Kalau sedang tidak merasakan denyutan di kepalanya, mungkin Jaehyun sudah berteriak pada Taeyong.

"Untukmu... Kau terima atau tidak?"

Taeyong terdiam sebentar. Apa maksud Jaehyun memberikan cincin ini seperti yang ada di pikirannya? Atau ia sedang terlalu percaya diri sekarang?

"Apa ini mahal?" Entah kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari mulut Taeyong.

"Yah... Tidak murah sih..."

"Kalau begitu aku tidak bisa." Taeyong menutup kotak hitamnya dan memasukannya kembali ke dalam saku jas Jaehyun. "Aku tak bisa menerima barang mahal. Kalau mau, aku bisa beli sendiri. Belikan saja aku ramyeon dan ham. Itu yang paling kuinginkan sekarang."

....

"...dan setelah itu Jaehyun pingsan lagi."

Doyoung membuka mulutnya dalam  ketidakpercayaan. "Demi apa, Lee Taeyong? Kau mengatakan hal seperti itu di saat-saat seperti itu?! Kau pasti sudah gila!"

Taeyong menjambak rambutnya. "Aargh... Aku pasti benar-benar sudah gila karena mengira Jaehyun akan melamarku!"

"Kau tidak mengira! Jaehyun-memang-sedang-melamarmu-bodoh!"
Doyoung sudah hilang kesabaran. Ia memang tahu Taeyong orangnya denial sejak dulu, tapi tidak separah ini juga.

"Aku tahu... Hanya..."

"Hanya apa? Katakan padanya kau menerima cincin itu saat ia bangun nanti!"

"Tidak semudah itu..."

"Apa ini masih tentang phobiamu pada pernikahan? Kalian bisa melakukannya pelan-pelan, tidak harus langsung menikah besok!"

"Apa Jaehyun benar-benar menyukaiku. Maksudku apa yang ia lihat dariku?"

"Kau punya tampang oke, kaya, dan sukses. Sifatmu tidak terlalu buruk kalau sudah kenal baik. Kau hanya tidak bisa melihat apa yang ada di dirimu! Sekarang aku tanya. Apa kau menyukainya?"

"Aku tidak tahu. Tapi aku...merasa nyaman dan...merasa bisa menjadi diriku sendiri saat di dekatnya?"

"Nah, itu! Itulah kunci awal menuju suatu hubungan yang sukses."

"Tapi... Aku takut."

"Karena yang dialami ibumu?"

Taeyong mengangguk. Doyoung agaknya paham pada trauma Taeyong.

"Memang sulit untuk melupakan kenangan buruk di masa lalu. Tapi aku pernah baca, katanya jangan lupakan kenangan buruk, ingatlah semuanya dan atasi, kalau kau tidak bisa mengatasinya, berarti kau adalah anak kecil yang jiwanya tidak pernah tumbuh dan berkembang."

"Kau masih suka membaca novel-novel semacam itu?"

"Yah intinya, pelan-pelan saja. Menurutku Jaehyun juga terlalu agresif kalau langsung melamar, setidaknya kalian perlu berpacaran dulu. Tapi jangan sok jual mahal, dan hargailah usahanya. Bicarakan baik-baik dengannya, oke?"

Taeyong mengangguk, merasa jauh lebih baik setelah menceritakan keresahannya pada Doyoung. "Terima kasih, Young-ah... Kadang-kadang novelmu ada gunanya juga."

.
.
.

"Ah, kami datang untuk berterima kasih. Suamimu sudah menyelamatkan anakku."

Taeyong tersenyum canggung pada pernyataan seorang ibu yang mengaku anaknya di selamatkan oleh Jaehyun kemarin.

"Ah iya, tidak apa-apa. Dia baik-baik saja. Dokter bilang hanya perlu pemulihan beberapa hari agar bisa kembali beraktivitas normal."

"Tapi... Pasti sulit untukmu ya? Sedang mengandung besar, tapi suami malah terbaring sakit. Kami jadi merasa tidak enak."

"Ahahaha... Tidak juga. Aku baik-baik saja. Lagipula...sebenarnya dia bukan suamiku."

"Aahaha... Maaf karena sudah sok tahu. Kalau begitu di mana suamimu? Apa dia mengizinkanmu menjaga pria lain? Ah atau tuan ini adalah saudaramu?"

Inilah yang Taeyong tak suka dari ibu-ibu, selalu ingin tahu dan mencampuri urusan orang lain. Tapi karena ibu ini membawa banyak makanan enak, ia bisa memaklumi untuk kali ini. Ia menahan dirinya agar tidak marah-marah dan memasang senyum saja.

....

"Kau harus lihat wajahmu tadi. Palsu sekali."

"Aku tak suka ibu-ibu yang banyak tanya."

"Kau memang tak suka siapapun yang banyak tanya, bukan ibu-ibu saja."

"Baru bangun sudah menyebalkan ya?"

Taeyong mencibir Jaehyun yang meledekinya perihal ibu-ibu tadi.

"Padahal tinggal iyakan saja kalau aku ini suamimu, biar urusannya cepat."

"Maumu!"

"Kau tidak mau?"

"Masih kupikirkan."

"Jangan terlalu lama berpikir, nanti keburu babies lahir."

"Wah, Jung Jaehyun... Kau memang agresif ya? Aku bisa menolakmu sekarang juga loh?"

"Oke, oke. Aku akan menunggu dengan sabar."

.
.
.

Bersambung

.
.
.

Sabar pak, mau dapetin permata yang paling bagus emang jalannya terjal

OURS [JaeYong version]Where stories live. Discover now