"Jadi..bagaimana perasaanmu?"

Sena menatap Zindy dengan tatapan bingung, kemudian bertanya balik, "Perasaan apa?"

Nami yang begitu gemas pada sahabatnya itu langsung menjitak kepala Sena, membuat sang empu meringis seraya mengelus kepalanya.

"Tentu saja pada Suga."

"A-apa ma-maksudmu?" tanya Sena pura-pura tidak tau.

Nami dan Zindy saling tatap dan kemudian mendekatkan wajah mereka tepat dihadapan Sena, tak lupa ekspresi seringai yang keluar dari keduanya.

"Kau menyukainya?" Zindy memicingkan matanya.

*

"Yakk bagaimana mungkin aku menyukai bocah itu," elak Suga.

"Benarkah? lalu...kenapa wajah mu memerah Hyung?" Jimin memberikan tatapan smirknya.

*

"Itu karena aku kepanasan, sudahlah kalian jangan mengada-ngada," Sena mengalihkan pembicaraan dengan berjalan meninggalkan kedua sahabatnya.

Nami mengerucutkan bibirnya seraya saling bertatap dengan Zindy.

*

"Baiklah aku mengalah. Tapi ingat ya Hyung, perasaan itu tidak pernah berbohong," Jimin mengedipkan sebelah matanya pada Suga.

Membuat sang empu langsung menjitak kepala Jimin dengan begitu keras.

"Sudahlah, ayo lanjutkan latihanmu."

"Araseo," Jimin mengelus kepalanya dan kemudian mengambil bola basket yang sempat dilupakan.

Ia berjalan ke tengah lapangan, sementara Suga mengawasi dari tribun.

*

Sena perlahan membuka pintu kamar Namjoon, menampakkan sang Kakak yang tengah fokus belajar di meja belajarnya. Beberapa buku tebal pun tak luput ikut serta pada kegiatannya, sudah jadi hal lumrah jika ini terjadi, karena tak lama lagi Namjoon akan menghadapi ujian kelulusan. Dimana masa depannya akan dipertaruhkan nantinya, jadi dia perlu meningkatkan pengetahuannya sebelum hari itu tiba.

"Uwahh bagaimana Oppa bisa fokus dengan huruf-huruf itu."

"Kkamjjagiya!!" kaget Namjoon.

Karena terlalu fokus, dia tidak sadar kehadiran Sena yang sudah berada di sampingnya dengan nampan berisi segelas susu hangat.

"Perasaan suaraku begitu pelan, kenapa Oppa langsung kaget?"

Sena meletakkan gelas itu diatas meja Namjoon.

"Mana teman-temanmu?"

"Sudah pulang."

Namjoon melihat gelas berisi susu itu, ia sempat menaikkan sebelah alisnya dan kemudian kembali menatap sang adik.

"Kenapa susu? memangnya Oppa masih bocah."

"Eomma yang menyuruhku membawanya, sudahlah minum saja," jawab Sena.

"Arasseo."

Namjoon mengambil gelas itu dan langsung meneguk habis susunya tak bersisa.

"Woh sekali tegukkan."

"Kalau tidak habis, Oppa juga yang akan kau marah."

Sena menganggukkan kepalanya, tanda setuju akan kalimat sang Kakak. Ia berjalan mendekati kasur Namjoon dan membaringkan tubuhnya, sementara Namjoon kembali melanjutkan aktivitas belajarnya.

The TragedyWhere stories live. Discover now