She or He?

410K 15.7K 4.2K
                                    

Yeeeaaay.. oh ho lalala #plak

Halo!! Ini cerita pertama saya \(^3^)/

Tentu saja bertemakan BL, yaoi, gay dsj. Jadi bagi kamu yang gak suka, jijik, benci atau kamu adalah homopobic segera tinggalkan cerita ini.

Saya menerima kritik dan saran.. tapi tidak dengan flame.

Ok dari pada saya kebanyakan cincong mending langsung aja xD

~Happy reading~

♡Part I: She or He?♡

[Davi's POV]

Gue melepaskan panggutan dari bibir Desi saat menyadari cewk membutuhkan oksigen untuk bernafas. Wajahnya yang memerah dan nafas yang tersengal-sengal membuatnya nampak terlihat seksi dan erotis. Namun itu nggak cukup untuk memancing hasrat gue. Gue kecup lagi pipinya dan membuka pintu mobil dan segera keluar. Sementara Desi membrengut tak suka karena ditinggalkan.

"Hei! Hei! Ayolah, bukankah lu cuma nawarin gue tumpangan, nggak lebihkan?!" Ujar gue lalu tertawa kecil. Desi mendengus pasrah.

"Yah sudah. Sampai jumpa besok di sekolah!" Wajahnya kembali cerah sebelum ia melesat meninggalkan gue dengan Pajeronya.

Nggak ingin membuang waktu diluar, gue berbalik masuk. Pintu gerbang sudah dibukakan oleh penjaga dan tas sekolah segera berpindah tangan pada maid yang biasa membawakannya. Benar-benar praktis sekali. Selama perjalanan melewati halaman yang seluas lapangan bola gue menyapukan pandangan mencari wanita cantik yang paling gue cinta itu. Tentu saja halaman indah penuh bunga ini ada juga karena wanita itu. Dia sangat suka bunga dan berkebun, yang nggak jarang hari liburnya dihabiskan untuk mengurus taman ini.

Namun, anehnya gue nggak menemukannya. Bukankah dia bilang hari ini libur, atau gue yang salah dengar. "Hans. di mana ibu?" Tanya gue pada kepala pelayan yang kebetulan menyambut  di pintu utama.

"Nyonya sedang ada di rumah kacanya, tuan."

Ah, lagi-lagi ia menghabiskan waktu dengan tanamannya dari pada gue anaknya. Mengangguk mengerti gue kembali melangkahkan kaki untuk masuk. Namun suara Hans menghentikan langkah gue.

"Beliau minta anda menemuinya jika sudah pulang."

Tanpa bertanya, gue segera mengubah arah langkah menuju rumah kaca. Membiarkan maid yang bersama gue tadi pergi kekamar duluan untuk menaruh tas gue yang ia bawa. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa gue mempunyai maid, halaman rumah seluas lapangan bola dan kepala pelayan dirumah. Hei, itu hanya sebagian kecil yang gue miliki di hidup gue.

Sebelumnya, gue akan memperkenalkan diri. Nama gue Daviant Hartono, anak dari seorang model ternama dan pengusaha kaya. Ditambah lagi usaha sampingan ibu yang membuka restoran dengan beberapa cabang yang sudah tersebar di dalam maupun di luar negeri. Itu sebabnya gue hidup dalam kemewahan seperti ini.

Oh, selain itu gue juga memiliki paras yang tampan. Bukannya ke geeran atau sombong. Tapi itu terbukti dengan banyaknya pujian orang-orang akan paras gue dan perempuan-perempuan yang menempeli gue bak perangko pada surat. Tentu saja gue bukanlah cowok tampan seperti di cerita novel kebanyakan yang akan menolak para gadis yang mendekatinya. Gue nggak mungkin melakukannya selama mereka yang mendekati termasuk dalam tipe gue, hahaha. Playboy? Yah, mungkin juga.

"Ibu!" Panggil gue saat tiba di rumah kaca dan melihatnya tengah meminum teh di antara tanaman jasmine.

Ia menoleh. Menampilkan sepasang iris hazel dan senyum manis yang merekah. Gue tersenyum kagum melihat hawa tercantik didepan. Puluhan wanita yang gue kencani tak ada yang mampu menandingi kecantikan wanita ini.

My Beloved BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang