✧🌷 1. Dia, Bima Sakti

19.8K 1.5K 214
                                    

HALO!
Mari-mari ramaikan di sini!
Baca dengan teliti, takutnya terkena tipuan👀

HALO! Mari-mari ramaikan di sini!Baca dengan teliti, takutnya terkena tipuan👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca!
🌷

"Bangun, Ri!"

"Bangun, hampir jam tujuh!"

"CENTAURI!"

Aku tersentak saat teriakan seorang cowok berdengung di telingaku. Tega sekali cowok itu berlaku kasar pada seorang cewek yang masih terlelap. Di mana hati nuraninya? Ya, tapi jangan tanyakan hati nurani, toh aku juga tidak punya.

Tapi tunggu. Ada yang aneh. Bukannya aku sedang berhadapan dengan mayat sahabatku? Sakti meninggal karena bunuh diri di kamarnya, aku datang ke sana karena ingin menjemputnya untuk makan malam keluarga. Tapi, sekarang kenapa aku ada di kamarku sendiri?

Mataku jadi terbuka lebar, segera bangkit dari tempat tidur dan menahan lengan cowok yang membangunkanku tadi. "Abang, Sakti mana?! Udah ke rumah sakit?!"

"Hah?" cowok yang aku tahan, Abangku, namanya Galaksi, sekarang menatapku penuh rasa heran dan juga dengan raut wajah yang kentara sekali jika dia kesal. "Lo mimpi atau apa? Sakti di sekolah, udah hampir jam tujuh, nih!" jawabnya ketus. Dia mengentakkan tanganku dan segera berlalu keluar dari kamar.

Aku termangu sendirian. Sakti di sekolah? Sebentar, sebentar. Aku harus menenangkan diri dan kemudian melihat ke arah jam dinding di mana jam itu menunjukkan pukul 06.45 pagi. Gerbang sekolah akan ditutup 15 menit lagi.

Aku menghela napas kasar dan mengedikkan pundak. Apa yang semalam itu mimpi? Kenapa rasa sesaknya ada sampai sekarang? Dan lihat! Ada bercak darah di piyama yang aku kenakan.

Ya ampun, jadi ini mimpi atau apa?

🌙 🌷 ☁️

Berjalan santai tak peduli sekitar adalah pilihanku kali ini. Walaupun jam tanganku menunjukkan ini sudah pukul 08.00 pagi yang artinya kegiatan belajar mengajar sudah dimulai, aku tidak berlari untuk menghasilkan keringat dan bau badan. Aku masih ingin berpenampilan cantik dan sempurna pagi ini. Tidak peduli dengan guru BK yang siap melayangkan buku catatan padaku, atau wali kelas yang beberapa kali mengancam akan mengirimkan surat panggilan untuk orang tua.

Aku tidak peduli. Lagipula ini sekolah yang dibangun dan dikelola oleh Kakek, aku rasa aku bisa berkuasa di sini. Tidak ada salahnya 'kan memanfaatkan keadaan untuk diri sendiri?

Niatku, ingin ke kelas saja dan melihat pelajaran apa yang sedang berlangsung karena aku tidak mengingat jadwal. Tapi, tiba-tiba saja syaraf otakku menginstruksi agar aku berbelok ke kelas 12 IPA 1 di mana kelas itu berisi murid terbaik sekolah, termasuk sahabatku.

I Want to Cherish YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang