Chapter 2: Yumeno Gentaro

211 21 0
                                    

Rambut basah terurai begitu saja dengan handuk kecil tersampir di bahu yang menandakan pemiliknya baru habis mandi. Lengan ramping meraih handuk di atas tempat tidur lalu menggosokkannya perlahan pada area rambut. Satu bungkus keripik kentang terbuka dan isinya telah habis setengah, padahal belum sampai sepuluh menit kau membuka.

Tok Tok Tok!

Ketukan pintu mengalihkan perhatianmu. Desah malas terlontar seraya bangkit untuk berjalan ke arah pintu depan. Padahal niatnya kau mau tidur setelah mengingat kejadian bersama polisi menyebalkan yang membuat laptopmu rusak. Ditambah, hari ini jadwal mencuci, dan kau sangat malas akan pekerjaan seperti itu. Tapi, untuk apa jasa laundry kalau tidak digunakan, bukan? Maka dari itulah, kau memilih untuk mengucapkan selamat tinggal pada pakaian yang telah berganti tangan dengan kurir laundry.

Pintu yang sedari tadi tidak terkunci pun terbuka. Di ambang pintu terlihat pria tinggi, berambut coklat dengan wajah yang sedikit cantik untuk ukuran pria dewasa. Senyum tipis ia berikann sebagai sapaan pada pemilik rumah.

"Selamat malam."

"Selamat malam, Yumeno-san," sapamu balik padanya. "Apa yang membawamu sampai datang malam-malam seperti ini?"

"Maaf, mengganggumu malam-malam, [Y/N]-san. Aku hanya ingin mengambil bukuku yang tertinggal tadi pagi dan-," perkataannya terjeda sebentar, mungkin berniat merangkai kata agar lebih baik. "Aku ingin meminta izinmu agar membiarkanku menginap dirumah [Y/N]-san malam ini."

Satu detik, dua detik, keheningan menyapa mereka. Entah karena sudah terlalu malam atau hal lain, otakmu baru bisa mencerna kata-kata tersebut dalam waktu tiga puluh detik setelahnya. Ekspresi terkejut terlihat di wajahmu meski sudah sangat telat. Tangan dan kepalamu bergerak memberi isyarat sebuah penolakan.

"Tidak boleh!"

"Tapi, ini sudah terlalu larut, sudah tidak ada transportasi menuju shibuya lagi."

Memang hari ini sudah sekitar jam 10 malam. Sudah terlalu larut. Tapi, entah mengapa hari ini kau lupa dengan tabiat buruk penulis berbakat itu. "Baiklah. Tapi, ingat! Hanya hari ini!" Tegasmu.

Pintu depan dibuka lebih lebar. Tubuh ramping berpindah sedikit kepinggir agar Yumeno Gentaro, seorang penulis terkenal bisa masuk ke dalam rumah. Terlihat dari raut wajahmu, sebenarnya kau tak ingin agar dia masuk. Alasannya karena kesalahan beberapa minggu lalu.

"Terima kasih," ucapnya seraya masuk ke dalam.

Sudah hampir satu tahun pria berambut coklat itu menjadi klienmu, meski permintaannya tak lebih mencarikan informasi akurat untuk seri bukunya. Tapi, sepertinya pria coklat itu belum terbiasa dengan suasana rumahmu. Bahkan, kau bisa melihat senyuman maklum dari wajahnya saat melihat rumahmu begitu banyak sampah kering, bekas alkohol, boneka, bahkan pakaian yang berserakan.

"Bukumu ada di atas kulkas. Aku menemukannya di dekat pintu," katamu seraya berjalan ke arah lemari kecil dimana TV LCD berukuran 21 inch duduk manis diatasnya.

Kau berjongkok dan membuka lemari tersebut. Di dalamnya terdapat beberapa selimut dan dua bantal. Kau mengambil satu bantal dan satu selimut dari dalam sana. Tubuh mungil bangkit berdiri dan berjalan pada tamu yang masih memperhatikan rumahmu.

"Aku tidak punya tempat tidur cadangan, dan keadaan pun agak berantakan." Bantal dan selimut itu pun berpindah tangan. Tak hanya itu, kau pun menarik handuk di bahu dan melemparnya asal lalu mengambil ponsel yang tak jauh dari sofa.

"Tidak masalah. Orang yang menginap tidak boleh memprotes apapun," jawabnya seraya menaruh selimut dan bantal di sofa. Gentaro beralih pada handuk yang dilempar olehmu, ia mengambil dan menggantungnya pada rak handuk. "Kelihatannya [Y/N]-san tidak punya waktu untuk membersihkan rumah."

Purple Pansy (Hypmic x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang