Masuk RS

390 236 86
                                    

PLAK!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLAK!!

Terdengar suara tamparan yang sangat kuat didepan pintu sebuah rumah bercat putih sederhana itu.

"Bibi ... ( sesenggukan) aku memang tidak ada uang lagi, gaji terakhirku sudah bibi pakai semua" tangis seorang gadis muda itu dengan kepala yang menunduk dalam posisi berlutut .

"APA!!!! JADI KAU TIDAK MAU KASIH AKU UANG LAGI!!! DASAR JALANG MURAHAN!" murka wanita tua itu dengan terus memukul gadis malang tersebut menggunakan balok kayu.

BUK!
BUK!!
BUK!!

"LI AN!! Hentikan! Rose sudah berusaha semampunya untuk memenuhi kebutuhan hidup kita! Jangan kau bebani dia," ujar pria tua yang keluar dari dalam rumah.

"Paman! Sudah ku bilang jangan ikuti aku" panik gadis ini.

Pria tua yang dipanggil paman ini berjalan mendekati gadis itu dengan susah payah dengan wajah yang bercucuran air mata, "Rose, paman minta maaf, paman tidak bisa membuatmu bahagia," tangis pria tua itu.

"Tak apa paman, paman tak perlu meminta maaf," ujar Rose dengan tersenyum.

"HEH!! MASIH MAU MAIN DRAMA-DRAMAAN DISINI! BIKIN MUAK SAJA!" ujar bibi Rose melangkah masuk tanpa berempati sedikitpun.

Dengan menahan sakit, Rose berusaha berdiri dengan keadaan yang gemetaran. Hati kecil sang paman seakan teriris begitu sakit, dibantunya Rose berjalan dan menyuruh ia masuk untuk membersihkan diri dari luka lebam dipunggung dan juga pipi gadis itu.

Terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi yang mampu membuat satu orang di dalamnya. Di dalam, Rose yang sedang melamun dan memikirkan ibunya yang sudah tiada dan terdengar isak tangis yang sangat kecil itu terasa pedih dan juga memilukan.

Setelah mandi, gadis itu turun dengan perban menyelimuti tubuh kecilnya. Di bawah ada sang bibi seakan tak peduli dan menganggap hal tersebut bukanlah hal yang penting.

"HEH! Mandi aja kayak tuan putri!!! Aku mau keluar dulu. Cari makan! Minggir!" ujar bibi dengan mendorong Rose hingga terjatuh.

Dorongan kuat itu membuat Rose terjatuh dan luka di punggungnya yang sudah diperban itu mengeluarkan darah lagi. Tak cukup baginya, kaki kriput itu menginjak tangan mungil Rose dengan penuh tenaga hingga perban itu kembali menguarkan darah.

Seakan tak bersalah, sang bibi dengan mudahnya berkata,"UPS! Makanya, kalau duduk jangan dijalan dong!" ujarnya berlalu.

Sebuah tarikan tipis dari ujung bibir gadis itu, terlihat begitu pahit untuk sebutan senyuman. Gadis itu tetap bangkit walau penuh lara, ia berusaha berjalan kearah dapur, pamannya yang melihat itu hanya mampu menangis kerena tak bisa berbuat apapun.

Dengan susah payah Rose memasak sambil sesekali meringis kesakitan akibat luka ditangannya, setelah selesai memasak makanan untuk orang rumah, Rose menghidangkannya ke meja makan dan tak sengaja ia malah menjatuhkan sup panas ke lantai. Akibatnya, tangan yang diinjak tadi gemetar dan terasa sangat panas dan juga sakit.

ROCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang