluar. Dokter itu adalah Dokter ahli syaraf yang biasanya menanganinya. Perasaan Eungi seketika berkecambuk. Ia menatap tajam, penuh pertanyaan.

“Apa yang terjadi pada suamiku?” sergahnya.

Jae Hee bangkit, Ia meninggalkan Eunsuk yang masih terlelap di atas bangku panjang. Wanita berambut pendek dengan lipstick merah itu berdiri di samping Eungi. Tatapannya mengisyaratkan pertanyaan yang sama.

Butuh 2 detik bagi sang Dokter untuk menjawab kecemasan dari dua wanita berparas cantik di hadapannya.

“Sebaiknya kita bicara di dalam ruangan saya.” Ujar Dokter yang merupakan senior di Universitas Maroo tersebut. Ia melangkah menuju ruangannya yang berada tak jauh dari Unit Gawat Darurat.

Eungi mengikuti di belakang dengan tak sabaran beserta Jae Hee yang nekat menggendong Eunsuk bersamanya.

Mereka masuk ke dalam ruangan bernuansa putih dengan segala perlengkapan khas Dokter. Pria berjubah putih dengan papan nama Seok Min Hyuk itu mempersilahkan Eungi serta Jae Hee duduk. Ia kemudian menyalakan sebuah layar monitor berukuran 14 inci yang langsung menampilkan 4 buah siluet otak di dalam tengkorak.

Eungi mengamati dengan tak tenang. Ia tahu pasti gambar-gambar itu bukannya tanpa alasan ditunjukkan padanya.

“Ini adalah hasil CT scan otak Kang Maroo. Kita bisa melihat adanya titik kecil di sini.” Dokter Seok menunjuk sebuah titik yang lebih seperti noda pada layar monitor.

“Itu adalah gumpalan darah. Kecelakaan fatal yang Ia alami di dalam terowongan 2 tahun lalu membuat otaknya mengalami luka. Meski awalnya hanya pendarahan ringan namun karena Maroo terus menunda operasinya. Ini menjadi serius. Saya terus memintanya untuk segera melakukan operasi namun si bebal itu tak mau mendengarkan. Ia bilang Ia masih punya banyak urusan dan tak berminat untuk mempertaruhkan nyawanya di meja operasi. Ia tidak sadar bahwa Ia sendiri yang sebenarnya tengah mempertaruhkan nyawanya. Jadi, saya sangat berharap terhadap kalian, terutama anda Nyonya Seo Eungi. Bujuk Maroo agar Ia bersedia menjalani operasi, ini masalah yang serius.”

:::

Jae Shik memandang penasaran dari dalam mobilnya pada sosok Bibi Penjaga rumah keluarga Seo yang begitu terburu-buru masuk ke dalam Taksi. Ia mengernyit, merasa tertarik untuk mengikuti. Jujur saja, sudah beberapa hari ini Ia mengintai rumah Eungi namun wanita itu tak nampak dimanapun. Ia bahkan pergi berkunjung ke rumah Maroo dimana Jaegil dan Choco tinggal. Namun hasilnya sama, Eungi menghilang entah kemana bersama Maroo. Sepasang suami istri itu raib begitu saja.

Nice Guy "Another Ending" || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang