«Part 01»

348 70 100
                                    

"Pangeran! Awaas!"

Terlambat. Sosok bersayap hitam yang mendapat peringatan itu sudah kehilangan kendali, sayapnya terluka, tubuhnya oleng, bahkan kesadarannya hampir hilang.

"Pangeraann!"

Avega Tisya---gadis yang berteriak itu---segera menyusul; berusaha menyelamatkan sang pangeran. Namun, segerombol burung menghambat laju terbangnya.

Gagal. Vega kehilangan jejak, pangeran muda itu sudah terjun bebas menuju bumi. Gadis bersayap cokelat gelap tersebut menambah kecepatan terbangnya, dia terbang tak tentu arah, menelusuri tempat-tempat di bumi dari atas. Vega tidak bisa mendeteksi di mana pangerannya mendarat dengan insting, mungkin karena pangeran muda itu sengaja menghilangkan jejak.

Sementara itu, di bumi, tepatnya di salah satu kota besar, terjadi angin tornado yang datang tiba-tiba. Angin itu merusak kota, dalam sekejap membuatnya porak poranda. Jeritan dan tangisan bersahutan, bunyi bangunan roboh membuat telinga berdengung, pohon-pohon tumbang berserakan di jalanan, bahkan tidak sedikit kendaraan yang tertimpa.

Angin itu berhenti bersamaan dengan mendaratnya sosok bersayap, menyisakan gumpalan awan gelap yang masih menggantung di atas sana. Sedangkan sosok tadi mengerang lirih, dia sudah mendarat di bumi, tepatnya di balik semak-semak setinggi perut.

Mendengar banyaknya suara manusia dia segera meninggalkan tempat itu dengan terseok-seok, untung saja bencana besar tadi mengalihkan perhatian penduduk bumi sehingga tidak ada yang menyadari kehadirannya di sini. Merasa tidak kuat berjalan lagi, dia menggunakan kekuatan teleportasinya untuk sampai di tempat yang aman.

Pangeran tersebut muncul di bawah pohon besar di tengah hutan. Ia bersandar pada batang pohon, tubuhnya lemas, energinya terkuras. Sayapnya terluka karena gesekan dengan lapisan pelindung bumi, mungkin karena dia yang melamun hingga tidak memperhatikan sekitar.

Namun, suara langkah kaki dan jeritan tertahan memaksa kedua matanya kembali terbuka. Nampak seorang pria seusia 40 tahun tengah menatap penuh keheranan ke arahnya.

"Si--siapa kamu?" gugupnya.

Baru saja hendak menjawab, pria tadi mendekat. "Kauterluka? Pasti karena angin tadi. Ayo, kita pergi! Di sini tidak aman untukmu," ajaknya.

Sosok bersayap itu menurut, mereka berjalan masuk ke hutan. "Kita hampir sampai, bertahanlah!" suruh pria tadi.

Sampai di depan sebuah gubuk kecil sosok bersayap itu benar-benar kehilangan kekuatannya, tubuhnya ambruk. Untung saja pria tadi sigap, ia menangkap tubuhnya dan membawanya masuk.

"Sebenarnya siapa kamu? Malaikat atau manusia elang?" gumam pria itu.

"Bagaimana cara membaringkanmu? Bagaimana jika sayapmu patah? Daun pisang di samping gubuk tidak bisa menggantikannya jika saya mematahkan sayap besar ini." Ia memandangi gubuk kecil yang tidak sengaja ditemukannya saat berburu tadi. Namun, kejadian setelahnya membuat jantung pria itu kembali berdegup kencang.

Pria tersebut menatap heran makhluk aneh di sampingnya. "Kemana sayapmu? Bagaimana bisa hilang begitu saja?"

Lelaki tadi bergeming, membuat pria tersebut segera membaringkannya. "Istirahatlah, warga tidak mungkin menemukanmu," perintahnya.

***
"Bagaimana lukamu?"

"Sudah membaik."

Menyerahkan segelas air, pria tadi menyuarakan rasa penasarannya. "Sebenarnya siapa kamu? Darimana asalmu?"

Lelaki itu meletakkan gelasnya kembali, dia berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Saya ... Erick. Altair Maverick, pangeran dari Kerajaan Xannister."

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang